PENDEKATAN
Sudah satu minggu usai lamaran, dan Lutfi tak pernah absen menemui Nabila.
"Lagi?" Nabila mendesah. Padahal baru pagi tadi dia bertemu Lutfi tapi, pria itu bilang ingin menemuinya lagi.
"Kan kamu yang minta aku buat ngajarin kamu caranya mencintai aku. Jadi, tentu aja kita harus sering-sering ketemu."
"Tapi, kan baru siang tadi kita ketemu, Lut. Lagipula aku harus ngajar les," jelas Nabila.
"Kalo gitu aku antar, dan tunggu. Sehabis ngajar baru kita jalan."
"Nggak bisa. Hari ini ada tiga sesi les. Jadi, aku nggak bisa ke mana-mana." Tukasnya.
"Lima sesi pun tetep aku tunggu kok, Bil." Tetap bersikeras.
Nabila menghela napas panjang. Memang sulit berbicara dengan Lutfi saat dia sudah bersikeras, itulah yang Nabila pelajari dari calon suaminya selama seminggu menjalani pendekatan.
"Terserah kamu deh, Lut." Menyerah. "Udah dulu ya, aku mau berangkat ngajar."
"Ok. Nanti serlok ya. Biar aku jemput."
Nabila mengakhiri telepon itu. Kembali menghela napas panjang. "Apa pilihan gue salah ya? Apa seharusnya terima Angga aja? Kayaknya Angga jauh lebih kalem dan penurut." Gumamnya. Kemudian menggelengkan kepalanya. "Tau ah."
Nabila melihat jam di ponselnya. 14.07. Masih setengah jam lagi. Jadi, nanti saja pesan ojek onlinenya. Pikir Nabila. Dia meletakkan ponselnya di nakas, dan pergi ke dapur, mengisi botol minumnya sebelum memasukkannya ke lemari es.
"Kak." Sapaan itu mengalihkan pandangannya. Dia mendapati sang adik dan Arya yang datang dengan membawa tiga kotak pizza berukuran large.
"Assalamualaikum, mbak," ucap Arya sembari meletakkan tiga kotak pizza itu di atas meja.
"Waalaikumsalam," jawab Nabila. "Bahumu gimana?" Tanya Nabila, sembari menghampiri Arya yang sudah dipersilakan duduk oleh Sabil di meja makan.
"Udah baikkan, mbak. Cuma harus nunggu seminggu lagi untuk bisa lepas gips," jawabnya.
Nabila mengangguk paham. "Alhamdulillah kalo begitu."
Sabil dan Arya saling memandang dalam ragu. Sebenarnya Arya memiliki alasan sampai memaksakan diri datang ke sini di saat seharusnya dia beristirahat total di rumah.
"Kak, sebenernya ada yang mau Arya omongin sama kakak," kata Sabil.
"Oh ya? Apa?"
"Arya," Sabil memberi isyarat pada Arya untuk bicara.
Arya terlihat ragu. Namun, dia tetap mengatakannya. "Aku dengar mbak mau menikah ya?"
"Iya," jawab Nabila sekenanya. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabila & Wedding Drama [Terbit]
RomanceSikap konservatif sang nenek membuat Nabila berakhir menjadi penghalang pernikahan adiknya. Di mana dalam keluarganya, dilarang keras bagi seorang adik untuk melangkahi sang kakak dalam hal pernikahan. Sedangkan Nabila adalah orang yang tidak pandai...