Happy Reading
AUTHOR POV
Hampir setahun lamanya Ell dengan setia mendampingi Jessi. Ia pun berhenti bekerja di cafe Dimas dan pindah ke tempat yang gajinya lebih besar. Karena ia ingin membantu biaya pengobatan Jessi yang tidaklah murah. Walaupun dia harus membagi waktu antara kuliah, pekerjaan, dan Jessi, Ell tidak pernah mengeluh. Selama ia pulang ke rumah dan melihat senyum Jessi itu akan membayar letih Ell satu hari penuh.
Tidak dapat dipungkiri kalau kondisi Jessi semakin menurun, segala terapi yang diberikan tidak merubahnya menjadi lebih baik, hanya bisa membantu meredakan sakit yang diderita oleh Jessi. Walau begitu, Jessi, Ell dan Dimas tidak pernah kehilangan harapan, mereka masih mengharapkan Tuhan memberikan mukjizat untuk kesembuhan Jessi.
Ell terbangun dalam tidurnya karena ia mendengar suara rintihan. Ia membuka mata, melihat Jessi yang tidur terlentang sambil merintih dalam tidurnya. Keningnya berkerut, terdapat bulir-bulir keringat yang menetes sampai ke telinga. Dan di sudut matanya terdapat gumpalan cairan bening yang siap menetes kapan saja. Ell menyeka keringat dan gumpalan bening di sudut mata Jessi. Ia juga membenarkan selimut untuk menutupi tubuh naked Jessi.
Ell beranjak dari kasur dan perlahan keluar kamar. Ia duduk di sofa dengan kedua kaki yang ditekuk, ia mendekap kedua kakinya, lalu menunduk dan menempelkan keningnya di lututnya yang berhimpitan. Tumpahlah air mata yang ia tahan sejak tadi.
" Gw bener-bener gak kuat liat lu kayak gini Jess.. Dalam tidur aja lo masih ngerasa kesakitan, " Batin Ell.
" Tuhan, hilangkanlah rasa sakit Jessi.. Ini sangat menyakitkan.. " Batin Ell.
Ell mengangkat kepalanya dan mendongak keatas saat ada yang mengelus kepalanya.
" Mas Dimas? "
" Kenapa belum tidur? Loh kamu nangis, kenapa? " Tanya Dimas, ia duduk di samping Ell.
" Jessi kesakitan lagi, aku gak tega mas.. Mas sendiri kenapa belum tidur? "
" Udah, kebangun karena haus. Waktu turun mas liat kamu duduk disini. "
" Mas.. Aku takut.. "
" Takut kenapa? "
" Semakin hari daya ingat Jessi berkurang.. Aku takut suatu hari nanti dia lupa sama aku.. Lupa sama kita.. "
Keduanya terdiam, Ell kembali menangis. Dimas menatap nanar gadis dihadapannya ini. Hatinya seperti tercubit saat melihatnya menangis karena adiknya. Dimas tak tahu harus bagaimana cara untuk berterima kasih atas kehadiran Ell dihidup Jessi. Dimas menarik Ell kedalam pelukannya, ia membelai rambut Ell yang sudah memanjang. Ell benar-benar tidak mengurusi penampilannya, yang ia urusi hanya Jessi, kuliah, dan pekerjaan. Ia tak ada waktu untuk memperhatikan diri sendiri.
Setengah jam lebih Ell baru bisa menghentikan tangisannya walau masih sesenggukan. Dimas melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata Ell dengan kedua ibu jarinya. Dimas menangkup kedua pipi Ell agar Ell melihat wajahnya.
" Jangan nangis lagi ya. Sekarang kamu cuci muka dulu terus tidur. Jessi nanti sedih kalo liat kamu kayak gini, " Kata Dimas, kemudian ia menurunkan tangannya yang mengangkup pipi Ell.
" Iya Mas.. Mas kalo suatu saat Jessi lupa sama aku, jangan perkenalkan aku sebagai pacarnya tetapi sahabatnya ya Mas. "
" Kenapa? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Elldindra's Life (End)
RomanceCerita perjalanan cinta gadis tomboy yang memiliki panggilan 'Ell'. Gadis tomboy yang tergolong biasa.. Tidak cakep tidak juga jelek.. Tidak tinggi tidak juga pendek.. Tidak kurus cenderung berisi.. Namun ia selalu dikelilingi wanita, membuat teman...