The Rainy Night

2.2K 224 6
                                    

Jaehyun POV

Aku berbohong padanya jika pertemuan pertama kami adalah saat aku mengantarnya pulang dari pemakaman. Pertemuan pertama kami jauh sebelum itu, mungkin bisa dibilang aku menemui dirinya lebih dulu dari Jeno

Sosok manis yang dengan boneka kuda nil putih yang selalu ia tarik di taman, aku bertemu dengannya saat ia masih kecil sedangkan aku sudah bersekolah.

Bukankah cinta anak kecil adalah cinta yang paling tulus?

Saat itu aku hanya berpikir untuk menjaganya, menjaga senyumannya dan tentu dirinya dari bahaya. Aku terlalu naif kala itu, aku merelakan tanganku patah hanya untuk menyelamatkannya

Orangtuaku yang panik langsung membawaku ke rumah sakit, aku baru menyadari jika aku perlu operasi besar. Itu terakhir kali kami bertemu

Anugrah dan kutukan hanya dibatasi sehelai benang tipis, aku bisa melihat benang merah yang melingkar di kelingking setiap orang. Pada awalnya aku merasa itu anugrah, aku bisa membantu orang terdekatku bertemu dengan takdirnya

Tapi.....

Semua itu berbalik menjadi kutukan untukku saat aku mengetahui jika ia dan adikku telah menjadi pasangan

Aku terlambat satu langkah...

Saat itu aku ingin menceritakan pada Jeni jika aku telah bertemu takdirku,pria manis yang satu sekolah dengannya. Tapi aku kembali memendamnya setelah Jeno memperkenalkan kekasihnya itu, dia sosok yang sama dengan takdirku

aku tak ingin merebut kebahagiaan mereka, hingga aku memilih pergi meninggalkan Korea. Aku tak menyangka waktu telah berjalan cukup lama, aku memilih untuk kembali ke Korea dan melupakan takdirku

Hidupku seperti drama, mungkin karena itu juga aku benci menonton drama atau kisah romantis lainnya. Aku sudah lelah dengan takdir, terlebih berkali-kali aku melihat Jeno hanya memandangi kotak berisi cincin.

🌱

Flashback

"Mengapa tidak memberikannya pada Renjun? Kalian sudah cukup lama berpasangan mengapa tidak segera meresmikan?" Ujarku pada Jeno setiba aku kembali dari Inggris

"Apa Renjun benar-benar takdirku hyung?" Aku bungkam, aku tak mungkin menceritakan jika takdir yang digariskan untuk Renjun adalah aku

"Aku sudah lama tak percaya takdir Jen"

"Tapi hyung masih membantu teman-teman hyung menemukan takdirnya"

"Apa hyung melihat benang merah mengikat kami?" Matanya memandangku berharap, tapi lidahku kelu untuk sekedar mengucapkan iya padanya

"Kami tidak ditakdirkan ya hyung" mata sendu itu membuatku sakit, akan lebih menyakitkan jika ia mengetahui jika yang ditakdirkan sesungguhnya adalah aku. Aku mengubur sedalam yang aku bisa

"Perjuangkan jika ia pantas di perjuangkan Jeno... Tak selamanya takdir bekerja sebagaimana mestinya, mungkin saja... Kalian pengecualian" aku kembali menyakiti diriku sendiri

Kehancuranku semakin parah saat Jeno datang dalam keadaan mabuk, aku pikir ia sedang bertengkar dengan Renjun. Tapi aku salah

Jeno kembali menyerah akan takdir, ia mulai merancau akan ketidakadilan takdir yang digariskan untuknya.

Aku kembali dilema, aku tak bisa berpikir jernih apa yang harus aku lakukan. Aku sudah mengubur takdirku dengan Renjun, aku mempercayainya bahagia dengan Jeno dan aku percaya Jeno pasti membahagiakannya

Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang