"YAK! JUNG RYUJIN!"
Gadis itu menoleh, melihat Winter yang berlari tergesa menghampirinya dengan raut wajah penuh ketakutan. Senyuman manis itu ia berikan pada Winter, seorang yang tak pernah sekalipun membalas perbuatan jahatnya.
"Aku hanya ingin mati dan bahagia.." Gumam Ryujin yang ia yakin tak ada seorangpun yang dapat mendengarkannya.
Tap!
Ryujin tersentak, tangannya kini sudah di genggam erat oleh Winter, gadis gila yang malah mau menyelamatkannya.
"Menyingkir dari sana!"
"KERETA AKAN MELINTAS, CEPAT MINGGIR!"
"Jangan berdiri disitu! Berbahaya!"
"Ya tuhan! Apa yang mereka lakukan!"
Ryujin tak mengidahkan satupun ucapan pengendara yang menyuruhnya untuk menyingkir dari rel kereta. Ia terlalu sibuk untuk melepaskan genggaman Winter yang erat.
"KAU MEMANG GILA WINTER! CEPAT PERGI DARI SINI BODOH!"
"LALU APA BEDANYA DENGANMU HAH?"
Suara ricuh para pengendara semakin terdengar jelas tatkala mereka semua mendengar suara kereta yang sangat menggelegar dari jarak yang dekat.
"MENYINGKIR!"
"YA TUHAN! CEPAT PERGI!" Sorak beberapa pengendara terlihat sangat panik namun mereka tak bisa melakukan apapun.
"KERETA ITU TAK BISA BERHENTI!"
Kedua mata Winter membola melihat kearah kereta yang melaju semakin dekat kearahnya.
Sampai akhirnya kereta itu berhasil menabrak kedua orang gadis yang berdiri di hadapannya, membuat semua orang berteriak ketakutan disertai rasa cemas karna mendengar suara tabrakan yang begitu keras dari depan.
Kecelakaan itu telah terjadi, dan tak ada yang bisa di selamatkan lagi.
"Panggil ambulan! Aku fikir dia masih bisa di selamatkan!"
"Cepat, kita tidak punya banyak waktu!"
"Tidak ada yang bisa di selamatkan."
▫▫▫
Kedua kaki itu berlari tergesa, masuk kedalam rumah sakit dan berlarian keseluruh penjuru gedung itu dengan nafas tersenggal. Menelusuri setiap ruangan yang ada disana, sampai kedua kaki itu berhenti melangkah, tepat di depan sebuah ruangan yang sama sekali tidak ingin dikunjungi sampai kapanpun.
Jaemin masuk dengan nafas memburu, disana sudah ada sejumlah polisi dan beberapa orang yang mungkin sempat menjadi saksi dari kecelakaan yang baru terjadi beberapa jam lalu.
"Gwenchana.."
Tangannya terkepal kuat, sorot mata itu menatap pria di sampingnya yang juga sama sepertinya. Raut wajahnya terlihat ketakutan, namun bedanya ia menangis, tidak seperti Jaemin yang berusaha menahan air mata sialan itu.
Dua orang tewas dalam kecelakaan beberapa jam lalu, dan kedua orang itu tengah berbaring di atas ranjang beroda dengan seluruh tubuh yang di tutupi kain putih panjang berlumuran darah, sedangkan yang satu lagi masih ada di dalam kantung jenazah.
Sepertinya ia tewas lebih mengenaskan.
"Siapa.. yang mau lebih dulu kau lihat..?"
Hyunjin mencengkram kedua bahu Jaemin, tak kuasa kalaupun ia harus melihat salah satunya. Entah itu Ryujin atau Winter, ia tak sanggup.
Apalagi Jaemin.
"Ku dengar.. salah satunya masih bisa di selamatkan, tapi kenapa mereka berdua ada disini.."
Jaemin melepas cengkraman Hyunjin, perlahan tapi pasti kakinya melangkah kearah jenazah yang ditutupi oleh kain putih, tangannya gemetar hebat, beberapa kali ia berusaha untuk tetap tenang namun tidak bisa.
Perlahan kedua tangannya berusaha mengangkat kain yang menutupi wajah seorang tak bernyawa di hadapannya. Sampai seluruh wajahnya terlihat, dan betapa terkejutnya ia saat itu juga.
"RYUJIN-AH!" Hyunjin mendekat lalu kedua tangannya menggenggam erat tangan putih pucat yang penuh luka itu, tapi tak bisa ia pungkiri dalam hatinya Hyunjin merasa lega. Itu berarti Ryujin orang yang di maksud masih ada kemungkinan bisa diselamatkan, meskipun pada akhirnya takdir tuhan berkata lain.
Jaemin mundur, badannya ia putar perlahan.
Sekarang tinggal tersisa seorang yang belum ia coba lihat, air matanya bahkan sudah jatuh lebih dulu. Sesak rasanya.
srett
"MINJEONG-AH!"
Irene berteriak histeris, sedari tadi dia hanya diam diluar, tidak berani masuk kedalam. Tapi bagaimana mungkin kalau dia hanya diam saja tanpa mau melihat keadaan putri kecilnya itu, dan dengan seluruh keberanian yang masih tersisa, Irene mencoba masuk.
Melihat tubuh yang baru pagi tadi ia peluk sudah hancur, wajahnya di penuhi darah beserta rambut yang menutupi sebagian wajahnya yang rusak, kulitnya mengelupas sampai tulang putihnya terlihat. Mengenaskan.
Jaemin sontak menahan tubuh Irene supaya tidak jatuh pingsan mendadak.
"Eomma, tenanglah!"
"Bagaimana bisa aku tetap tenang melihat putriku yang tewas mengenaskan di hadapanku?!!"
"MINJEONG, EOMMA ADA DISINI!!"
"Ayo kita pulang! Eomma akan memberikan semua yang kau mau! Minjeong!!"
"Tolong jangan pergi bersama Taeyeon.."
"Winter, cepat pergi dari sini!"
"Tidak, kalau kau tetap disini. Aku akan ikut!"
"Kau sudah gila ya?!"
"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian Ryujin."
"Keretanya datang.."
REST IN PEACE
END