Part 10

45 5 4
                                    

     Sudah 2 minggu lebih lamanya pernikahanku dan Bella berlangsung. Ternyata waktu memang berjalan lebih cepat jika kebahagiaan menyertai kita. Jam dinding menunjukkan pukul 8.30 malam. Aku segera menutup berkas laporan dan mematikan laptop. Saat ini aku masih berada di ruang kerjaku.

     Sejak 4 hari lalu, Aku dan Bella sudah tinggal di apartemenku. Selain kami berdua, ada Mbok Asih dan Bi Suci yang membantu pekerjaan rumah tangga. Aku juga memperkerjakan satu sopir yang akan mengantar kemanapun Bella pergi saat aku melakukan urusan bisnis di luar kota atau luar negeri.

    Tok...tok...tok...
Pintu ruang kerjaku di ketuk seseorang.
"Kak Al!" Teriak Bella.
"Masuk!" Jawabku.
Bella membuka pintu, lalu melangkah pelan menuju tempat dudukku.
"Makan malam sudah siap Kak. Ayo makan aku sudah lapar!" Ucap Bella sambil menarik tanganku. Dengan iseng, aku tarik tangan Bella sehingga tubuhnya menimpa tubuhku. Bahkan posisi sekarang Bella terduduk di pangkuanku. Tubuhnya menegang beberapa saat ketika aku memeluk erat pinggangnya.

"Kenapa tegang begini sih? Salting ya?" Ucapku sambil mencium pipi kirinya. Wangi banget sih dakocan kesayanganku satu ini. Aroma bedak bayi dan wangi buah apel terasa segar menyelimuti tubuh montok Bella.

"Siapa yang salting sih? Aku kan kaget ditarik tiba-tiba. Ayo Kak kita makan aku lapar!"
"Terus kenapa pipinya merah?"
"Tau ah! Cepat kak kita makan!" Rengeknya sebal.
"Baiklah. Jangan nangis dong!"
"Ih siapa yang nangis? Emang aku anak kecil!"

    Aku hanya tertawa pelan mendengar gerutu Bella. Aku dan Bella segera menuju meja makan. Rupanya tinggal kami berdua yang belum makan malam. Mbok Asih, Bi Suci dan Pak Roman, sopir kami sudah makan malam terlebih dahulu. Itu juga karena perintah Bella. Biasanya kami semua makan bersama. Tapi kalau aku dan Bella sibuk, Bella pasti meminta mereka makan duluan.

     Kami berdua mulai menyantap makan malam. Ada capcai, tempe goreng cryspi, ayam goreng serta sambal tomat. Meski makanan sederhana tapi rasa selalu istimewa. Apalagi yang masak istri chubby tercinta. Jelas rasanya juara.

Harus aku akui, meski Bella masih berusia 18 tahun lebih. Pemikirannya sudah seperti orang yang dewasa. Bella mampu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Walapun terkadang aku katakan padanya untuk fokus belajar, biar urusan kerjaan rumah dikerjakan sama ART, tapi tetap saja Bella ikut mengerjakan juga.

Hampir setiap aku berangkat ke kantor, Bella menyiapkan bekal makanan untukku. Kalaupun dia tidak sempat masak, pasti dia selalu menyiapkan makanan yang tersedia. Pelan-pelan, Bella sudah lebih mudah saat dibangunkan ketika tidur. Hanya saja kalau sudah weekend tetap saja habis sholat subuh, dia pasti tidur lagi.

"Kebiasaan kamu tuh, kalau makan blepotan!" Tegurku pelan sambil mengusap pelan sudut bibirnya yang bercelemotan bekas sambal dan ada sedikit butir nasi yang menempel di pipinya. Bella hanya tersenyum polos mendengar teguranku.

Sepanjang makan malam, kami berbincang santai. Aku selalu menanyakan bagaimana harinya selama di kampus. Dan Bella selalu antusias menceritakan kegiatannya di kampus. Setelah selesai makan malam dan mencuci piring, kami menuju kamar.

"Kak, udah nggak sibuk kan?" Tanya Bella saat aku duduk santai di atas ranjang.
"Kenapa?"
"Belum ngantuk kan?"
"Belum. Kenapa? Mau ngajakin buat Baby ya?" Tanyaku sambil tersenyum miring padanya.
"Mesum!" Teriaknya sambil melempar guling padaku. Tentu aku menangkap lemparannya sambil terkekeh pelan.

Kami memang belum melakukannya. Aku tidak mau memaksakan kehendakku padanya. Biarlah semua berjalan pelan-pelan saja karena aku akan sabar menunggu Bella siap melakukan tugas istri yang satu itu. Meskipun di lain kesempatan, aku sering kali modusin Bella. Entah itu dengan sentuhan ringan, pelukan, atau sekedar cium pipi atau kening. Aku ingin dia terbiasa dengan sentuhanku.

My Chubby WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang