Obituary

477 38 3
                                    





Happy Reading



AUTHOR POV

" Hei.. Udah bangun? " Tanya Dimas saat Jessi membuka matanya, ia memaksakan senyumnya dihadapan adiknya itu.

" Yeah.. Mas gak kasih tau Ell aku disini kan? "

" Nggak.. Kamu ini, baru buka mata yang diomongin Ell.. Dasar bucin.. " Kata Dimas berbohong.

Dimas pun sepakat dengan Ell, agar Ell berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi pada Jessi.

" Hhehehe.. Aku gak mau dia khawatir Mas, apa kata dokter? Aku harap Mas jujur. "

" Mmmh.. " 

Dimas hanya menggigit bibirnya untuk menahan tangisnya saat mendapat pertanyaan Jessi.

" Semakin parah ya? " Tanya Jessi sambil tersenyum.

Melihat Jessi tersenyum Dimas semakin terluka.

" Dokter akan berusaha menyembuhkanmu Jessi.. "

" Aku tau.. Jadi apa hubungan paru-paruku dengan sakit kepalaku? "

" Kamu.. Kamu menderita metastasis otak, jadi sel kanker di paru-parumu sudah menyebar ke otak, " Tangis Dimas sambil menunduk.

Jessi terdiam melihat kakaknya menangis, hatinya terasa sesak. Ia sadar kalau penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi.

" Maafin aku Mas.. " Kata Jessi sambil menggenggam tangan Dimas. Dimas mengangkat kepalanya menatap Jessi.

" Maaf buat Mas susah, selama ini aku susah diatur, aku menolak untuk dioperasi, aku masih merokok, aku masih mabuk-mabukan.. Saat ituuu.. Aku benar-benar menyerah untuk hidup, aku.. gak peduli kalo aku bakal mati sekalipun. Sekarang lucunya saat aku tau aku udah gak ada harapan, aku takut mati.. Aku masih ingin hidup lebih lama Mas, aku masih ingin sama Ell.. Aku sayang Ell Mas, aku mau liat dia selesai kuliah.. Aku mau liat dia kerja.. Apa aku masih ada kesempatan? Bantu aku... Aku ingin hidup lebih lama.. " Sambung Jessi sambil menangis.

" Mas pasti lakukan apa aja untuk kesembuhan kamu.. Makanya kamu jangan nyerah ya.. "

" Iya.. Kapan aku bisa pulang? Aku gak mau lama-lama di RS nanti Ell curiga.. "

" Tunggu keputusan dokter ya? "

" Iya Mas.. "


ELL POV

Aku baru saja sampai di kost setelah selesai kuliah, aku berbaring di atas kasur sambil memandang langit-langit. Aku merindukan Jessi, namun Jessi mengatakan kalau ia pergi keluar kota untuk pekerjaannya. Tentu saja aku tahu ia berbohong, saat ini dia masih di rumah sakit. Aku ingin disampingnya, ingin mendampinginya, kenapa ia buat rumit, kenapa ia tidak mau jujur tentang penyakitnya.

" Kak.. Malah melamun, kenapa? " Tanya Dhea menyadarkan lamunanku.

Aku bangkit dari tidurku dan duduk di hadapannya, aku pikir Dhea juga harus tahu kondisi Jessi yang sebenarnya.

" Jessi sakit? "

" Sakit apa? "

" Kanker paru-paru, tapi sekarang sel kankernya udah menyebar ke otak Dhe.. " Tangisku, aku sudah tidak bisa menahan sedihku lagi.

Elldindra's Life (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang