06 - Aku Lolos UI

19 1 0
                                    

Aku, Flora dan Reta dipertemukan disebuah ruang khusus di salah satu restoran sunda legendaris, Kang Ari sebagai saksi pertengkaran dipanggil untuk menemani kami bertiga. Kang Ari juga yang membuka pertanyaan mengapa pertengkaran ini terjadi, apa sebabnya? dan bagaimana awal mulanya? Aku langsung menimpali Kang Ari, agar Flora dan Reta berkata sejujurnya karena tidak ingin lagi dibuat bingung dengan apa yang telah terjadi. Dimulai dari Reta ia mengeluarkan beberapa pernyataan namun sempat terhenti karena kakinya yang sengaja di senggol oleh Flora.

"Lanjutkan Reta, jangan terpengaruh dengan apapun." Ucap Kang Ari yang melihat hal itu. AND SURPRISE akhirnya terbongkar sudah penyebab mereka berubah padaku, Reta mengatakan bahwa ia dan Flora marah dan merasa tidak dianggap karena aku tidak berbagi rahasia dengannya. Rahasia apa? tak lain dan tak bukan yakni rahasia keluargaku yang terbaru.

"Kita berdua tau gak berhak juga untuk selalu tau rahasia Lu Fire, tapi apa lu pikir kita ga seberharga itu buat lu? Mikha aja dikasih tau semuanya sedangkan kita? gak lu anggep, sakit Fir!" Flora menimpali percakapan terdengar seperti meluapkan emosinya.

"Flo, Ta asal kalian tau Fire gamau menularkan rasa sakit yang dirasain ke sahabat-sahabat Fire, dengan Mikha tau rahasia ini, itu adalah salah satu kesalahan terbesar yang udah aing lakuin. Kalau enggak karena butuh bantuannya untuk dapet nomor Papa kandung, Fire gaakan biarin Mikha tau semua ini." Aku mencoba menuturkan beberapa kalimat dengan berat hati.

"SIA TOLOL, PIKUN APA GIMANA? udah lupa yaa kalo kita itu sahabat, susah seneng harus bareng-bareng!" Flora melangkah selangkah demi selangkah sambil menunjuk-nunjukku, Kang Ari mencoba menghadang dan Reta Memegang kedua pundak Flora takut hal buruk akan terjadi. Namun Flora sekuat tenaga berusaha menghampiriku, aku sudah memejamkan mata. Ternyata Flora malah memelukku, ia menangis kejar dan tak henti meminta maaf. Reta langsung mendekap pelukan kami lebih hangat, Kang Ari terlihat sendu melihat kami bertiga.

Permasalahan sudah selesai, kami langsung menghampiri para orang tua yang sudah menunggu sambil menyantap hidangan yang sudah Papa pesan. Tak disangka ada Mikha dan Azka disana, langsung di cengcengi kami bertiga oleh mereka semua "Ciee udah baikan." dan ternyata Papa menyiapkan apresiasi kepada kami berupa amplop.

"Buat Azka sama Mikha gaada om?" Ucap Azka bercanda lalu disenggol Mikha karena malu.

"Haha ada dong, tenang aja." Jawab Papa tertawa.

"Wah kalo dikasih amplop gini, kalian mending berantem lagi aja anak-anak." Saut Ibu Ustadzah Vera yang terlihat kesakitan karena kakinya diinjak sang suami.

"Jangan gitu atuh, Bu Ustadzah mah sok aya-aya wae." Timpal Pak Rw.

Kami para anak-anak langsung menyantap hidangan yang ada, disuguhi pemandangan Mikha & Azka yang bucrut, bucin brutal. Aku yang taken tapi berasa single mah bisa apa atuh? Seolah bisa membaca pikiran seseorang, Karina tiba-tiba menyambar aku

Selepas pulang dari restoran Aku, Papa dan Karina menginap di hotel, atas permintaan Papa agar kami berlibur bersama. Lalu, kami bertiga memutuskan untuk shopping di Mall persis samping Hotel. Disana aku dipaksa mengambil barang apapun sepuas hati begitu juga Karina, namun tidak enak hati jika aku mengambil banyak. Apapun yang aku sentuh, Papa langsung mengambilnya dan memasukkan pada keranjang. Sungguh Papa memang mengajarkan kami bersifat boros, jangan dicontoh ya nak anak. Saat aku berusaha mengembalikan sebagian barang di keranjang, Papa menepis tanganku. Huh benar-benar pria tua ini, berbeda denganku si Karina malah enjoy belanja banyak, mungkin sudah terbiasa pikirku. Tak banyak bicara antara Aku dan Karina, namun kami sempat saling mencoba jajanan satu sama lain. Kami tak bertukar jajanan dengan Papa karena ia hanya membeli rokok, padahal tidaklah baik untuk kesehatannya. Setelah jalan-jalan aku baru bisa menepis pikiran negatifku terhadap Karina, ternyata ia anaknya cukup asik juga hanya saja wajahnya yang jutek bawaan lahir membuat orang-orang menjadi takut. Ia berbadan kecil dan lebih tinggi dariku namun sangatlah rakus, seperti saat breakfast ia mengambil waffle, roti, nasi goreng, sereal ITU SEMUA KAN KARBOHIDRAT aku hanya menggelengkan kepala saat ia menyuapkan suapan terakhir dan bersender pada punggung kursi sambil mengusap perutnya yang mulai begah.

Hari ini waktu berlibur dicukupkan, karena Karina dan Aku harus mulai bersekolah keesokan harinya. Kenapasih buru-buru? andai kalian tau macetnya Bandung-Jakarta tak ada tanding, anak kecil itu pasti emosi kalo berlama-lama di mobil. Aku diantar pulang oleh Papa dan Karina, sambil membawakan buah tangan untuk Ayah Bunda. Sebelum pulang, Papa, Ayah dan Bunda membicarakan pendidikan ku selanjutnya, karena memang aku kelas 12 semester 2 sudah waktunya merencanakan pendidikan lebih tinggi. Saat ditanya aku ingin menjadi apa, dengan yakin aku menjawab CEO. Papa memberiku kesempatan untuk membicarakan pendidikan yang aku impikan. Kuliah di MIT, Boston adalah keinginanku sejak lama, namun tampaknya tidak untuk S1. Hanya ada satu pilihan untukku saat ini yaitu UI. Papa bilang semua biaya dia yang urus, Ayah dan Bunda tidak usah pusing memikirkan itu. Setelah pembicaraan kami selesai, Papa dan Karina akhirnya pulang ke Jakarta.

Aku bangun pagi dengan semangat lebih kali ini, tau kenapa? karena aku ingin menjadi siswa eligible yaa meski sebelumnya aku memang tak kalah rajinnya, nyatanya hari ini berlipat ganda. Sekolah pun sudah membimbing para siswa kelas 12 mengenai snmptn, sbmptn dan seleksi mandiri. Ada yang sudah mulai bimbel sana-sini dan ada pula yang leha-leha, kalo aku sih tim otodidak. Meski Papa sudah memfasilitasi bimbel, namun aku tidak mengambilnya karena belajar sendiri rasanya lebih nyaman tetapi ia tetap memberiku guru pembimbing secara online, lumayan membantu jika ada kesulitan yang tak terpecahkan. Sebulan ini aku sibuk belajar, sesekali Mama berkunjung ke Bandung ditemani Kak Dena terkadang ia mengajak Karina juga. Dilihat-lihat Mama dan Papa rupanya bercerai secara baik-baik, aku jadi tenang. Terkadang tak sengaja kulihat gosip tentang Mama Papa, para netizen pun sudah memenuhi laman instagramku. Tak semua netizen jahat kok! banyak dari mereka yang beri aku support sampai-sampai aku dibuatkan fanbase, haha sudahlah mereka memang lucu sekali. Banyak pula tawaran endorse, namun aku tolak untuk saat ini karena sibuk belajar. Ada juga tawaran menjadi bintang tamu vlog publik figur. Mereka menghubungi lewat manager Mama, Kak Dena. Sudah dibuatkan jadwal untukku on air, yaitu setelah seleksi perguruan tinggi selesai sekitar 3 bulan lagi.

Karena Mama sang diva sudah mulai tampil bernyanyi on air otomatis Kak Dena ikut sibuk, maka dari itu urusan manajemen aku dan Kirana diserahkan kepada Olivia ia seorang freshgraduate adik tingkatnya Kak Dena. Karina ia sering video call ku tanpa tau waktu, ia mengenalkanku pada Olive, menunjukkan kamar yang sedang di renovasi untukku, Papa sedang karaoke di ruang tengah, Pak Ali yang sedang menyetir, semua hal random yang tidak penting ia tunjukkan padaku, aku akui itu cukup menghibur haha.

Bulan-bulan terberat sudah aku tempuhi, pengumuman snmptn sudah keluar dan YAZZZ AKU KETERIMA DI FEB UI. Kemenanganku dirayakan, Ayah dan Bunda membuatkanku tumpeng, Mama Papa dan Karina kompak datang ke Bandung. Kami glamping di Ciwidey, malamnya bbq an pagi harinya melihat rusa dan outbound bersama. Momen ini sangatlah berharga bagiku, semuanya hadir merayakan meski Mama dan Papa tidak lagi bersama mereka tetap kompak demi aku. Di perjalanan pulang kami membicarakan perpindahan aku ke Jakarta, berat rasanya bagiku, Ayah dan Bunda. Setelah 18 tahun akhirnya kami merasakan ldr.

-Bersambung-

4 TersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang