Rasa Bersalah

2.2K 204 6
                                    

RASA BERSALAH

Baru saja Nabila bangun dari tidurnya, dan hendak mengambil air minum, Anisa sudah menodongnya dengan pertanyaan di ruang tamu, "siapa cowok yang kemarin duduk sama lo di acara reuni? Dinda bilang itu bukan kak Ali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Nabila bangun dari tidurnya, dan hendak mengambil air minum, Anisa sudah menodongnya dengan pertanyaan di ruang tamu, "siapa cowok yang kemarin duduk sama lo di acara reuni? Dinda bilang itu bukan kak Ali."

Dengan gontai Nabila duduk bersebelahan dengan Anisa. Dia balik bertanya, "Dinda mana?"

"Lagi keluar sebentar, mau ngambil paket katanya," jawab Anisa. "Sekarang lo yang jawab gue. Siapa tuh cowok?"

Baru saja Nabila mau membuka mulut, Dinda tiba-tiba membuka pintu sambil berteriak, "wait! Wait! Wait, sist! Kalian mau ngegosip soal cowok itu ya?! Tunggu dulu dong, gue mau video unboxing paket dulu." Dinda duduk di dekat Nabila, meminta tolong Nabila merekam paket yang sedang dibukanya. Setelah selesai, dan memberi rating, dia bersikap tertib sambil menatap Nabila dengan senyum licik. "Jadi siapa cowok yang duduk sama lo di acara reuni kemarin?" Tanyanya.

Nabila mengeryit. "Emangnya lo nggak kenal?"

Dinda menghela napas. "Mungkin kenal tapi, semalem perut gue lagi bergejolak hebat. Jadi, gue nggak begitu merhatiian siapa orang di samping lo. Tapi, gue tahu itu bukan kak Ali, soalnya gue sempet papasan sama kak Ali di depan pintu pas mau masuk ruangan." Menjelaskan.

Nabila mengangguk paham. "Itu Lutfi."

"Lutfi?" Anisa dan Dinda membeo berbarengan.

"Iya, Lutfi."

"Kakak kelas kita yang nggak naik kelas itu? Yang akhirnya masuk kelas kita dan duduk di samping lo? Yang pendiem abis itu?" Dinda memastikan.

"Pendiem abis?" Nabila balik bertanya.

"Iya, mungkin karena malu nggak naik kelas, makanya dia bener-bener diem di kelas. Lo inget nggak, Din, waktu kita kelompokkan IPA bareng dia? Gila, udah kayak pulsa internet aja, ngomongnya terbatas." Anisa menimpali.

"Iya, gue inget tapi, gimana bisa dia nggak berubah sama sekali? Lo inget kan setiap kali dateng reuni dia cuma merhatiin orang-orang di pojokan?" Tanya Dinda. "Kalo emang nggak mau ngobrol sama siapapun di sana kenapa juga dia dateng reuni?"

Nabila mengerutkan kening. Sebenarnya Lutfi mana yang kedua temannya maksud? Karena Lutfi yang dikenalnya bukanlah seperti yang mereka ceritakan. Lutfi yang dikenalnya banyak bicara dan suka berguyon.

"Lutfi Kusuma Negara, 'kan?" Nabila meyakinkan.

"Iya, Bil. Emang ada lagi anak sd Kharismawita yang namanya Lutfi?" Tanggas Dinda.

Memang tidak ada lagi yang bernama Lutfi di sana tapi, kenapa sosoknya terdengar berbeda dari yang Nabila kenal? Atau mungkin Nabila hanya tidak tahu saja seperti apa Lutfi menyikapi sekelilingnya, karena selama ini yang Nabila tahu hanya belajar, belajar, dan belajar. Jadi, seolah menjadi hal yang wajar bila dia tak memerhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya.

Nabila & Wedding Drama [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang