4. Keluarga

108 22 0
                                    

Malam ini, hujan turun deras menghantam sebagian kota. Termasuk rumah keluarga Kim.

Angin yang cukup dingin membuat Chanhee menyuruh si kembar dan Yedam memakai pakaian yang panjang dan tebal.

Walau pemanas ruangan sudah dipasang, dinginnya hujan masih terasa di beberapa bagian rumah.

"Siapa yang mau coklat hangat?" Tanya Chanhee.

"Aku/aku/aku!" Anak-anak mengacungkan jarinya dengan semangat.

"Baiklah, buna buatkan ya."

Renjun yang melihat itu segera bertanya kepada suami dan kedua adik iparnya(?).

"Kalian ingin dibuatkan apa? Biar aku yang membuat."

"Kopi ya mama, yang seperti biasa." Jawab Dino.

"Aku kopi, Changmin teh."

Renjun mengangguk, lalu berjalan kecil menuju dapur.

Anak-anak sedang bermain menyusun balok. Junkyu dan Doyoung sedang berlomba menyusun balok tertinggi.

"Punyaku lebih tinggi! Wlee" Junkyu menjulurkan lidahnya.

"Noo! Punya Youngie nanti lebih tinggi!" Saut Doyoung dengan raut kesalnya yang lucu.

Jika ini di dalam sebuah kartun, mata Doyoung dan Junkyu akan mengeluarkan kilatan kecil.

Yedam yang sedari tadi tidak berbicara tiba-tiba berteriak senang.

"Yey!! Punya Yedamie lebih tinggi!" Kedua anak kembar itu melongo melihat Yedam yang masih berteriak dan bertepuk tangan senang.

"Ish Yedamie!!!" Anak kembar itu akhirnya kembali kompak karena kesal.

Iya, kesal karena Yedam diam-diam menata baloknya lebih tinggi dari milik mereka berdua.

"Eih? Anak-anak buna kenapa pada cemberut?" Tanya Chanhee yang membawa nampan berisi gelas plastik dengan coklat hangat.

"Yedamie baloknya lebih tinggi dari punya Kyuie dan Youngie..." Chanhee tersenyum gemas.

Ia meletakkan nampannya di meja lalu mengusak kepala kedua anak kembarnya.

"Kalau begitu, disusun lagi dong. Kan Yedam sudah berhenti menyusunnya." Ujar Chanhee.

Junkyu dan Doyoung menatap menara Yedam yang sudah tidak dibangun.

Dengan semangat mereka berdua kembali menyusun balok tinggi-tinggi.

"Mama..." Renjun memangku Yedam yang sudah terlihat mengantuk.

"Yedamie ngantuk?" Yedam kecil mengangguk-angguk.

Ia merapatkan badannya ke Renjun dan mendusal pelan mencari kehangatan.

Secara otomatis, Renjun menepuk pelan punggung anaknya agar bisa tidur di pelukannya.

"Hujannya deras sekali," komentar Dino melihat keluar jendela.

Renjun mengangguk, "Pasti malam ini Yedam akan tidur bersama kita. Dia kedinginan jika harus tidur di kamar si kembar."

Dino menyeruput kopinya pelan, "tentu, Aku tidak sabar memeluk anak kita yang mungil ini."

Nampak Yedam yang sudah tertidur di pelukan Renjun dengan mengemut salah satu jari jempolnya.

"Baba, aku ke kamar dulu menemani Yedam tidur." Dino mengangguk.

Renjun menggendong Yedam menuju kamar mereka berdua di atas.

Renjun membuka pintunya dengan perlahan. Ia berjalan masuk laku menidurkan Yedam di kasur.

[✓] Three HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang