Part 13

65 6 3
                                    

Tubuhku terasa kaku. Seperti tertimpa beban berat di atas tubuhku. Tangan kananku terasa pegal. Perlahan aku membuka mata. Ternyata beban berat yang menindih tubuhku adalah si bakpau Bella. Sumpah, tangan kananku kram. Setengah tubuhnya menindih tubuhku. Benar-benar si gendut satu ini, aku dijadikan guling hidup rupanya.

Aku melirik jam tangan yang masih melekat di tangan kiriku. Sekitar 30 menit lagi azan subuh. Perlahan aku menyentuh pucuk kepala Bella, mengusapnya lembut. Napas hangatnya yang teratur berada di atas dadaku.

"Bella, bangun ya! Bentar lagi azan subuh!" Ucapku pelan. Tidak ada pergerakkan sedikitpun dari Bella.
"Bella bangun dulu!"
Aku menggoyangkan bahunya pelan. Masih belum ada pergerakkan darinya.

Dengan cepat, aku bangkit lalu menindih tubuh montoknya. Ini gadis, masih tidur dengan nyenyaknya. Karena gemas melihatnya entah tidur terlalu pulas atau pingsan mungkin, aku mencubit pipi kanannya sedikit keras sambil berbisik di telinganya.

"Bangun ndut, udah mau subuh!"
"Aaww!" Teriaknya sambil menonjok kepalaku. Buset, kencang juga tonjokkan duplikat panda satu ini.
"Aduh!" Keluhku sambil mengelus kepalaku.

Bella langsung memukul lenganku dengan bantal.
"Nyebelin banget sih kak, nyubitin pipiku, sakit!"
"Maaf baby, habisnya aku bangunin mulai tadi, nggak bangun-bangun!"
"Aku masih ngantuk kak!"
"Bentar lagi azan subuh, kamu tadi tidurnya nindihin badan kakak, kakak nggak bisa bangun jadinya."
"Masa sih? Kok aku nggak ngerasa ya?"

"Iya kan kamu kalau tidur setengah pingsan. Susah dibangunin!"
"Ehm....iya maaf. Ini sudah di Villa kak?"
"Iya. Jam 12 malam tadi kita sampai."
"Ka...kakak ya yang gendong aku sampai ke kamar?"
"Nggak kok. Kamu kakak seret ke sini!"
"Emang aku apaan pakai diseret-seret begitu!" Ucapnya cemberut.

"Udah jangan cemberut gitu. Bibirnya jangan di maju-majuin. Mau minta cium ya?" Kataku sambil mengangkat sebelas alisku.
"Pervert!" Kata Bella sambil menjulurkan lidahnya mengejekku. Aku hanya tertawa pelan melihat tingkahnya.
"Mau ikut sholat subuh di mesjid dekat Villa kita nggak?" Tawarku sambil mengelus pipinya.
"Mau kak!"
"Kalau gitu, kamu mandi dulu di kamar mandi kamar ini. Aku mandinya di kamar mandi sebelah. Ok!"
"Ashiaap!"

Sekitar 10 menit, kami sudah selesai mandi dan berpakaian. Selanjutnya kami menuju Nurul Huda yang letaknya 200 meter dari Villa kami. Kami jalan beriringan tidak lupa juga saling menyapa dengan penduduk sekitar yang juga pergi ke mesjid. Waktu aku kecil, sering berlibur ke Villa ini. Dan sudah beberapa penduduk yang aku dan keluarga kenal baik. Jadi, setiap berkunjung kesini rasanya seperti pulang ke kampung halaman sendiri.

Tidak hanya sholat subuh berjamaah yang kami ikuti, ceramah subuh di mesjid kami juga ikuti. Setelah selesai, kami berdua mampir dulu ke warung Bi Muna yang jualan nasi pecal. Kami memang tidak makan disitu, nasi pecal yang dipesan kami bungkus untuk bawa pulang. Sepanjang perjalanan pulang, aku selalu menggenggam tangan Bella erat.

"Kak, mau langsung sarapan atau bagaimana?" Tanya Bella saat kami sudah berada di depan Villa.
"Sarapan aja dulu. Minumnya boleh kamu siapin ya!"
"Teh kan?"
"Iya. Aku mau ke kamar dulu ya ada beberapa email yang harus kucek sekarang."
"Oke."

Aku bergegas menuju kamar lalu membuka email di smartphone yang mulai tadi malam tergeletak di atas nakas.

Entah sudah berapa lama, aku memeriksa beberapa laporan via email. Jam dinding sudah menunjukkan jam 7.15 pagi. Akhirnya laporan yang kuperiksa selesai, aku segera menuju meja makan yang berada di bagian tengah dapur Villa.

Aku melihat Bella yang sedang asik menyiapkan roti bakar dan omlete. Tidak lupa Bella juga menyiapkan teh, susu cokelat dan jus apel. Nasi pecal yang sudah kami beli sudah tertata rapi di meja makan.

My Chubby WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang