Cowok Disiplin itu Jatuh Cinta

1.9K 199 1
                                    

COWOK DISIPLIN ITU JATUH CINTA

Riska memicingkan matanya ke arah Lutfi yang sedari tadi senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Riska memicingkan matanya ke arah Lutfi yang sedari tadi senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya.

"Pak Lutfi belakangan ini aneh ya," bisik Riska pada Dita, rekan kerjanya, di mana meja kerja Dita bersampingan dengannya.

"Lo juga ngerasa ya?"

Riska tersentak. "Jadi bukan gue doang yang berpikir gitu?"

Mengangguk. "Waktu makan malam kantor kemarin banyak kok yang nyeritain sikap aneh pak Lutfi."

"Kira-kira kenapa ya?"

"Punya pacar mungkin."

"Serius?"

"Emangnya menurut lo apa lagi? Bos kita itu kan disiplin banget, dia nggak pernah megang hp kalo lagi kerja, dan juga selalu ngawasin kita dari balik jendela ruang kerjanya sampe-sampe kita nggak bisa napas. Tapi, sekarang dia jadi sering lihat hp, dan nggak begitu ngawasin kita lagi. Bahkan si Ika sampe bisa nonton drakor tuh," jelas Dita, sambil menunjuk ke arah rekan kerjanya—ika—yang duduk tak jauh dari mereka, dengan bibirnya. "Cuma orang yang lagi pacaran sama orang yang kecanduan belanja online, 'kan, yang paling sering lihat hp." Lanjut Dita.

Lutfi memang memiliki image seperti itu di mata para bawahannya, disiplin, perfectionis, dan tegas. Namun, belakangan ini Lutfi memang tak terlalu awas pada bawahannya. Lutfi yang biasanya mengawasi gerak-gerik bawahannya dari balik jendela kantornya, kini hanya abai, meskipun tak sepenuhnya abai karena dia masih menegur bawahannya yang tertangkap oleh matanya bekerja tidak becus.

"Kalo bisa sampe merubah pak Lutfi yang danger itu jadi sedikit slowly gini, berarti pacarnya hebat banget tapi, tetap aja menurut gue tuh cewek gila karena mau sama orang orang kayak pak Lutfi." Kata Riska, yang langsung disetujui oleh Dita dengan anggukan.

Di sisi lain

Lutfi langsung beranjak dari tempatnya ketika membaca chat dari Nabila.

Padahal aku udah sampe di depan rumahnya tapi, ternyata nggak ada siapapun di sini, sebel. Mana di sini hujan.

Serlok lokasinya, aku jemput kamu.

Nggak perlu, aku udah pesan taksi online.

Batalin aja, biar aku yang jemput.

No. Kasihan sopir taksinya kalo aku batalin. Lagipula ini bukannya masih jam kerja? Aku nggak mau ya jadi alasan etos kerja kamu jadi menurun.

Nggak kok, Bil.



Nabila:

Nabila & Wedding Drama [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang