***
Film yang bertajuk 'Kukira Kau Rumah' sebagai debut film panjang sutradara berumur 19 tahun itu, menjadi pilihan Alana untuk menonton saat ini.
Bukan hanya karena sebatas ingin. Tapi memang pada dasarnya Alana adalah sejenis manusia yang menggilai berbagai jenis genre perfilman.
"Gue kadang penasaran." ucap Alana memulai percakapan.
Saat ini mereka sedang berada di dalam bioskop, tepat di kursi paling tengah--sedang menunggu film diputar.
"Apaan?" Regan menyahut sambil mencomot satu biji pop corn.
"Kenapa kalo nonton harus sambil makan pop corn? Kenapa enggak makan cimol atau seblak aja? 'kan lebih enak ya?" Alana berujar dengan serius. Namun dimata laki-laki dihadapannya, itu terlihat polos nan menggemaskan.
Cowok dengan alis tebal itu menoleh dan mencondongkan badannya ke arah cewek didepannya. "Gue juga kadang bingung."
"Hm?" Alana mengerjap.
"Kenapa kalo di depan orang lain lo dingin cuek tapi di depan gue lo selalu konyol dan bego?"
Pletakk
Alana menjitak kepala Regan tanpa merasa bersalah.
"Aishhh Alanaaa..!"
"Hehe.." sedangkan yang dipelototi hanya menyengir kuda.
"Lagian kenapa sih lo gitu mulu sama gue?! Gue kan cuma tanya.. Akur sekali-kali kenapa, sih?!"
"YA ELO!!" Regan kesal sendiri.
"Jadi apa alasannya?"
"Apa?!"
"Pop corn.."
"Lo masih kepikiran itu? Sumpah ya lo! Astagaa.." Regan tak habis pikir dengan kegobloan unfaedah ini.
"Oke. Kalo lo nyemilnya cimol, seblak dan apapun itu. Pertama, lo gak akan fokus karena gue tau lo hanya bakal fokus sama makanan lo. Kedua karena tidak ada dari sananya kalo nonton harus makan seblak, pinter.."
"Gitu?"
"Astagaaa.. suka-suka Alana aja deh ya? Yang penting kamu bahagia.." Regan meringis sambil mengacak-acak rambut Alana dengan lembut.
Sedangkan yang diperlakukan seperti itu, hanya mematung dan lagi-lagi salah tingkah.
"Ngadep depan sana! Udah mulai tuh filmnya.."
"Alhamdulillah." Regan berkata kemudian.
Setelah beberapa saat namun belum sampai pada ending cerita, hampir semua bahkan Alana yang berada disisinya sudah berlinang air mata.
Regan yang memang mengikuti alur ceritanya dari awal sedikit paham mengapa orang-orang khususnya Alana sampai menangis seperti ini.
Bukan hanya karena filmnya yang menguras air mata, tapi karena sebagian dari inti cerita sangat relate dengan kehidupan masa kini. Tema dengan mental health ini, mampu membuat para penonton merasakan bagaimana rasanya menjadi sosok Pram maupun Niskala.
Termasuk Alana.
Sering kali menjadi tempat bersandar sebagian orang, menjadi pendengar yang baik, namun tanpa disadari, diri sendiri jauh lebih butuh motivasi dan dukungan daripada mereka yang bercerita.
Regan yang melihat betapa hancurnya Alana, merasa dunianya juga ikut runtuh. Apalagi ia sangat tahu keseluruhan cerita dalam hidup Alana.
Alana menangis, tapi bahkan ia tidak mengeluarkan isakannya. Ia hanya menepuk-nepuk dadanya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA [LENGKAP]
Short StoryCover by: pinterest ( @itrsnn_) ALANA MACKENZIE. Ia tidak dingin, namun juga tidak ramah. Begitu kira-kira pemikiran setiap manusia yang melihatnya. Ia hidup dengan ibu tunggal. Namun bukan berarti kekurangan kasih sayang. Ia juga mempunyai 4 sahaba...