"Nak bersiap yah, esok hari kamu akan dijemput Papa."
Lagi-lagi dikejutkan oleh kalimat, Ya rabb mereka gatau yang namanya izin yaa??? aku ini udah gede udah 18 tahun, bukan anak tikus yang bisa dibawa kesana kemari. Ini beneran deh mental aku udah kronis, lagian Ayah dan Bunda kok gaada perlawanan sama sekali sih, aku jadi benci sama mereka.
Ya Allah gara-gara masalah ini aku jadi lupa punya pacar haha, kenalkan deh pacarku bernama Arvhie. Saat ini kami memang sedang marahan, karena satu dan lain hal tapi bukan putus ya. Malam ini ia mengajakku untuk Dinner di salah satu hotel di Kota Bandung. Mungkin ini salah satu siasatnya agar kami baikkan, bintang kejora buat Arvhie Pacarnya Fire. Lumayan lah untuk menghilangkan sesaat rasa pusing di kepala. Arvhie itu manusia super duper sibuk, karena memang ia juga sudah bekerja sebagai Chef, lebih tepatnya tangan kanan Chef Junot sang legenda. Karya-karya nya sering ia bagikan di laman media sosial. Kami baru menjalani hubungan 5 bulan, dikenalkan oleh Azka. Arvhie adalah teman main basket Azka di Gor Siliwangi, pernah sesekali aku menyaksikan pertandingan mereka berdua. Hobinya membuat ia memiliki tubuh yang tinggi untuk aku yang pendek. Tapi tak apalah, wanita pendek itu imut, betul tidak?
Dinner malam itu, betul-betul membuatku lupa akan semua masalah. Hingga terkaget-kaget saat keesokan hari, saat diingatkan kembali akan dijemput. Tekadku untuk kabur, terpaksa harus di tunda dulu. Setelah beres packing, aku terus memeluk Bunda sambil menunggu jemputan datang. Tak lama terparkir alphard untuk menjemputku. Segera aku pamitan dengan raut sedih dan merengek, tak lupa janji dua kelingking sebagai tanda Ayah Bunda harus menjemputku kembali. Di perjalanan, ternyata tak se boring yang kubayangkan. Pak supir ini sangat baik dan menghiburku, Pak Ali namanya. Tak henti ia membuatku tertawa, gara-gara baliho aneh kami tertawa sepanjang jalan. Pak Ali membawaku ke Rumah bak Istana, sudah kuduga itu kediaman Mama Papa. Namun tak ada Mama dan Karina disana, hanya ada Papa sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca koran harian.
Terukir senyuman di wajah papa, saat tau aku sudah datang. Ia memelukku, aku tak bisa menolak. Papa mengajakku makan siang bersama, disana tersaji banyak lauk pauk aku jadi bingung pilih lauk yang mana. Aku bermonolog kecil siapa yang akan menghabiskan lauk sebanyak ini, dan ternyata papa mendengarnya lalu ia tertawa kecil. Saat kami berdua menikmati makanan, tiba-tiba datang Mama & Karina yang nampaknya baru pulang dari luar. Karina meletakkan lengannya pada pinggang, Papa segera menyentaknya sebelum Karina akan mengeluarkan dialog yang tidak-tidak padaku. Aku dan Karina duduk bersebelahan, ia tak henti menginjakkan kakinya pada kakiku. Aku balas dengan melototinya dan berbisik "Bisa diem gak?." Mama yang melihat kami ada sesuatu, langsung berdeham. Barulah kaki gaada akhlak itu berhenti menginjakku.
Sehabis makan, Papa dan Mama basa-basi senang akan kehadiranku. Aku hanya tersenyum terpaksa, dan meminta cepat pulangkan ke Bandung. Lalu Mama mengalihkan pembicaraan, untuk mengajakku melihat kamar yang akan aku tempati. Kamarnya bernuansa sage green dengan lantai wood vynil dan ranjang putih bak princess. Disana juga dilengkapi kamar mandi dalam dengan bathub mewah dan cermin besar. Daripada mengutukki diriku seharian, lebih baik menikmati fasilitas yang diberikan. Namun datang lah manusia pengganggu, Karina.
"Enak kamarnya? berasa kaya mendadak ya HAHAHA." Sindir Karina
"Apasih ganggu banget, sopan dikit dong main nyelonong masuk aja." Aku emosi.
Ia terus saja merendahkanku, hingga aku dorong dirinya keluar kamar dan cepat-cepat aku kunci pintu. Lalu lanjut untuk menikmati fasilitas, baru saja memakai bathrobe ada yang mengetuk pintu. Arghh Mama ganggu saja, ia datang untuk mengajakku makan malam diluar. "Kenapa gak kasih tau lewat WA ajasih." ucapku setelah mamah pergi dan mengunci pintu kembali. Akhirnya bisa tenang juga, sambil diguyur siraman shower yang sangat deras dan busa bathbomb yang sangat wangi lavender. Setelah selesai mandi, aku iseng membuka lemari. T-ternyata disana sudah disediakan pakaian, ada dress, piyama, t-shirt, celana, dan masih banyak lagi serta semuanya sesuai dengan ukuran badanku. Aku coba semua baju tersebut, hingga berserakan di lantai dan atas kasur. Sekarang aku bingung membereskannya, namun ada yang mengetuk pintu lagi. Itu adalah Pelayan di rumah yang hendak memberiku segelas susu dan camilan ada macaron, choux dan mini burger diatas piring cantik, saat ia melihat baju berserakan. Gerak cepat ia merapihkannya kembali.
"Eh bi gausah, biar saya aja yang beresin." Ucapku merasa bersalah.
"Gapapa Non, tenang aja gausah panik hehe." Bibi tertawa kecil.
Setelah rapih, ia mengambilkan ku sepasang dress yang diambil dari ruangan sebelah dan itu adalah dress yang harus aku pakai saat dinner. Aku hanya ternganga, melihat kelakuan orang kaya.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Tersayang
Não FicçãoIni kisah Firenza Maharani, seorang perempuan malang yang baru mengetahui keluarga kandungnya saat sweet eighteen. Kejutan yang ia dapat berbeda dengan yang lain rasakan, entah harus merasa senang ataukah sedih akupun bingung. Tunggal sudah bercaba...