07 - Fire Sayang Nenek

14 0 0
                                    

Filosofi dipilihnya nama Firenza adalah suatu impian Ayah dan Bunda untuk honeymoon ke salah satu kota di Italy yaitu Firenze. Dulu mereka berdua sudah sampai di Roma, Italy namun semua uang yang ada di dompet di colong. Terpaksa harus kembali ke Indonesia padahal belum sempat mengunjungi Firenze, namun lebih baik pulang daripada mati kelaparan di negeri orang. Kira-kira itulah pembicaraan sore hari kami di ruang tengah ditemani suara rintik hujan dan 3 cangkir teh hangat. Semoga suatu saat nanti aku dapat mewujudkan impian mereka.

Hari ini, aku sedang mengemas semua barang dan keperluanku selama di Jakarta. Meski sudah tau disana tersedia segalanya, tetapi tetap membawa untuk jaga-jaga. Seperti biasa aku dijemput oleh Pak Ali, ini sebenarnya momen yang aku tunggu. Kali ini aku traktir Pak Ali Drive Thru McDonald's ia kebingungan memilih menu apa, dia bilang sih ingin sego pecel namun tidak ada haha. Di perjalanan kami memakan burger, Pak Ali mengendarai dengan kecepatan yang sesuai dengan peraturan. Setelah mengigit ia langsung fokus menyetir lagi, skill menyetir yang sungguh badass. Perut sudah terisi, kantuk ku mulai melanda sehingga tak terasa tertidur hingga tidak sadar sudah sampai pekarangan rumah. Karina si jail memvideo ku, lalu ia mengupload ke insta story. Sadar-sadar saat aku selesai bersih-bersih di kamar dan check hp, aku segera menghampiri kamarnya dan mengejarnya untuk menghapus video ituu.

"Itu aib gw sat hapusss, woyy ah." aku mengejarnya hingga ngos-ngosan.

Saat mengejar Karina, aku tak sengaja menabrak seperti tubuh pria, aku kira jodohku seperti di film-film eh plot twist ternyata Papa yang baru pulang. Aku mengadu padanya, ia langsung meminta hp dan melihat video yang ada di hp Karina "Good Karina...lanjutkan." Ucap Papa, aku langsung menjerit "IH PAPA...KOK GITU." Sudahlah percuma saja mengejar anak itu, apalagi saat melihat komentar 'Firenza mah tidur aja cantik' aku langsung menyombongkan komentar itu saat makan malam pada Karina ia beracting seperti mau muntah, namun tenang Papa ada di pihakku sekarang ia mengakui aku memang cantik sekali. Setelah selesai makan malam, aku persiapan untuk OSPEK besok. Karina oh Karina ia datang lagi mengajakku nonton series di netflix, kali ini aku tidak mengampuninya. Dan benar saja ia langsung dimarahi Papa agar tidak mengganggu ku untuk saat ini haha aku menang wlee...

Menteng ke Depok menempuh perjalanan 30km selama -+ 1 jam itu sangat melelahkan bukan? kini aku harus sering kesana, meski tidak setiap hari juga sih. Aku pergi subuh hari, agar tidak telat dan terjebak macet. Sarapan aku bekal dan makan di mobil, tak lupa sharing dengan Pak Ali. Oh iyaa kini Pak Ali sudah resmi menjadi supir pribadiku loh, yang asalnya supir pribadi Mama. Di FEB UI aku bertemu banyak kenalan, salah satunya yang paling dekat denganku ialah Alea, meski hari pertama bertemu ia sangatlah asyik untuk diajak ngobrol. T-tapi saat beralih topik, ia bercerita bahwa terlahir dari keluarga broken home. Kisahnya hampir sama denganku, tetapi ia lebih parah. Ibunya selingkuh dengan om nya terang-terangan dihadapan dia dan Ayahnya, tak jarang juga Alea mengalami lebam di tubuh karena pukulan sang Ibu. Namun kini pukulan itu tak berlaku lagi, Alea bercerita bahwa ia lebih berani ketika mendapatkan keluarga sambung yang sangat baik. Ia dirawat oleh keluarga yang sama sekali tidak ada kaitan darah dengan Ayah maupun Ibunya alias orang awam. Tapi kasih dan cintanya kepada Alea tidak usah diragukan lagi, ia kini tumbuh menjadi wanita sehat dan berprestasi. Aduh jadi terharu begini mendengar kisah orang lain, ternyata aku terhitung masih beruntung jika begini.

Kami di OSPEK tidak terlalu parah seperti tahun sebelum-sebelumnya, namun pedasnya kating masih melekat tajam. Tidak lama mengobrol dengan Alea saat jam istirahat, masih saja ada sindiran pedas yang terdengar. Entah mengapa jam istirahat itu kami gunakan untuk mengadu nasib haha. Tak lupa juga aku dan Alea saling bertukar nomor dan sosial media, sama-sama dari Jakarta membuat kita berdua merencanakan untuk pergi bareng, itung-itung menjadi teman mengobrol di perjalanan, kapan lagi berteman dengan anak hits Pondok Indah yakaan. Setelah OSPEK selesai, kami menuju lobby bersama hp ku trus berdering menunjukkan panggilan dari Karina. Ia mengabari ku bahwa Nenek meninggal dunia.

"Le sorry gue buru-buru harus ke Bogor."

"Kenapa nih?."

"Nenek gue meninggal."

Aku panik dengan keadaan masih memakai pakaian putih hitam bau keringat hasil capek seharian, langsung gaspol menuju Bogor. Aku menitip set baju hitam pada Karina untuk ganti. Sesampai di Mansion Bogor sudah banyak orang-orang berkumpul, aku mendapati Mama dengan mata bengkak menangis sedang memeluk jenazah Nenek. Aku langsung menghampiri untuk menenangkannya, saat Karina datang kami berganti posisi dan aku buru-buru ke powder room untuk berganti pakaian. Malam ini setelah Isya Nenek akan dimakamkan, namun sebelum itu Mama bercerita bahwa Nenek terus menyebut namaku dan meminta maaf. Sungguh dari hati terdalam aku sudah memaafkan nenek jauh sebelum ia meminta. Saat itu aku mendapat kesempatan untuk mencium kening Nenek pertama dan terakhir kalinya. Rasanya hangat sekali meski suhu tubuhnya dingin, sayang sekali kami dekat saat Nenek sudah tiada. Terlihat Papa pun hadir untuk melayat dan menyaksikan penguburan jenazah Nenek, ia terus menenangkan Aku dan Karina yang menangis sesegukan.

Jam 12 malam Aku dan Papa harus pulang, namun keesokan harinya aku berencana akan menginap di Bogor hinggal tahlil hari ke 7.

-Bersambung-

4 TersayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang