***Ceklek.
Alana yang sedang menatap langit malam dibalik kaca jendela kamarnya menoleh begitu saja.
Seorang remaja dengan beberapa orang yang mengikutinya dari belakang terlihat terengah-engah.
"Al?" panggil Regan pertama kali.
Alana tak menjawab, namun ia tersenyum dan mendekat dengan anggun.
Regan yang melihat reaksi itu, merasa hatinya dilema. Entah ia harus melanjutkan percakapan atau tidak.
"Kenapa?" Alana bertanya setelah beberapa detik Regan tak kunjung berbicara.
"I-itu, emm.." Regan menggaruk alisnya yang tidak gatal sama sekali, "itu elo..--"
"Apa?"
"gue mau minta maaf." sambungnya dalam sekali tarikan nafas.
Kini Alana mengangkat sebelah alisnya, "untuk?"
"G-gue minta maaf k-karena-"
"Kenapa harus gugup, sih?! Biasa aja lagi!"
"Ah, iya." Regan meringis tipis, "itu gue mau minta maaf karena gak bilang dulu sama lo mau nembak Indira."
Alana mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ternyata lo masih inget janji lo, ya? Janji bakalan menjadikan gue orang pertama yang tau kalo lo punya pacar. Tapi pada akhirnya, meski lo ingat, lo tetep ingkar." ujar Alana diakhiri kekehan.
"--jadi apa alasannya?" sambung Alana.
Ditanya seperti itu, seketika membuat ekspresi Regan keruh. "Itu karena elo yang konyol, Alana?!"
"Udah gue duga." Alana melipat kedua tangannya. "Dia ngadu apa sama lo? Ngadu kalo gue muak dan larang dia muncul dihadapan gue dan terutama lo?"
Regan menyendu, "jadi lo beneran nyuruh dia buat gak muncul dihadapan gue?"
"Lebih tepatnya ke hadapan gue."
"Kenapa?"
"Itu yang mau gue tanyain. Kenapa? Kayaknya lo se-kecewa itu denger kenyataannya."
"Alanaa..?"
"Apa lo selama dua bulan ini kehilangan dia?"
"Gak gitu.." Regan mengusap kepalanya.
"Terus?"
"Gue hanya gak suka lo ngancem-ngancem orang, Al!"
"Bukan karena cewek itu?"
"Alana?!"
"Apa?!"
Regan menghela napasnya sebelum melanjutkan, "Lo kenapa kayak gini sih, Al?!"
"Terus kenapa?! Pada akhirnya lo tetep hubungan diem-diem kan sama cewek itu?!"
"Dia punya nama, Alana!"
"GUE GAK PEDULIII!!" Alana tiba-tiba berteriak, membuat beberapa orang yang menyaksikan berjengit kaget.
"Udah lah, Ga! Biarin Alana sendiri dulu gak bisa apa?" Daffa mencoba menengahi saat keduanya mulai terpancing emosi.
"Harusnya lo ikut nasehatin Alana biar gak keterlaluan, Daffa!"
"Dia pasti punya alasan!"
"Alasan apa?! Kalo dia gak suka liat gue bahagia?! Kalo dia gak suka kalo gue punya pacar?!"
Alana menatap Regan dengan tatapan dingin khasnya.
"Lo tau Al?!" kini Regan menatap Alana sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA [LENGKAP]
Short StoryCover by: pinterest ( @itrsnn_) ALANA MACKENZIE. Ia tidak dingin, namun juga tidak ramah. Begitu kira-kira pemikiran setiap manusia yang melihatnya. Ia hidup dengan ibu tunggal. Namun bukan berarti kekurangan kasih sayang. Ia juga mempunyai 4 sahaba...