***
Sudah dua hari sejak malam itu.
Dan sudah dua hari juga, mereka menghabiskan waktu seharian full.
Rencananya adalah mereka ingin menghabiskan waktu sebelum Alana pergi ke Jerman yang entah kapan.
Ya. Semua orang sudah tau rencana kepindahan Alana ke jerman, juga peristiwa malam itu.
Dan disinilah mereka sekarang, di rumah besar milik Javar.
"Cape banget gilak!" Alana merebahkan badannya pada sofa panjang di seberang kasur king size milik Javar.
"Tiduran di kasur sana!" titah sang pemilik kasur.
"Gak ah! Gerah.."
"Nih minum dulu!" Daffa menyodorkan segelas jus jeruk instan.
"Waww thank you.." Alana duduk sebentar, kemudian rebahan lagi.
"Bunda lo kemana, Var?" Radit bertanya sembari menyandarkan badannya pada single sofa.
"Butik. Gabut dia dirumah.." katanya.
"Dia dia! Yang sopan kalo ngomong sama orang tua!" Regan melemparkan potato chips yang baru saja ia ambil dari kulkas Javar
Kamar Javar itu memang tipe-tipe manusia kaya raya yang gak keluar kamar pun oke oke saja. Apapun yang ia inginkan, sudah tersedia dikamar ini. Termasuk kulkas dan segala isinya.
"Gak usah nyampah lo di istana gue!" Javar mencibir Regan.
"Halahh!! Lo sendiri juga sampah, 'kan?"
"Sialan!!"
Mereka terkekeh begitu saja.
"Sayang banget dong gue kesini gak ketemu bunda." Ucap Alana mengalihkan perdebatan mereka.
"Gue malah bersyukur lo tau?!" Javar sedikit ngegas.
"Karena bunda lebih suka Alana daripada lo?" Radit menyahut
"Iya!! Kalo ada tuh anak, gue berasa dianak tirikan, anjir!!"
Alana terkekeh. "Gue emang kesayangan semua orang tua. Haha!"
"Ya karena lo satu-satunya perempuan disini. Dan lagi, bunda pengen banget punya anak perempuan, makannya sayang banget sama lo!"
"I know." Alana tersenyum tipis.
"Mau makan gak lo pada?!" tanya Javar lagi
"Entar aja! Kita lagi nyemil, juga!" Regan duduk di ujung kursi yang sedang ditempati Alana dan menidurkan kepala Alana pada pahanya.
Alana yang sedang fokus bermain ponsel, langsung teralihkan dan menoleh.
"Apa sih lo nyempil disini?! Tuh sofa masih pada kosong!!"
"Bilang aja lo seneng tiduran di paha gue!" Regan tersenyum menyebalkan.
Alana melotot, "sana gak lo?!"
"Gue pengen disini, Al.."
"Hobi banget lo ngintilin gue!"
"Serah gue!"
Alana berdecak. Lantas dengan sengaja ia menidurkan kepalanya dengan keras sampai terdengar bunyi 'buk'.
"Anying! Sakit bego!"
"Bodo!"
Tak ada yang memerdulikan mereka. Toh ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.
"Lagi ngapain?" Regan mengintip ponsel yang sedang dimainkan Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA [LENGKAP]
Short StoryCover by: pinterest ( @itrsnn_) ALANA MACKENZIE. Ia tidak dingin, namun juga tidak ramah. Begitu kira-kira pemikiran setiap manusia yang melihatnya. Ia hidup dengan ibu tunggal. Namun bukan berarti kekurangan kasih sayang. Ia juga mempunyai 4 sahaba...