Winter berjalan menyusuri koridor kampusnya yang sepi. Wajahnya panik lalu menoleh kebelakang melihat siapa yang baru saja menggenggam tangannya.
"Ryujin?" Tebak Winter ragu, sebab orang itu menggunakan kacamata hitam dan bucket hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
Tubuh gadis itu gemetar, dalam hati ia berharap Jaemin cepat datang dan membawanya pergi. Ia takut kalau Ryujin akan melukainya lagi.
"Winter.. kau kenapa?" Ryujin mendekat untuk memastikan gadis yang terlihat sangat ketakutan itu.
"A-ada apa?"
"Sebenarnya, aku ingin bicara empat mata denganmu. Apakah kau punya waktuㅡ"
"WINTER!" Panggil seseorang dari belakang, Winter akhirnya bisa bernafas lega.
"Winter.. a-aku."
Pegangan tangan itu langsung terlepas begitu Jaemin datang dan langsung menarik tubuh Winter kebelakangan.
"Siapa kau?!"
"Jaemin, tenanglah. Diaㅡ"
Ryujin melepas bucket dan kacamata hitam yang menutupi setengah wajahnya, dua orang itu terkejut, melihat penampilan Ryujin yang sangat berbeda di bandingkan dulu.
Bibirnya putih pucat, kedua matanya sembab dan merah akibat sering menangis. Rambutnya acak-acakan.
"Ryujin-ah!" Winter maju selangkah hendak memeluk Ryujin. Namun Jaemin menahannya. Tidak membiarkan Winter maju selangkah pun.
"Apa yang terjadi denganmu?"
Ryujin tidak menjawab lalu mendorong Jaemin agar lelaki itu menjauh dari Winter. Jaemin tersungkur, namun dengan cepat ia bangkit kembali.
Ryujin memegang kedua kaki Winter sambil bersujud.
"Winter akuㅡ"
"Hei apa-apaan?!" Jaemin menatap tajam Ryujin. Perasaan curiga muncul di relung hatinya.
"Aku hanya ingin mengobrol dengan Winter sebentar, kumohon Jaemin!"
"Tidak, kau fikir aku akan mempercayaimu dengan mudah? Kau pasti ingin mencelakai Winter lagi kan?"
Ryujin menggeleng, ia berani bersumpah tidak akan melakukan hal jahat lagi pada Winter.
"Kumohon hanya sebentar!"
"Tidak!" Tegas Jaemin. "Jangan pernah menemui Winter lagi, kau sudah sangat jahat padanya. Kau hampir membunuhnya waktu itu, kau berharap apa sekarang?"
"AKU MENYESAL! TOLONG MAAFKAN AKU!" Ryujin mengerang frustasi, lalu hanya bisa menangis sambil bersimpuh di depan keduanya.
"Aku butuh bantuanmu Winter, kumohon. Untuk perbuatan jahatku dulu, tolong maafkan aku."
Jaemin tersenyum miring "Jadi kau menyesal sekarang? Setelah semua yang telah kau lakukan pada tunanganku itu, kau baru menyesal sekarang?"
"Tunangan?" Ryujin melotot kaget.
"Kau tidak merasa malu? Setelah apa yang sudah kau lakukan padanya, kau datang dan ingin meminta bantuan?" Kata Jaemin sukses menusuk sampai ke relung hatinya.
"Kau tidak punya malu? Dimana kau simpan wajahmu?" Sarkas Jaemin.
Ryujin menatap penuh kekecewaan kearah kedua orang yang berjalan meninggalkannya sendirian. Winter nampak berhenti namun Jaemin sudah lebih dulu menariknya agar menjauh.