Part 14

945 89 19
                                    


Pagi hari tiba. Siswa dan siswi dibebaskan berkeliling di sekitar tempat camping dan kembali sebelum makan siang. Ada yang ke pasar, sungai, sawah, kebun teh, hingga ke pemukiman penduduk hanya sekadar merasakan hawa segar.

Gita memilih ke pasar membeli jajan sedangkan Giska memilih ikut sambil mencari jaringan dan mengabari ayangnya. Maklum LDR.

Andis? Tentu saja lanjut tidur sampai waktu yang tidak ditentukan.

Di pasar, mereka tidak sengaja bertemu Galang. Galang tak hentinya mengoceh. Gita yang mendengarnya pun berasa telinganya sebentar lagi meledak.

"Git, ini enak banget. Kata ibu tadi ini namanya apam, Gita pasti belum pernah nyoba kan?" Gita mengacuhkannya.

"Git, liat! Kata yang jual tadi ini namanya terong, tapi kok bulat terus warna ijo, kenapa nggak warna ungu ya?" Gita melangkah tanpa memperdulikannya.

"Git, Giska lagi nyari jaringan buat ngabarin ayangnya? Gita gak mau nyari ayang juga gitu? Galang jomblo loh." Gita tetap diam.

"Git, tawaran Galang yang kemarin malem masih berlaku loh, malah ada bonusnya kalo Gita jadi pacar Galang hari ini, gratis Galang jajanin selama di pasar."

"Kalo Gita gak mau jadi pacar Galang, Galang aja yang jadi pacar Gita, gimana? Galang gak keberatan kalo kita pacaran."

"Gita diem jadi pacar Galang, jalan juga jadi pacar Galang, bernapas juga jadi pacar Galang."

Gita masih tidak menghiraukannya.

"Gita suka Haechan ya? Kenapa suka Haechan sih? Mending suka Galang, bisa dimiliki lagi, dijamin bahagia selalu, sehat sentosa kalo ama Galang."

Gita berbalik menatapnya tajam

"Tapi lo gak seganteng Haechan!"

"Tapi gue bisa nyanyi kayak haechan, bisa lebih gemoy dari Haechan, bisa bikin Gita bahagia lebih dari haechan," ucap Galang menyombongkan diri

"Haechan gak playboy kayak Lo." Gita meninggalkan Galang

"KALO DAPETIN GITA, GALANG BERENTI NAKAL!" Teriak Galang membuatnya menjadi pusat perhatian

"Copas di Facebook lagi tuh anak," gumam Gita. Ia memilih mencari Giska agar terlepas dari Galang. Setidaknya cowo itu masih sedikit takut pada Giska karena kata-katanya setara dengan cabe sekilo.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Andis bangun dengan kepala pusing karena tertidur lebih dari 10 jam.

Saat keluar tenda, ia hanya menemukan beberapa murid. Gadis itu pun memilih ke sungai untuk menyegarkan badannya.

"Andis!" Gadis itu menoleh

"Sini!" Panggil Awan

"Kenapa, kak?" Tanyanya

"Mau ikut mancing nggak?" Andis menggeleng, ia memilih duduk di samping Awan.

Gadis itu diam karena nyawanya belum terkumpul sempurna.

"Dis?"

Andis masih diam

"Hm?" Ucap Andis setelah beberapa menit

"Astaga, gue kira lo kesambet."

"Kak Awan udah dapat berapa ikannya?" Tanya gadis tersebut telah mendapat kesadarannya 100 persen.

"Baru 2 nih, Lo mau coba mancing nggak?"

Andis menggeleng mengingat tangannya masih sedikit memerah.

"Kakak aja. Saya gak sesabar itu soalnya nunggu ikan.

CRUSH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang