Part 6

751 55 2
                                    

Udara dingin menerpa wajah tampan pria berjaket hitam. Tatapannya tajam dan mengintimidasi menatap lawan yang sudah terkapar di kakinya.

"Al udah, Lo bisa bunuh dia!" Angin menahan sahabatnya itu, ia cukup hapal Alka tidak akan berhenti sampai lawannya tidak bergerak lagi. Ia tak ingin berurusan dengan polisi lagi, setidaknya tidak malam ini.

Alka menginjak perut Joe, kakak kelas brengsek. itu. "Kalau lo ngulangin kesalahan yang sama, gue pastiin lo bakal mati saat itu juga!"

Joe terbatuk. Ia tidak menyangka kelakuannya akan ketahuan oleh Alka, ia sedikit menyesal tidak bergegas saat itu.

Alka mengeluarkan pemantik dan membakar 3  kamera tersebut tepat di depan wajah Joe yang masih terbaring di bawah kakinya, tak lupa ia mengeluarkan simcard dan mematahkannya menjadi dua bagian.

"Al udah, gue rasa ini udah cukup." Raka menepuk pundak Alka, sahabatnya satu ini sangat menyeramkan saat marah.

Alka menendang Joe kemudian keluar dari gudang terbengkalai itu, menyisakan Joe yang mengerang kesakitan.

3 motor tersebut melaju membelah jalan dan berhenti di sebuah warung kecil, mereka memberinya nama warung mas bogem.

Pemiliknya adalah mas Eko yang botak namun karena badannya terbilang kecil, mereka menamainya botak gemes yang disingkat bogem.

Tio menatap kesal ketiga sahabatnya, mereka terlambat 3 jam dari waktu janjian awal.

"Kebiasaan deh lo pada gak punya jam apa gimana? Ngaret banget anjir!"

Raka memutar matanya malas. "Kita abis beresin Bang Joe sialan, dia ternyata naruh kamera tersembunyi di toilet cewe."

"Bukan kita, Alka doang yang ngehajar Bang Joe," ucap Awan

"Hah? Lo tau dari mana Bang Joe nyimpen kamera di toilet cewe?" Tatapannya beralih ke Alka.

Alka mengembuskan asap rokoknya. "Gak sengaja," jelasnya tenang.

"Jawab yang bener!" Bersahabat dengan Alka memang menguras emosi, mengapa ada orang yang sangat irit bicara padahal bicara tidak menghabiskan banyak tenaga.

"Dihukum bersihin toilet tadi pagi."

Tio mengangguk paham.

"Kok gue gak diajak?"

"Lo kan tadi rapat OSIS," ucap Awan.

Tio memberi tatapan terluka pada ketiga sahabatnya, ia merasa tidak dianggap, terkucilkan, tersisihkan. Jangan-jangan mereka akan mengeluarkannya dari circle berudu ini.

"Gak usah pasang muka mau berak gitu, nyet!" Kesal Raka.

"Saya salah apa ya kak?" Tio mengedipkan matanya beberapa kali

"NGOMONG SEKALI LAGI GUE PUKUL LO!"

Awan menggelengkan kepalanya. Sekian lama mereka bersahabat, mengapa Tio masih tidak mengerti kalau kesabaran Raka itu setipis buku catatan amal baik mereka? Awan menghela nafas.

Sedangkan Alka tidak peduli dengan pertengkaran di depannya dan lebih memilih menikmati rokoknya. Setidaknya nikotin membuatnya lebih tenang dan memudarkan hasrat membunuhnya pada kakak kelas sialannya itu.

"Eh btw Lo pada tau Andis anak 10 IPA 1 samping kelas kita?" Tanya Raka

Fokus Alka sepenuhnya pada lawan bicara di depannya. Andis, gadis itu selalu punya magnet untuk menariknya lebih dekat. Ia ingin tau semua yang berkaitan dengannya.

"Kenapa? Lo suka?" Ucap Tio asal

"Lo mending diam deh, nyet!" Raka menggeplak kepala Tio yang tidak seberapa itu.

CRUSH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang