A4

2 2 0
                                    

***

Setelah menghabiskan waktu selama dua jam mencari referensi untuk tugas mereka, akhirnya Alana dan Regan meneruskan langkahnya mengelilingi mall itu seharian.

"Al, sini ikut gue." kata Regan sembari menarik tangan Alana.

"Kemana?"

"Ikut aja udah!"

Disinilah mereka berada. Di sebuah toko yang berisikan peralatan motor dan sebagainya. Salah satunya adalah helmet yang berjajar dengan beragam jenis dan warna.

Helm? Pikir Alana.

Mereka masih mengelilingi toko itu sembari berpegangan tangan.

Alana yang menyadari hal itu, tak bisa menahan senyumnya lebih lama.

"Coba kita pilih.." katanya, lalu ia melihat-lihat dengan kening yang mengerut.

Melepaskan genggamannya sejenak, lalu Regan mengambil salah satu helm yang berada disana dan mencoba memasangkan itu pada Alana.

"Pas, sih. Tapi warna item. Lo dingin, entar makin dingin. Jadi gak usah." katanya bermonolog sendiri. Lalu ia membukanya dan menyimpan kembali.

Beralih ke sebelah kanan helm hitam itu, yang mana warnanya adalah pink. Namun meski sempat mengerutkan keningnya, ia tetap memakaikan itu pada Alana.

"Anying gak banget! Lo 'kan preman, masa warna pink, ya?"

"Bacot!"

"Oke merah."

"Rambut gue lama-lama keriting anjir!"

"Jangan merah, deng! Lo cepet marah. Entar makin panas."

"Apa hubungannya, bego?!"

"-- NAH! Keknya cocok dah nih.." sambung Regan. Lalu ia memakaikan helm berwarna lilac itu dengan bentuk yang menurut Alana juga lucu.

"Cocok!"

"Gak mau warna ungu ihh! Kayak janda."

"Bukan ungu, sayang. Lilac!!"

"Bodo amat! Pokoknya gak mau!!"

"Harus mau!! Gue milih ini juga berdasarkan kepribadian lo!"

Alana mendelik.

"Sedingin-dinginnya elo, elo tetep cewek dan punya hati lembut. Sama kayak warna ini. Adem. Lo 'kan gitu.."

Untuk beberapa saat, Alana tertegun sebelum kemudian ia berdehem.

"Kenapa harus lilac, abu bisa 'kan?"

"Kan udah gue bilang, lo cocoknya pake itu. Udahlah nurut aja kenapa, sih?"

"Tapi ngomong-ngomong, kenapa lo beliin gue helm?"

"Punya lo udah gak layak pake."

"Hm?"

"Tadi pagi. Lo misuh-misuh 'kan gara-gara helm itu."

Alana tertegun sekali lagi. Dia pikir Regan tak memerhatikannya. Sebab semua orang tahu bahwa ia adalah orang pertama yang meninggalkan mereka di parkiran--tanpa peduli bahwa Alana sedang kesusahan membuka helm.

Senyum Alana terbit sekali lagi.

"Gue lupa. Meski lo ribut mulu sama gue, lo tetep selalu menjadi orang ter-care sama gue. Bahkan, ketika lo terlihat gak peduli."

"---Thanks Regan."

"Cieee perhatian banget lo sama gue.." hanya itu yang bisa Alana katakan. Meski sebetulnya hati dia ingin berbicara sebaliknya.

ALANA [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang