Part 2

103 8 2
                                    

Melihat apa yang kulakukan, tanpa perasaan si Bakpau melepas rangkulanku dibahunya. Tapi karena aku nyaman banget merangkul bahu Teddy Bear, jadi dengan sombong aku merangkul lagi bahu si Bakpau.

Secara pelan si Bakpau berusaha melepas lagi rangkulanku namun wajahku mendekati telinganya dan berbisik pelan.

"Baby girl, lo mau mantan lo tetap gangguin lo? Gue disini niatnya baik kok bantuin lo lepas dari cowok yang tampangnya tak seberapa itu!" Bisikku pelan.

Setelah mendengar bisikanku, si Bakpau perlahan tidak berusaha lagi melepas rangkulanku. Wangi tubuhnya tetap nggak berubah. Aroma bedak bayi serta wangi apel yang lembut memasuki penciumanku saat tidak ada lagi jarak antara aku dan si Bakpau.

"Maaf Pak, anda siapa? Kenapa dengan seenaknya ngerangkul Bella?" Tanya Dion yang menatapku tajam.

Berani banget nih bocah, nanya mulu macam netizen. Mau tahu aja urusan orang alias kepo.

"Eh mantan yang tak diharapkan, lo jangan ganggu si Bakpau eh si Bella lagi! Jadi cowok kok hobinya maksain kehendak dan perasaan, nggak elite banget tuh hobi. Gue kerabat jauh Bella. Jadi lo jangan ganggu nih bocah lagi. Lo nggak mau kan pendek umur karena digebukkin sama kakaknya Bella. Mending lo cari cewek lain aja lah!" Jawabku yang sebenarnya malas banget berurusan sama bocah macam didepanku ini.

Melihat tatapanku yang mengintimidasi. Si cecunguk satu ini akhirnya mau pergi juga. Sebelum pergi sempat-sempatnya nih bocah berusaha menggapai tangan kanan si Bakpau. Ya aku tepis lah itu tangan gatel banget sih mau nyentuh tangan dengan jari berisi menggemaskan milik Bakpau.

"Oke. Gue pulang sekarang. Tapi Bella asal lo ingat gue nggak akan nyerah untuk dapatkan hati lo lagi!" Ucap Dion. Lalu pergi meninggalkan kami.

"Sekarap lo aja tong mau macam mana!" Gerutuku pelan.

Baru saja aku mau menoleh menghadap si Bakpau, lagi-lagi lengan kiriku ditepis kasar dan kaki kiriku diinjak kuat boneka panda satu ini.

"Aww..." ringisku pelan. Gila banget serangan mendadak si Bakpau.
"Om ini siapa sih? Datang-datang ngerangkul bahuku!" Ucap Bella dengan menatap kesal wajahku. Belum aku menjawab ucapannya, terdengar gelak tawa membahana di meja pojok. Jangan tanya siapa lagi yang menyumbang tawa yang merusak pendengaran.

"Hahaha...dipanggil om? Gokil nih cewek!" Celetuk Thomas.
"Aww...Hei om jangan gangguin anak gadis orang! Hahahaha..." Sambung Alden.

Sialan. Teman siapa sih mereka? Si Bakpau matanya minus ya, nggak bisa membedakan mana pria dewasa penuh pesona, mana pria yang pantas dipanggil dengan sebutan om.

"Jangan panggil om, neng geulis panggil Eyang aja sekalian!" Kata Adrian menambahi.

Kampret memang. Sabar Aldrick! Menghadapi Teddy Bear hidup ini harus ekstra sabar. Nanti kalau sabar, Aldrick makin ganteng. Fix!

"Jangan panggil gue om ya Baby girl. Gue nggak pernah nikah sama tante lo! Panggil gue Abang, mas, kakak, atau sayang sekalian nggak masalah. Gue ikhlas!"

"Aneh!" Gumamnya pelan. Tanpa basa-basi nih bocah ngajak temannya pulang dan berlalu meninggalkanku. Nggak ngucapin "thank's" lagi. Kan aku udah nolongin dia dari mantannya yang berasal dari dunia lain. Aldrick si cowok ganteng maksimal, nggak bisa diginiin!

Sebelum benar-benar pergi, aku cekal aja pergelangan tangan si Bakpau. Enak aja main pergi gitu aja! Bella berusaha melepaskan tanganku yang mencekal tangan berisinya.

"Apaan lagi sih om? Jangan ganggu aku lagi! Aku nggak punya uang kalau om mau malakin aku!" Keluh Bella dengan kedua pipi yang memerah menahan kesal padaku. Sumpah makin cantik dia kalau model kesal begini. Boleh aku bungkus dan bawa pulang nggak sih si Bakpau ini. Kalau bisa kusimpan di lemari kamar.

"Astagfirullah....Hei Bakpau maksud gue Bella, gue nggak pernah mau malakin lo ya! Uang gue udah banyak. Tapi 1 hal yang mesti lo ingat, kalau ditolongin orang lain tuh harus ngucapin makasih. Bukan karena pamrih, tapi kita berusaha menghargai bantuan dari orang lain. Kalau bantuan lo ke orang lain nggak dihargai lo mau?" Tanyaku pelan tapi penuh ketegasan.

"Iya om. Makasih bantuannya, udahkan om lepasin tanganku sekarang!" Ucapnya pelan. Melihat Bakpau yang merasa risih dengan cekalan tanganku. Aku pun melepas tanganya.

"Hati-hati kalau pulang!" Ucapku pelan. Lalu aku berlalu melewati si Bakpau dan temannya. Aku segera menuju tempat dudukku. Setelah berbagai drama yang terjadi, saat aku duduk, si Bakpau sudah tidak ada lagi ditempat. Cepat banget ngilangnya tuh bocah.

"Lo kenal Al sama cewek montok tadi?" Tanya Thomas.
"Kenal!"
"Dia siapa Al?" Tanya Adrian.
"Si Bakpau tadi tuh adeknya Brian. Kalian kan tahu nyokap Brian sohibnya nyokap gue. Dari dia bocah gue udah kenal. Tapi emang tuh bocah ingatannya lemah masa nggak ingat wajah tampan gue. Keterlaluan kan?" Gerutuku.

"Serius lo? Cantik amat adeknya Brian. Tapi masih SMA ya... sayang banget padahal mau gue deketin tuh cewek!" Kata Alden dengan wajah sok gantengnya.

Enak aja mau deketin si Bakpau. Aku aja nggak bisa deketin tuh bocah. Eh si Alden pede banget mau deketin si Teddy Bear berjalan.

"Jangan deketin tuh bocah. Kakaknya galak semua. Kecuali lo emang nekad dan kuat mental. Boleh deh!" Ucapku menanggapi komentar mereka.

Tidak lama, handphone-ku berdering. Saat kulihat siapa gerangan yang menelpon cowok ganteng jam segini. Rupanya baginda Ratu yang menelpon alias Mommy.

Ku dial tombol hijau pada layar handphone.
"Assalamua'laikum Mom!" Sahutku ketika mengangkat telpon pertama kali.
"Wa'alaikumsalam. Al kamu masih di Kafe?"
"Iya Mom. Kenapa? Ada yang bisa Al banting? Maksudnya bantu?"
"Mommy minta tolong Al, jemputin Mommy nanti sore jam 4 di rumah Tante Nanda bisa?"
"Itu aja Mom?"
"Iya."
"Bisa lah Mom. Apasih yang nggak buat Mommy? Waktu Al hanya untuk Mommy!"
"Gombalanmu itu Al, bikin Mommy mulas!"
"Hahaha....oke deh Mom. Nanti Al jemput mau pakai apa? Sepeda, motor, becak, mobil, atau helikopter?"
"Sekarepmu boy. Terserah yang oenting Mommy pulang dengan selamat!"
"Oke lah Mom. See you ya. Jangan kangen bentar lagi juga kita ketemu. Assalamu'alaikum!"
"Pede banget nih bocah. Wa'alaikumsalam."

Setelah aku membayar apa yang kupesan. Kami pun pulang ke tempat tujuan masing-masing. Next time kami ngumpul lagi kalau sudah ada Brian.

Selama di perjalanan pulang, aku memikirkan sesuatu. Bukankah kalau ke rumah Tante Nanda kemungkinan besar ketemu si Bakpau. Wow kesempatan yang menyenangkan.

Pertemuan pertama itu kebetulan. Pertemuan kedua itu ketidaksengajaan. Kalau pertemuan ketiga itu sudah pasti jodoh yang ditetapkan. Oke fix! Kalau ketemu Bakpau ketiga kalinya, berarti jodoh dari Tuhan. Ucapku dalam hati.

Jangan bilang aku terlalu pede. Percaya diri itu boleh tapi disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Nah, aku kan sudah punya segalanya kecuali pasangan. Kalau sudah dapat pasangan tentunya tidak ada lagi kekurangan. Guman Aldrick dengan keaombongan yang hakiki.

                                TBC

My Chubby WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang