01 - Mama Jahat

74 2 0
                                    

Firenza Maharani, nama itu diberikan Ayah dan Bunda di Bandung, 10 Februari 2004. Dengan kondisi sehari setelah ditemukan didalam kardus.

18 Tahun Kemudian ...

Campur aduk sekali rasanya, baru mengenal Mama kandung setelah 18 tahun. Antara marah, senang, dan kecewa jadi satu. Kehadiranku ternyata memberatkan baginya, sehingga tak pernah ia berniat mencariku sebelumnya. Papa kandungku, ia bahkan tak tahu istrinya pernah mengandungku 9 bulan. Sungguh miris pasangan ini, malas sekali rasanya mengakui mereka berdua orang tuaku. Jauh lebih baik aku hidup dengan orang tua yang telah merawatku tulus, Ayah dan Bunda. Meski keadaan ekonominya tidak sebaik Mama dan Papa, tapi Ayah dan Bunda mampu membiayai segala kebutuhan hidupku.

Saat Mama mengandungku, Papa berada didalam jeruji besi karena kasus narkoba. Dan posisi mereka berdua sudah lost contact , hingga 2 tahun berlalu, mereka bersama kembali dan memiliki seorang putri lagi, bedanya kali ini tidak dibuang. Karina, nama adikku. Lihatlah betapa percaya dirinya aku memanggil ia adik. Tak apalah, mungkin aku hanya kurang beruntung sedangkan Karina tidak. Bertahun-tahun Mama bungkam hanya karena takut diceraikan Papa, Mamaku itu tipe ingin senangnya saja, saat Papa susah pasti Mama pergi seperti kasus yang sudah-sudah. Sejujurnya, ada rasa kasihan dibenakku pada Papa. Namun rasa itu terkalahkan oleh rasa kecewa.

Mama seorang Publik Figur, sedangkan Papa seorang Pengusaha sekaligus Putra Bangsawan. Papa ini berbeda sekali dengan Kakek, aku membacanya di artikel berita. Kakek banyak sekali prestasinya, sedangkan Papa banyak gosipnya. Belum bertemu saja, aku sudah ilfeel duluan. Dosa gak sih ilfeel sama Bokap sendiri huhu:(. Untuk saat ini, aku memang baru bertemu Mama dan Enin (Ibu dari Mamaku). Kami bertemu tanpa sepengetahuanku, Ayah dan Bunda berbohong bahwa kita hanya akan makan siang biasa ternyata tidak. Saat kami bertemu, jujur aku kaku gatau harus ngomong apa. Bahkan saat Mama menunjukkan bukti-bukti kuat seperti video ungkapan bidan yang membantu persalinan dan foto aku saat bayi merah digendong Mama, saat itu nangis saja rasanya tidak bisa, bingung deh. Aku hanya menepis tangan Mama ketika hendak memegangku, dia sokap sih risih aku. Ketika Aku, Ayah dan Bunda sudah sampai rumah, barulah terlihat raut sedih dari wajah mereka. Entah apa yang mereka bicarakan saat aku izin ke toilet sebentar.

Sengaja menguping percakapan Ayah dan Bunda, ternyata Mama dan Enin meminta kepada mereka untuk merahasiakan aku kepada media maupun Papa untuk sementara. Memang brengsek wanita itu, aku tidak mau lagi bertemu dengannya. Tetapi...aku jadi penasaran untuk hubungi Papa, bagaimana reaksinya yah. Saat pukul 1 siang sehabis pulang sekolah, aku mencoba untuk mengirimkan chat pada Papa, nomor telponnya aku dapat dari Ayah sahabatku, Mikha. Ia mengendap-endap mengambil hp ayahnya hanya untuk mengirimkan kontak itu. Ayah Mikha adalah salah satu karyawan di PT. Anesa Corp, perusahaan milik Kakek yang diderek oleh Papa. Aku tau itu berkat Google.

Firenza:
Halo Selamat Siang, apakah betul ini dengan Bpk. Yarif Soekamti?

Bad Papa :
Selamat Siang, iya betul saya Yarif
Soekamti, ini siapa?

Firenza:
Tolong yaa pak, di save nomornya. Saya orang penting.

Bad Papa:
Gajelas... gimana saya mau save, namanya saja saya ndak tau.

Kok jadi lawak gini sih, yaudahlah besok lagi aja pake nomor baru. Aku hapus semua pesan dan blok nomornya, agar saat investigasi hp oleh Ayah atau Bunda tidak ketahuan. Aku ini memang anaknya harus penuh tantangan, hingga Tuhan pun beri aku banyak tantangan dalam hidup. Tak lama, aku mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal. Ternyata itu Mama, ia mengirim 4 pesan namun hanya aku read. Ia protes "Kenapa hanya dibaca? balas nak." hidih basi, kayak buaya darat aja selalu obral janji. Di chat ia janji akan pertemukan aku dengan Papa, sangat lain dengan kenyataan.

Seminggu kemudian, kami dikejutkan dengan kehadiran pria paruh baya di rumah.

-Bersambung-

4 TersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang