Jaemin membuka matanya, pergerakan seseorang membuat acara tidurnya terganggu. Winter menggeliat dengan kedua tangan nya yang semakin erat memeluk nya, tubuhnya semakin mendekap. Jaemin bisa merasakan debaran jantungnya saat itu juga.
Winter terlihat sangat gelisah dalam tidurnya, seperti sedang bermimpi buruk. Jaemin mengurungkan niatnya yang ingin kembali ke kamarnya, begitu melihat Winter yang sangat ketakutan.
"Gwenchana, semua akan baik-baik saja, jangan khawatir."
Di usapnya pelan kepala Winter sampai gadis itu berhenti menggeliat ketakutan. Setelah yakin kalau Winter sudah tertidur lelap, Jaemin perlahan membenarkan posisi tidur gadis itu, melepaskan pelukan Winter yang sangat erat di tubuhnya.
Setelah berhasil lolos, Jaemin pergi menuju saklar lampu untuk mematikan lampu kamar Winter. Baru saja sebelah tangan nya memegang gagang pintu, Jaemin langsung menoleh begitu mendengar suara Winter yang menyuruhnya untuk tetap diam di tempat.
"Jangan pergi!!"
Winter terbangun dan berlari kearah Jaemin, tubuhnya menubruk bahu Jaemin keras dan memeluknya erat sambil menangis.
Jaemin terlonjak kaget melihat Winter yang menangis histeris sambil masih dalam posisi mendekapnya.
Langit nampak bergemuruh, hujan belum juga reda, di tambah suara petir menggelegar keras. Jaemin akhirnya memilih untuk kembali ketempat semula, menemani Winter sampai terlelap kembali.
"Sudah, jangan takut. Aku ada disini, kau baik-baik saja."
Tangan Jaemin mengusap pundak Winter yang gemetar lalu turun ke area pinggang dan balas mendekapnya dalam kehangatan.
"Ada apa? Sesuatu barusaja terjadi?" Tanya lelaki itu yang belum juga mendapat balasan.
"Kalau kau punya masalah yang ingin kau bagi, ceritakan saja padaku. Karna aku akan selalu mendengarkan semuanya."
"Jangan selalu menyimpan masalahmu sendirian, kadang di situasi tertentu kau juga harus bisa membaginya pada orang lain. Bebanmu akan berkurang sedikit." Kata Jaemin masih mengusap usap rambut gadis itu.
"Apa kau baik-baik saja?"
Jaemin menundukan wajahnya, kedua bola matanya beradu dengan kedua mata Winter, mereka saling menatap intens.
Menenguk ludahnya susah payah, Jaemin merasa tubuhnya sulit untuk digerakan, dia masih terpaku dengan posisi keduanya yang saling berhadapan dan memeluk.
Kenapa debaran ini bisa muncul, dan rasanya sangat menyenangkan.
"Aku.. takut, pokoknya kau tidak boleh pergi kemana-mana."
Winter memberengut, kedua tanganya memeluk Jaemin erat seolah mengunci pergerakan Jaemin supaya tidak bisa pergi kemana-mana.
Jaemin tersenyum simpul, Winter ini ada-ada saja.
"Kau takut sekali kalau ku tinggal pergi rupanya,"
"Sudahlah ayo tidur lagi, aku tidak akan pergi kemana-mana."
▫▫▫
"Ambil saja kalau kau bisa!" Jaemin tersenyum jahil setelah berhasil membuat Winter merasa kesal.
"Yakk!! Kembalikan buku itu, aku harus cepat-cepat menyelesaikan tugas, Na Jaemin!"
"Apa? Tidak dengar!"
"Jaemin-ah!! Kembalikan." Winter berjinjit berusaha mengambil buku tugasnya di tangan Jaemin.
Sedangkan Jaemin semakin usil, tak mau kalah ia pun juga ikut berjinjit sambil mengangkat sebelah tangan nya supaya lebih tinggi, tentu saja tujuan nya supaya Winter tidak mudah mengambil buku miliknya.