▫ ACCIDENTAL

1.3K 241 2
                                    

Yejin hanya bisa menahan rasa kesalnya melihat cucu laki-lakinya yang masih terbaring di balik selimut. Padahal Jam sudah menunjukan pukul 11 siang, tapi Jaemin masih setia meringkuk di balik selimut tebal.

"Apa yang di impikan anak ini sebenarnya?"

Yejin membenarkan kacamata yang bertengger di batang hidungnya. Dengan sigap dia masuk kedalam kamar, membuka jendela kamar membuat cahaya matahari di luar menerobos masuk kedalam begitu saja.

"Hmm.."

Plak!

"Aw!"

Jaemin bangun dari tidurnya dan meringis kesakitan sambil memegangi pantatnya.

"Menyeramkan."

"Bangunlah! Kau lihat sudah jam berapa ini?" Yejin menunjuk kearah Jam dinding kamar.

"Seharusnya kau bangun dan bersiap, bukannya malah seharian tidur di kamar."

"Tapi sekarang hari libur, aku juga tidak punya banyak kegiatan yang harus di kerjakan hari ini." Jaemin kembali menyelimuti dirinya dan akan melanjutkan tidurnya.

Plak!

Kali ini Yejin memukul Jaemin dengan sangat kuat membuat laki-laki itu kembali bangkit, neneknya sama sekali tidak punya rasa toleransi.

"Iya iya, aku bangun sekarang! Kau menyeramkan!"

"Sudah kubilang bangun! Dasar cucu pemalas, kau lupa jika hari ini Irene akan datang ke Korea?"

"Eomma? Dia akan ke Korea?" Yejin memutar bola matanya malas.

"Kau tidak ingat? Sudahlah cepat bersiap, kau harus menjemputnya sekarang."






▫▫▫







Untuk kesekian kalinya, Jaemin berputar-putar di area parkiran, dia sedang menunggu Irene yang katanya akan tiba beberapa menit lagi ke Korea.

Irene datang dari San Francisco untuk menetap di Korea bersama Jaemkn dan juga Yejin.

"Sepertinya aku harus menyusul kesana."

Jaemin berlari kedalam, memilih menyambut kedatangan ibunya disana.

"Eomma!"

Wanita yang dia panggil eomma itu, terlihat baru saja keluar dari dalam ruangan.

Irene mengalihkan atensinya pada seorang anak laki-laki yang berlari kearahnya. Irene menatap tak percaya putranya yang kini sudah tumbuh dewasa.

"Kau merindukan eomma mu ini tidak?"

"Tentu saja! Aku selalu rindu pada eomma."

Selesai acara berpelukan, keduanya berbincang ringan dengan Jaemin yang membantu membawakan beberapa barang milik Irene, seperti koper dan tas kecil.

"Bagaimana kehidupanmu selama beberapa tahun ini?" Tanya Irene yang memang sejak lama tidak melihat langsung perkembangan putra sematawayangnya itu.

"Cukup baik, aku hidup dengan baik tanpa kekurangan apapun."

"Kau tidak merepotkan nenekmu 'kan?"

"Tidak eomma, aku tidak pernah merepotkan nenek."

"Hmm baguslah, anak yang pintar. Kau memang bisa aku andalkan." Irene mengusap puncuk kepala anak sematawayangnya itu sambil tersenyum bangga.

"Eomma sendiri bagaimana? Kenapa pergi sendirian ke Korea? Appa tidak ikut?"

"Kau tahu 'kan? Ayahmu itu sangat sibuk. Mana bisa ikut pergi kesini cuma untuk mengantar eomma. Dia harus mengurus Bisnis."

Uncontrollably ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang