11. Pemanasan

39 12 0
                                    

BAGIAN 11

You lift my feet off the ground

You spin me around

You make me crazier, crazier


Di samping panggung, Tifa memandang mikrofon di genggamannya. Perempuan itu berkali-kali menarik napas dengan berat. Perkataan lelaki yang tempo hari mengajaknya pergi menonton membuat dia tak bisa menjalani hari-hari dengan tenang. Kalimat tanya yang Dhiyo berikan padanya masih terngiang-ngiang hingga sekarang.

"Aku mau coba lebih dekat sama kamu, boleh?"

Sebenarnya Tifa bisa saja langsung menjawabnya dengan 'ya' mengingat dia mulai merasa nyaman ketika bersama lelaki itu. Namun, pertemuan mereka dengan sosok Dahlia sebelumnya membuat dia menahan diri. Perempuan itu tak ingin gegabah. Dia memilih untuk memikirkannya matang-matang sebelum memberi jawaban.

Tifa tidak tahu-menahu mengenai hubungan antara lelaki itu dengan sosok perempuan yang sempat mereka temui. Dia juga tak berniat untuk mencari tahu. Perempuan itu akan menunggu sampai Dhiyo sendiri yang membicarakannya.

Apa mungkin lelaki itu belum berdamai dengan masa lalunya?

Di tengah renungannya, Danis melintas. Tifa menyapa bosnya seperti biasa dan respon baik pun dia peroleh. Tak ada yang berubah di antara mereka. Meskipun demikian, terlihat jelas jika lelaki itu tengah berusaha menghindar darinya. Tifa sama sekali tidak masalah dengan hal tersebut.

Memang itu yang dia inginkan, bukan?

***


Wali Clarissa

Besok kamu ada waktu luang? Kalau iya, aku jemput di kos jam sepuluh

Aku mau nagih jawaban :)

Tifa menggigiti ujung kuku tatkala pesan itu telanjur dibukanya. Besok Minggu, tentu saja dia tidak memiliki satupun jadwal mengajar les. Perempuan itu mencoba mengetik balasan dengan hati-hati. Sebenarnya, dia masih membutuhkan waktu lebih lama. Namun, dirinya juga tak enak hati karena tak kunjung memberi jawaban pada Dhiyo. Jika dihitung-hitung, lelaki itu sudah menunggu hampir tiga minggu.

Beruntungnya, tiap mengajar Icha, dia tidak pernah bertemu dengan Dhiyo. Akan lebih tidak nyaman jika Tifa tetap bertatap muka dengannya sementara perempuan itu masih belum memperjelas apa yang ada di antara mereka. Kini dia jadi makin bingung.

Iya, bisa mas

Balasan singkat tersebut akhirnya Tifa kirimkan.

Perempuan itu lalu bersiap-siap untuk pergi ke kafe usai menyelesaikan les terakhirnya hari ini. Belakang ini, dia jarang melihat Danish berkeliaran di sana. Sepertinya lelaki itu memang memberi jarak padanya. Padahal, Tifa hanya ingin semua sama seperti sebelum-sebelumnya. Tetap berhubungan baik dengan bosnya sendiri.

Akan tetapi, dia paham kalau konsekuensi semacam ini bisa terjadi. Keputusan Danish merupakan hal di luar kendali yang tidak dapat dia paksakan. Yang terpenting, Tifa akan berusaha untuk profesional dalam pekerjaannya. Seperti tujuan utamanya sedari awal bekerja di sana.

Tifa tidak langsung turun di depan kafe. Dia meminta pengemudi ojol untuk menurunkannya beberapa blok sebelum tempat kerjanya itu. Dia ingin membeli beberapa keperluan, seperti sabun, pasta gigi, dan beberapa camilan di minimarket. Oleh karena itu, dia sengaja berangkat sedikit lebih awal.

EMPHATY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang