"Ayo anak-anak, kenalan dulu sama Aunty Firenza." ucap seorang wanita kepada kedua anaknya yang ternyata ialah Mbak ku, Mbak Adis. Berparas cantik nan mahal yang aku lihat darinya, anaknya yaitu Sean dan Syakira pun bersikap baik dan sopan sekali.
Papa menanyakan keberadaan Mas ku kepada Mbak Adis, ia bilang sih masih dalam perjalanan. Selang 15 menit datang lah keluarga Mas Denis dan keluarga Mas Haris, sedikit takjub dengan istri Mas Haris yang bule berparas cantik ia bernama Ashley. Tak kalah cantiknya dengan Mbak Zia, namun wajahnya yang tak asing membuatku penasaran. Oh aku baru ingat sekarang, ia kan seorang presenter di sebuah stasiun televisi. Saat mengetahui itu, aku langsung bertanya kepadanya. Ia sangat excited menanggapi pertanyaanku, meski sibuk melihat kesana kemari pergerakan aktif Jihane, anaknya. Ada juga anak dari Mas Denis yaitu Vannesa atau kerap dipanggil Anes oleh Papa, ia terlihat sangat betah dengan Papa berbeda dengan Jihane yang anak daddy able. Kalau Sean dan Syakira sih lebih betah denganku, maaf yaa pah.
Mas Haris ia kakakku yang kedua, sangat hangat sama seperti Mbak Adis meski baru pertama kali bertemu aku betul-betul merasakan sosok kakak dari mereka berdua. Berbeda dengan Mas Denis, ia kakakku yang ketiga terlihat asing dan tidak terlalu berbaur, justru aku lebih merasakan sosok kakak dari istrinya yaitu Mbak Zia. Mas Denis pun terlihat tidak akrab dengan Papa, apakah ia marah karena menjadi bungsu yang teralihkan? kita lihat saja perubahannya seiring waktu. Dengan sikap dinginnya menjadi suatu tantangan baru bagiku, mungkin dari sini bibit bibit jahilku rupanya akan keluar mereog. Tak hanya aku yang merasa aneh dengan sikap Mas Denis, Mas Haris dan Mbak Adis pun merasakan hal yang sama sehingga terlihat Mas Denis ditegur oleh mereka berdua.
Saat kami akan pulang ke tujuan masing-masing, Mbak Adis meminta kepada Papa untuk mengizinkan aku boleh dibawa olehnya. And Yaa Papa mengizinkan, rupanya aku dibawa nge-mall oleh Mbak Adis. Disana aku di traktir puluhan juta rupiah, kalau kalian menyangka aku aji mumpung CEPAT SINI AKAN KUBAKAR KALIAN. Kenyataannya aku dipaksa mengambil barang ini itu, padahal disisi lain keinginan Syakira tidak diwujudkan alhasil merengek lah dia pada Mama nya. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, cara Mbak Adis dan Papa belanja sangatlah sama BOROS. Tapi aku liat parenting nya sebagai seorang Ibu sih bintang lima, melihat ketegasannya kalo tidak boleh ya tidak boleh. Tapi, sebagai tanda terima kasih dan sebagai tante yang baik hati, kini giliranku untuk mewujudkan keinginan Syakira, memasuki toko Justice merubah wajahnya yang kerung menjadi bahagyaaa. Jangan tanya Sean kemana, ia sibuk di foodcourt ditemani Pak Supir memang ia ini pasukan bocil jompo. Menuruti keinginan Mama, Adik dan Tantenya yang ciwi ciwi semua untuk menyusuri mall membuat ia encok katanya.
Saat perjalanan pulang ada beberapa ajakan dan pertanyaan yang dilontarkan Mbak Adis.
"Akhirnya Papa pertemukan kita yah Dek setelah sekian lamanya."
"Dek by the way...kamu kan udah 18 tahun nih kan, ikut Mbak ke club yuk! kita minum-minum."
"Sama Mbak mah tenang aja dek, urusan Papa biar aku yang handle."
"Ouh iya punya pacar gak? kenalin ke Mbak dong."
Kira-kira itu saja yang bisa aku bocorkan ke kalian, untuk balasan jawaban dariku. Dapat diputuskan kebanyakan mikir sehingga ditepuk pundakku oleh Mbak Adis. Aku yang kealiman apa Mbakku yang kenakalan sih hahaha, tak hanya Mbakku aja sih bahkan teman-teman sekampusku banyak juga yang clubbing katanya sih untuk menghilangkan penat sesaat. Sedangkan aku? menyentuh botol Vodka, Champagne, dll saja belum pernah. Tapi aku gaakan kebanyakan suudzon dulu sih, bisa jadi tidak semua yang ke club untuk minum-minum saja. Mungkin ada menu makanan dan minuman yang biasa disajikan di restoran pada umumnya. Tunggu tanggal mainnya saja, yaitu malam sabtu.
Hingga waktunya tiba, ternyata dresscode ke club memakai piyama. Kesempatan ini digunakan Mbak Adis menjadi izin tipuan pada Papa, ia bilang akan mengajak aku staycation di Four Seasons. Memang benar sih, hanya ada tambahan lain saja haha. Saat sampai di lobby club, aku melihat Mbak Zia dan Mbak Ashley yang melambaikan tangan ke arah kami berdua. Yaampun ternyata ada mereka juga, aku hanya bisa ternganga saat itu. Setelah memasukki ruangan yang gelap namun dikelilingi lampu kedap-kedip berbagai warna, antara gugup ataukah gangguan penglihatan tak sengaja aku menyenggol seorang pria yang hendak memegang sebuah gelas hingga pecah.
"Hadeh dasar bocil biadab dibawa ke club ya gini." ucap pria itu dengan sempoyongan.
Sempat ribut kecil, sampai kancing atas kemeja pria itu dibuat copot oleh Mbak Adis. Aku hanya bisa menenangkan ketiga Mbakku yang mulai tersulut emosi. Melupakan tragedi tadi, kami menikmati beberapa hidangan. Sedangkan, Mbak Adis tampaknya gelagapan meminum banyak champagne dengan waktu sekejap. Sehingga, diambil paksa botol yang baru saja dibuka waitress oleh Mbak Ashley.
"Is enough, calm yourself first." ucap Mbak Ashley sambil mengusap pundak Mbak Adis.
Tampaknya Mbak Adis meluapkan semua emosinya pada air yang disalurkan ke tubuh sehingga membuat dirinya setengah sadar. Aku sempat disodorkan satu gelas sloki wine oleh Mbak Zia, ia juga mengajarkanku cara meminumnya dengan one shot. Sungguh ia suhu dalam hal ini, aku saja baru minum satu teguk, kepala ini rasanya sudah pusing. Melihat Mbak Adis dan Mbak Zia tepar, Mbak Ashley hanya menenangkan diri dengan snacks. Ia bilang jika dalam 1 group mabuk setidaknya ada 1 orang yang tidak mabuk berat demi keamanan bersama. Pukul 1 pagi kami diboyong ke Four Seasons, memesan 2 room dengan connecting door. Pagi harinya kami menyantap breakfast didalam kamar, karena masih terasa efek alkohol dalam tubuh. Setelah efek itu terasa menghilang, kami memutuskan untuk mandi secara bergantian. Apalagi saat mereka bertiga ingat memiliki anak, rasanya ingin cepat pulang dan akupun sudah merasa risau, bagaimana keadaan Karina disana, mengapa ia tak kunjung membalas pesanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Tersayang
Документальная прозаIni kisah Firenza Maharani, seorang perempuan malang yang baru mengetahui keluarga kandungnya saat sweet eighteen. Kejutan yang ia dapat berbeda dengan yang lain rasakan, entah harus merasa senang ataukah sedih akupun bingung. Tunggal sudah bercaba...