Tifa menjadi salah satu dari sekian banyaknya lulusan sarjana pendidikan yang enggan menjadi guru. Perempuan itu tidak suka terikat dengan instansi sekolah. Mengajar memang passionnya, tetapi mengurus administrasi bisa membuatnya sakit kepala. Tifa...
Ini akan selesai dengan cepat. Ya, Tifa harus segera melakukannya. Hanya naik, mengucapkan selamat, lalu turun dan pulang. Selesai.
Bukankah semudah itu?
"Selamat, ya, Mas!"
Tifa mengulurkan tangan kanan dengan senyum yang mengembang, menyembunyikan getaran dalam suaranya. Lelaki yang tengah berdiri di pelaminan itu kemudian menyambut jabatan tangannya dengan mantap.
"Makasih, Tif! Kamu ke sini sendiri aja?"
Memang harusnya sama siapa?
"Iya nih. Maaf nggak bisa lama-lama, Mas. Sekali lagi selamat buat pernikahan kalian!"
Lagipula tidak ada alasan juga bagi Tifa untuk berlama-lama di sana.
"Selamat, Mbak!" Tanpa menurunkan kedua sudut bibirnya Tifa menyalami mempelai perempuan yang tidak dia kenal.
Lihat, semudah ini 'kan?
Setelahnya perempuan itu terbirit melarikan diri dari tempat tersebut. Meski sedikit kesulitan melewati kerumunan, Tifa berusaha mempertahankan kecepatan langkah kakinya, berharap agar lekas sampai di pintu keluar. Butuh beberapa langkah lagi dan dia berhasil. Namun sial, air di sepasang pelupuk mata itu jatuh mendahului keinginannya.
°°°
Atifa Maheswari
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~
Ardhiyoko
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~
Danis Januar
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.