A9

2 1 0
                                    

***

Melewati kaca yang sudah terbuka gordennya, cahaya matahari masuk sehingga mengusik tidur nyenyak Alana.

"Silaaaaauu.." Alana menggeliat dan merentangkan tangannya.

Lantas ia melirik jam digital diatas nakas.

5:56

Sembari mengumpulkan nyawa, Alana tiba-tiba teringat kejadian semalam. Kemudian dengan segera ia menyibakkan selimut, dan melihat bajunya masih utuh.

"Anjir untung cuma mimpi." katanya, lalu ia bangkit dan menggelung tinggi rambutnya.

Lalu Alana pergi menuju toilet untuk sekedar membasuh muka dan menggosok gigi.

Setelahnya ia menelusuri tangga menuju lantai bawah, tentu saja sambil melirik kanan-kiri,  karena sedari bangun, ia tak melihat presensi Regan sama sekali.

"Kemana dah tuh anak? Pulang ke rumahnya apa, ya?"

Namun tepat pada saat ia berbelok menuju dapur, sosok laki-laki dengan punggung tegap sedang membelakanginya.

Tanpa berpikir panjang, ia segera menghampiri dan duduk di meja makan itu.

"Udah bangun?" katanya.

"Hmm.." jawab Alana singkat, lalu ia meminum air putih yang tersedia di depan matanya.

"Gimana sekarang? Udah baikkan?" sambung Regan sembari berbalik dan membawa makanan di atas nampan.

"Udah.. mau sekolah, kok.."

"Bagus, deh. Nih makan dulu! Gue buatin sayur sup kesukaan lo. Sorry kalo gak seenak buatan bunda, ya?!"

"Makasih.." Alana tersenyum dan mulai makan.

Regan tak menjawab, ia hanya duduk dan mengamati Alana makan.

"Lo makan juga dong, masa gue doang.."

"Iya ini mau.." lantas Regan juga memakan bagiannya.

Setelah Alana selesai dengan sarapannya, ia tak langsung pergi ke kamarnya. Ia hanya duduk dan balik mengamati Regan.

"Kata gue juga apa, lo bakal sembuh dengan cara semalam."

Tunggu?!

Alana menegakkan badannya dan menatap Regan dengan menajamkan matanya.

"Maksud lo apa?"

"Hah?" Regan yang sedang menyendokkan nasinya lantas mengangkat kepala, merasa aneh dengan ucapan Alana.

"Maksud lo apa cara semalam?"

"Ya itu, skin to skin." jawab Regan santai.

"Setelah itu?"

"S-setelah itu?"

Alana mengangguk. "Apa yang kita lakuin?"

Regan mengerutkan keningnya, "yaaa begitu."

"Kalo ngomong yang jelas, bego!"

"Harus banget dijelasin? Bukannya elo juga tau, 'kan?"

"Gue mau mastiin sesuatu."

"Gue ngeraba wajah lo, terus gue--"

Braaakkkk..

Ucapan Regan terhenti. Ia juga berjengit kaget.

"JADI YANG SEMALAM ITU BUKAN MIMPII??!!"

"Astaga gue maluu.." Alana menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Lah?! Lo kata itu mimpi?! Itu nyata bego!"

ALANA [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang