▫ REMEMBER

1.2K 238 2
                                    

Jaemin mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, kepalanya terasa berputar-putar karna terlalu lama tertidur.

Tumben sekali tidak ada yang membangunkan nya, biasanya Nenek atau eomma nya akan pergi ke kamarnya dan memaksanya untuk bangun, sekedar menyuruhnya untuk membantu pekerjaan rumah.

Bahkan jam sudah menunjukan pukul 2 siang, rekor baru bagi seorang Na Jaemin sendiri.

Pria itu menyibakan selimutnya supaya lepas dari tubuhnya, bahkan Jaemin belum sempat membersihkan tubuhnya pagi tadi.

"Nek?" Panggil Jaemin dari luar.

Jaemin memasuki kamar Yejin dan nihil, dia tidak menemukan siapa-siapa. Pria itu menekuk wajahnya kesal, seketika saja dia menyesal karna sudah tidur hampir seharian. Seharusnya dia bisa ikut dengan kedua orang tua itu.

"Winter." Gumam Jaemin, dia ingat jika gadis itu juga tinggal di rumahnya sekarang.

Langkahnya terhenti begitu dia sudah berdiri tepat di depan kamar gadis itu.

Jaemin menempelkan sebelah telinganya di daun pintu, kamar Winter terdengar sangat ramai sekali dari luar.

"Winter.."

Tanpa perlu mengetuk lagi, Jaemin langsung membuka pintu kamar, tidak perlu meminta izin, sebab Jaemin sudah sering masuk kedalam kamar gadis itu tiap malam.

hanya tuhan yang tau apa yang dilakukannya, setiap malam.

Hati Winter menghangat setelah Irene memberinya usapan di kepala, wanita itu sudah memberikan banyak rasa kasih sayang yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

Irene dan Yejin sangat menyayangi Winter, mereka selalu memperlakukan dirinya layaknya orang yang paling berharga, Winter merasa senang akan hal itu. Ia merasa kalau keberadaannya di rumah ini lebih di hargai.

Ketiganya dengan kompak memalingkan wajah mereka ke arah pintu, disana ada Jaemin yang sedikit memunculkan kepalanya dari pintu.

"Aku mencari-cari eomma."

Pria itu mendekat, kemudian ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur bersama Winter, dengan kepalanya yang di letakan di atas paha Yejin.

Yejin dan Irene tersenyum melihatnya.

"Usap kepalaku juga Nek, aku ingin seperti Winter." Kata Jaemin, Yejin yang merasa gemas langsung mencubit pipi cucu lelakinya itu.

"Kau ini."

"Sakit."

Jaemin menekuk wajahnya pura-pura kesal, dan hal itu memicu tawa Winter karna merasa lucu melihat Jaemin yang merajuk seperti itu.

"Kenapa tertawa?" Tanya Jaemin, menyadari jika Winter menertawakannya.

"Tidak, siapa yang tertawa?" Kata Winter yang sekejap langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.

"Tadi, kau menertawaiku ya?"

"Iya."

"Jadi, kenapa kau tertawa?"

Irene hanya bisa menatap kedua anak yang sedang berdebat kecil itu. Irene hanya diam memperhatikan keduanya bersama Yejin.

"Karna kau lucu tadi, makannya aku tertawa."

"Kalau begitu tertawa saja sesukamu, karna kau terlihat sangat cantik kalau sedang tertawa seperti tadi."

Yejin dan Irene terbahak mendengarnya, bisa-bisanya anak lelaki itu menggoda seorang gadis tepat di hadapan mereka, bahkan berhasil membuat wajah seorang gadis seperti Winter bersemu merah.

Winter memilih untuk membuang muka dan membelakangi Jaemin.

"Bibi, tadi katanya ingin menceritakan soal eomma. Kalau begitu ceritakan sekarang saja, aku ingin mendengarnya." Pinta Winter dengan wajah memelas.

"Baiklah, Bibi akan menceritakannya sekarang."

Irene menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mulai bercerita, dan kembali mengusap-usap puncuk kepala Winter sayang.

Yejin nampak beberapa kali ikut membuka suara dan bercerita tentang semua yang ia tahu. Sedangkan Jaemin hanya ikut menyimak, sesekali menepuk-nepuk bahu Winter yang bergetar karna menangis.

"Kami sangat dekat, siapa yang tidak mengetahui kami? Tentu nya semua orang mengenal kami, karna kami selalu bersama. Ibu mu orang yang baik, karna itu aku sangat menyayangi nya." Lanjut Irene.

"Tapi waktu itu, aku sempat kehilangan dirinya, bahkan sampai detik ini."

"Aku sangat mempercayai ibumu, begitupun dirinya sendiri, kami juga saling menyayangi layaknya saudara kandung. Dan aku merasa kalau sekarang kau adalah tanggung jawabku. Karna aku sudah berjanji kalau aku akan selalu melindungimu dan memberikan banyak kasih sayang dan cinta seperti yang pernah ibumu berikan." Irene mengecup kening Winter setelahnya.

"Jadi mulai sekarang kau bisa memanggilku eomma sama seperti Jaemin, dan jangan ragu untuk menceritakan apapun ya? Sekarang kita adalah keluarga, aku adalah Ibumu, dan dia adalah nenekmu." Kata Irene pada Winter.

"Anggap saja kami keluarga mu sendiri ya nak." Tambah Yejin.

"Baik eomma."

"Aku merasa seperti mempunyai menantu perempuan setelah ini." Kata Yejin tiba-tiba, membuat alis Jaemin terangkat sebelah.

"Maksudnya Winter adalah istriku begitu?" Kata Jaemin sambil menaik turunkan alisnya, Winter memutar kedua bola matanya.

"Kau ini, belajar dulu yang benar sampai kau lulus dari kuliahmu. Setelah itu baru boleh menikah!"

"Aku hanya bercanda eomma."




▫▫▫






"Kau tidak berniat pergi mengunjungi orang tuamu?" Tanya Yejin karna sadar kalau dia tidak bisa terus-terusan membiarkan Irene berada disini, setidaknya menantunya itu harus bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Aku punya rencana untuk menemui mereka, tapi mungkin nanti, karna aku belum meminta izin pada Suho." Kata Irene yang memang sadar kalau dia harus bertemu dengan orang tuanya dan bertanya tentang kabar mereka.

"Mintalah izin secepatnya, mereka mungkin sudah sangat merindukan mu, temuilah ibumu secepatnya." Irene mengangguk mengiyakan, memang omongan ibu mertuanya ada benarnya juga.

"Kalau bisa ajak Winter kesana, aku yakin ibumu sangat penasaran dengan gadis itu, kau juga boleh menginap selama beberapa hari disana, bawalah anakmu juga. Ku fikir cucuku juga butuh liburan." Yejin mengusap rambut cucunya yang basah oleh keringat, cuaca memang agak sedikit panas.

Irene memperhatikan kedua remaja yang tertidur itu, benar kata Yejin dia harus membawa kedua anak itu untuk sekedar menenangkan fikiran, hitung-hitung mereka berlibur untuk melepas penatnya selama ini.

"Tapi bagaimana dengan eomma?"

"Kau lupa kalau eomma masih memiliki anak perempuan?" Kata Yejin nampak membuat Irene menepuk pelan jidatnya. Bisa-bisanya dia melupakan satu anggota keluarganya yang lain.

"Aku akan menyuruh Yeri datang kesini untuk menemaniku, dia pasti bisa mengajukan izin untuk tidak bekerja karna harus mengurusku."

Irene akhirnya langsung meminta persetujuan pada suaminya lewat pesan teks, dan seperti dugaan nya kalau suaminya itu pasti akan mengizinkannya. Kini dirinya tinggal memutuskan tanggal berapa saja.

Uncontrollably ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang