***
Alana pikir selama ini tak ada yang berubah dari hidupnya.
Terutama Regan Dirgantara.
Ia pikir, Regan masih menjadi satu-satunya manusia yang menjadikan Alana pusat hidupnya meski sering kali ia terlihat menyebalkan.
Tapi ternyata Alana salah. Regan menjelma menjadi manusia yang tak dapat Alana kenali seutuhnya.
Terlebih setelah kejadian hari ini.
Bukankah Regan pernah berjanji akan menjadikannya orang pertama yang akan tahu siapa orang yang disukainya?
Bukankah Regan saat itu sangat yakin bahwa ia akan menepati janjinya?
Lantas mengapa?
Apa karena ia tak begitu penting baginya?!
Alana tersenyum miris dan menyeka air matanya.
Alana juga pikir, terlepas dari bayang-bayang adik tirinya selama dua bulan ini adalah sebuah awal bagi dirinya untuk sembuh dari luka lama.
Namun lagi-lagi Alana keliru. Ini bahkan terlihat seperti awal baginya untuk lebih merasakan pilu.
"Kenapa?! KENAPA HARUS ELOOOO?!!" tiba-tiba Alana berteriak, membuat seseorang yang baru saja melewatinya berjengit kaget.
Lantas ia menengok ke arah dimana Alana berdiri di depan sebuah kolam renang.
"Loh itu bukannya Alana?" Katanya bergumam. Lalu saat ia akan menghampiri, tiba-tiba ia kembali dikejutkan oleh seseorang yang datang dari arah seberang. Alhasil ia urung dan hanya berdiri di belakang pilar.
"Daffa?" gumam perempuan itu sekali lagi.
Tanpa aba-aba, laki-laki bertubuh tegap itu lantas memeluk Alana dengan erat.
"It's okay. It's okay." katanya sembari menepuk-nepuk pundak rapuh Alana.
Ditenangkan seperti itu, membuat Alana semakin terisak. Rasanya ia semakin ingin menangis kala Daffa berdiri dihadapannya.
"Gak papa. Nangis aja sepuasnya. Disini hanya ada lo sama gue."
"K-kenapa harus Indira?!" ujar Alana tersendat-sendat.
Daffa tak menjawab. Karena ia tak tahu harus menjawab apa. Yang bisa ia lakukan hanyalah menemani Alana mengurangi kesedihannya.
"Alana kenapa?" heran gadis itu.
Namun ia tak berani mendekat.
"Udah tenang?" tanya Daffa setelah lima belas menit Alana berhenti.
Ia mengangguk.
Lantas keduanya membisu. Tak tahu apa yang harus dibicarakan lagi.
"Lo tau kenapa gue sesedih ini?" Alana menoleh ke arah Daffa.
Sedangkan Daffa hanya menatap Alana dengan intens sebelum menjawab, "karena lo cinta, 'kan sama Regan?"
Alana tersenyum miris, "lo tau?!" Alana menatap balik.
"Setelah elo nangis kejer, lo nanya gue tahu?!" Daffa terkekeh sebelum melanjutkan, "Semua orang juga tau, kecuali Regan tentunya."
Lantas Alana mengangguk-anggukkan kepalanya. "gue cinta dan gue juga terluka. Tapi yang bikin gue lebih kecewa adalah dengan siapa dia menjalin hubungan sekarang."
Alana menghela napas sebelum melanjutkan, "gue gak peduli perasaan gue gak terlihat sama dia. Gue juga gak peduli cinta gue gak dibalas dengan perasaan yang sama. Gue bahkan gak peduli kalo dia berkencan sama siapa aja! Tapi yang gue gak terima adalah kenapa dia harus sama Indira, Daffa?!" ujar Alana menahan gejolak amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA [LENGKAP]
Short StoryCover by: pinterest ( @itrsnn_) ALANA MACKENZIE. Ia tidak dingin, namun juga tidak ramah. Begitu kira-kira pemikiran setiap manusia yang melihatnya. Ia hidup dengan ibu tunggal. Namun bukan berarti kekurangan kasih sayang. Ia juga mempunyai 4 sahaba...