Ryujin pulang ke rumahnya dengan perasaan malas, lagi-lagi Rumah itu terlihat seperti kapal pecah sekarang. Lantai kotor, sampai berserakan, cucian piring menumpuk, televisi yang masih menyala, dan jendela yang penuh debu.
Sudah satu minggu dia meninggalkan Rumah dan tak pernah kembali, ia pikir kedua orang tuanya akan mencarinya, tapi ternyata tidak. Haha, miris sekali bukan.
Mereka tidak punya waktu untuk mengurusnya, bahkan memastikannya pulang ke rumah pun mustahil rasanya. Orang tuanya terlalu sibuk pada urusan bisnis mereka yang sedang di ujung tanduk.
Ryujin membuka kulkas di dapur, lagi-lagi isinya kosong. Dia sudah sangat kelaparan, tapi dia malah tidak mendapat apa-apa.
"Jangan membuka kulkas, anak yatim piatu tidak butuh makan."
"Ryujin, boleh aku minta rotinya? Aku lapar."
"Tidak, pergi sana!"
Prang.
"Huh!" Ryujin memegang kepalanya yang mendadak sakit, Gadis itu berdiri tanpa berniat untuk membereskan kekacauan yang di buatnya terlebih dahulu.
Rasa bersalahnya kembali muncul ke permukaan. Ryujin tidak mau kalau harus meminta maaf lebih dulu. Lagi pula kenapa ia harus meminta maaf? Apa alasannya.
Mungkin tidur untuk beberapa menit akan membuat sakit kepalanya reda.
"Anak nakal!"
"Akh, Eomma!!" Ryujin tersungkur, Rose menamparnya keras membuat tubuh nya oleh.
"Kemana saja kau?! Lihat kekacauan ini, semuanya ulahmu!"
"Ulahku? Jangan bercanda Eomma. Aku bahkan tidak menyentuh remote TV itu pagi ini."
"Tentu saja ini ulahmu. Kau fikir aku tidak tau kalau kau tidak ada di rumah ini selama satu minggu?" Rose menatap tajam putrinya yang terlihat err.. tidak, Ryujin tidak terlihat seperti putrinya.
"Sekarang, cepat bersihkan kekacauan Rumah ini. Bekerjalah dengan baik." Rose menepuk bahu putrinya sambil berjalan menuju keluar rumah dengan pakaian yang sangat rapih.
Bahkan aromanya parfum nya tercium sampai ke ujung hidungnya.
"Eomma."
Rose membalikan tubuhnya.
"Eomma mau pergi kemana?" Tanya Ryujin penasaran.
"Bertemu rekan bisnis. Sudah, cepat bereskan semuanya. Semua harus sudah rapih sebelum Eomma kembali, mengerti?" Rose pergi dari pandangan nya. Ryujin menghela nafas, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.
"Aku seperti pembantu saja, haha."
"Mungkin aku mendapat karma." Pada akhirnya Ryujin mengerjakan semua yang ibunya perintahkan, mulai dari mencuci piring, baju, mengepel, mengumpulkan sampah dan masih banyak lagi.
Semua ia lakukan hampir empat jam, dan selama itu pula Rose belum juga terlihat batang hidungnya. Apa selama itu bertemu dengan rekan bisnis? Bahkan sekarang sudah pukul 9 malam.
Ryujin terbangun setelah mendengar suara ketukan pintu, Eomma nya pasti sudah pulang. Tapi ternyata bukan Rose yang berdiri di depan sana, tapi Jaehyun.
"Appa!" Ryujin mematung begitu merasakan pelukan yang hangat dari Ayahnya. Berbanding terbalik dengan perlakuan yang Rose berikan setelah ia sampai ke rumah.
Rose malah menamparnya, bukan memberikan pelukan hangat seperti Ayahnya.
"Appa sangat khawatir, kemana saja selama ini? Kau makan dengan baik kan? Apa ada yang menyakitimu?"