Part 7

906 96 2
                                    

Happy Reading, Readers! ^.^
.
.

Setelah Jeno mengintip dan bisa melihat siapa orang di depan dorm, matanya membulat.

Ia langsung berjalan mundur dan menjauh dari pintu itu. Jisung mengikutinya. "Wae, wae? Siapa dia?" tanya Haechan pada Jeno.

"Entahlah, aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia memakai topi hitam, masker hitam, jaket hitam, pokoknya hitam semua. Matanya tidak terlihat karena tertutup topi." jelas Jeno.

"Aku juga melihat bayangan orang lain, berarti itu lebih dari satu orang." lanjutnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Jeno, mereka semua semakin gemetaran ketakutan.

"Hyung.. noona.. kita telpon managerdeul saja. Aku takut." ucap Jisung, tangannya masih memegang lengan Jeno.

Suara ketukan pintu dan bel semakin cepat ritmenya. Membuat mereka semua terkaget.

"Aku pikir gak akan ada waktu jika kita menunggu managerdeul datang." Renjun mengeluarkan pendapatnya.

"Kita susun strategi sekarang." ucap Sorae.

"Jeno-ya, kau yang buka pintunya ya, eum.." Sorae melihat teflon yang di pegang Haechan dan mengambilnya.

"Pegang ini, saat kau buka pintu otomatis kau akan di balik pintu, nanti ketika orang itu masuk kau pukul pakai ini ya." ucap Sorae sambil memberikan teflon itu kepada Jeno.

"Haechan-ah ambil barang-barang yang bisa kita lempar, semacam bola, buku atau apapun itu." pinta Sorae kepada Haechan.

Sontak Haechan langsung berlari ke belakang dan mengambil barang apapun yang bisa dilempar.

"Jisung dan Renjun, kalian pegang sapu ini. Aku akan didepan. Bersiaplah di belakangku. Jika Jeno tidak berhasil memukul orang itu, kalian yang maju dan gunakan sapu ini untuk memukulinya." lanjut Sorae.

Suara ketukan pintu dan bel tidak ada habisnya.

"Mengapa kau di depan situ Sorae-ya, itu berbahaya." ucap Renjun yang berjalan mendekati pintu. "Renjun-ah, tenang saja aku jago karate, percayakan padaku." balas Sorae. Renjun pun mengangguk mengerti.

Haechan kembali dengan tangan yang penuh membawa barang-barang.

"Yyaa Haechan-ah apa yang kau lakukan? Kau ingin mandi?" tanya Jeno yang melihat Haechan kembali dengan membawa gayung, botol sampo, botol sabun, botol pembersih muka, botol pembersih lantai, sikat lantai dan bahkan Haechan membawa handuk.

"Yyaa.. lihatlah.. ini sangat berguna. Gayung, sikat dan botol-botol ini tidak terlalu berat untuk di lempar dan mempunyai potensi tinggi untuk mengenai sasaran. Aku bawa handuk ini gunanya jika orang itu tergeletak kita langsung menutup kepalanya. Kalau dia tidak bisa melihat, sangat mudah untuk kita memukulinya sampai sekarat." jelas Haechan.

"Wahh Haechan hyung jenius sekali." ucap Jisung yang kagum dengan penjelasan Haechan.

Suara ketukan pintu dan bel semakin nyaring dan ritmenya semakin cepat.

"Atur posisi sekarang." perintah Sorae. Semua mengambil posisi yang sudah dijelaskan oleh Sorae.

Tangan kiri Jeno sudah menggenggam gagang pintu dan tangan kananya memegang teflon. Ia sudah siap.

Sorae sudah menggenggam botol shampo yang masih penuh isinya dan siap untuk di lemparkan.

Haechan bersiap memegang semua barang agar Sorae mudah mengambil barang selanjutnya yang akan dilempar.

Renjun dan Jisung sudah siap di posisi belakang Sorae dan Haechan. Jeno melihat semua penghuni dorm itu.

Sorae pun menganggukkan kepalanya memberi isyarat bahwa mereka sudah siap. Jeno bisa membuka pintunya.

[✔] DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang