SABIL & ARYA
Langit yang pagi tadi cerah dan kini berubah gelap seolah ikut bersedih atas nasib hubungan Sabil dan Arya. Sudah setahun sejak Arya melamar Sabil, dan selama itu juga mereka meyakinkan sang nenek untuk mengizinkan mereka melangsungkan pernikahan, mengingat sang kakakpun tak memersalahkan jika dirinya dilangkahi. Namun, jawaban sang nenek tetap sama. Tidak. Hal yang sangat dilarang bagi seorang adik untuk melangkahi seorang kakak dalam hal pernikahan dalam keluarga besar Sabil.
Sabil menghela napas panjang namun lemah, putus asa. Melihat itu Arya menggenggam tangan Sabil, mencoba menguatkannya sambil berkata, "nggak apa-apa, kita bisa terus coba bicara sama nenek kamu."
"Iya, tapi mau sampai kapan? Nenekku tuh kolot kalau soal beginian." Putus asa. Sabil menatap Arya dengan tatapan gelisah. "Aku tahu kalau kamu pasti bersedia nunggu aku tapi, gimana dengan orangtua kamu? Aku takut orangtua kamu mulai bosan menunggu dan ujung-ujungnya minta agar hubungan kita diakhiri-"
Belum sempat Sabil menyelesaikan kalimatnya, Arya sudah lebih dulu menyela, "nggak, orangtuaku juga bersedia nunggu kamu kok."
Sabil berkaca-kaca, dia terharu sampai-sampai menghamburkan diri dalam pelukkan Arya.
"Aku sayang banget sama kamu, Arya."
"Aku juga," balas Arya. "Besok kita coba lagi ngomong sama nenek kamu ya."
Sejenak Sabil terdiam. Dia mendongakkan kepalanya, menatap Arya dengan lekat. Seraya berkata, "sebenarnya lebih mudah kalau kita bujuk kak Nabila, 'kan?"
Arya tertegun. "Kakak kamu? Bukannya lebih susah bujuk kakakmu untuk menikah? Kamu sendiri yang bilang kalau kakakmu itu nggak tertarik sama pernikahan, 'kan?"
"Tapi setidaknya kak Nabila punya hati nurani, dia pasti simpati lihat keadaan kita yang begini."
"Kalau memang dia simpati harusnya dari lama aja begitu, 'kan? Tapi kakakmu cuma diam aja lihat kita begini."
Sabil tertunduk. Benar yang Arya katakan. Kakaknya sama kolotnya dengan sang nenek tapi, jauh dari lubuk hati Sabil dia percaya bahwa kakaknya pasti merasa bersalah melihat keadaannya saat ini. Pasti.
《♡》
"Hei, hei, hei! Kenapa pakai rumus Luas untuk cari keliling, huh? Salah. Perbaiki lagi." Tukas Nabila.
Adit menghela napas panjang. Seharusnya les privat ini sudah diakhiri sejak limabelas menit yang lalu. Namun, bukan Nabila namanya kalau dia menyelesaikan les sebelum muridnya paham dengan materi pelajaran hari ini.
"Buat pr aja ya, kak."
Mengeryit. "Kamu pikir ini sekolah yang kalau udah bel pulang tugas dijadikan pr? Nggak ada deh."
Adit menggerutu dalam diam. Sebenarnya dia tidak mau les dengan Nabila, mengingat Nabila adalah wanita galak yang pernah memarahinya habis-habisan hanya karena tak sengaja menumpahkan air saat ikut ibunya arisan di rumah keluarga Nabila. Kira-kira enam bulan lalu kejadiannya. Namun, karena hampir semua anak yang les dengan Nabila masuk smp atau sma Negeri, ibu Adit pun tetap bersikukuh me-les-kan anaknya itu pada Nabila. Bahkan sampai mengancam tak memberi uang jajan jika tetap menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabila & Wedding Drama [Terbit]
RomanceSikap konservatif sang nenek membuat Nabila berakhir menjadi penghalang pernikahan adiknya. Di mana dalam keluarganya, dilarang keras bagi seorang adik untuk melangkahi sang kakak dalam hal pernikahan. Sedangkan Nabila adalah orang yang tidak pandai...