22

35 0 0
                                    

Warning.
Sebelum baca dahulu kan vote.

"Zoy mau jadi ketua OSIS selanjutnya Pa," lirih Zoy.

"Apa? Ketua osis? Kamu ga sadar? Nama kamu saja sudah jelas jelek dan buruk. Gakan ada yang pilih kamu Zoy, jadi percuma,"

"Enggak Pa!" Zoy berlari keluar ruangan, terserah ia akan kemana. Keputusan nya sudah bulat. Ia ikut osis juga untuk keluarga. Bisa saja salah satu jalan membuat keluarga nya bangga adalah dengan jalur itu.

Varez keluar hendak mengejar anak gadis paling bodohnya tapi langkahnya terhenti ketika sebuah tangan mencekal lengannya.

"Om biar Alga aja yang kejar," ucap Alga menawarkan diri dan yang mencekal lengan Varez. Resah juga rasanya melihat pertengkaran musuhnya dengan bokapnya. Tidak elite menurutnya. Ketiganya, Varez, Alga dan Vallent sudah berada di luar ruangan.

Varez menatap wajah anak temannya itu lalu beralih kecekalan lengannya. Ia melepas kasar pegangan tangan Alga.

"Ga, saya gak percaya sama kamu, kamu yang udah lecehin anak saya!"

"Varez! Kamu gak dengar penjelasan Alga tadi?" tanya Vallent. Apa-apaan? Sebagai orang tua,Vallent juga tidak terima anaknya disalahkan. Apa Varez tuli? Jelas-jelas tadi Pak Uman sudah menjelaskan jika kedua murid yang salah, tidak ada yang paling benar.

"Gak masalah Om marah sama saya, tapi yang terpenting Om sama Mommy saya masih bisa negoisasi tuh sama Pak Uman. Jadi, biar saya yang kejar, mumpung saya lagi baik banget ini Om," ucap Alga berlari menjauh mulai mencari keberadaan rivalnya. Huh, untung saja Alga hari ini benar-benar sedang baik hati, jika tidak mana mau Alga berpikir inisiatif bagus seperti ini.

Beberapa menit, akhirnya Alga menemukan cewek yang sedari tadi ia cari. Alga diam memandangi gadis itu, masih dengan posisi sedikit jauh. Terdengar isakan kecil darinya. Alga tak habis pikir, sampai segitunya perempuan itu ingin menjadi ketua OSIS? Apa bagusnya? Jelas osis itu hanya babu sekolah. Cih.

'Tes' 'tes' 'tes'

Hujan turun, Alga menatapnya sekilas, langit memang sudah sangat gelap. Alga berjalan mendekat, ia berdiri dihadapan Zoy. Saat ini keduanya berada di depan gudang sekolah.

Zoy mendongak, menghapus kasar pipinya yang basah, lalu memalingkan pandangan. "Ngapain ni orang? Mau ngetawain gue maksudnya?" batin Zoy merasa kesal.

Alga jongkok dihadapan Zoy. "Lo kok nangis sih? Lebay banget anjir," ucap Alga. Zoy menatapnya tajam. Mengambil tisu, 'sreg' 'sreg' Zoy mengeluarkan ingus sebanyak-banyaknya, menggelap nya dengan tisu tadi, dengan tampang tanpa dosa dilemparkannya tisu itu pada wajah tampan Alga.

"Makan tuh,"

"Babi, dibaikin ngelunjak ni anak," umpat Alga, ia berpindah tempat, duduk disamping Zoy, memandang air-air hujan yang jatuh dari atap genteng. Sebenarnya dirinya sedikit was-was.

Alga mengeluarkan headset yang selalu ia bawa-bawa. Bukan apa-apa, ini yang ia takuti. Saat hujan datang.

Alga menyelipkan satu headset ditelinganya, satu lagi ia selipkan di telinga Zoy. Pergerakan yang tiba-tiba membuat Zoy ingin menampar kuat laki-laki disampingnya. "Diem, gue kasih lagu buat nenangin," ucap Alga anak kalem.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Childish Boy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang