"Sudah jam 10 malam, kurasa sudah aman." Gumam Winter yang langsung beranjak menuju pintu kamar.
Gadis itu membuka knop pintunya perlahan lahan, aman. Semua orang nampaknya sudah tertidur, ini bisa jadi kesempatan Winter untuk pergi ke dapur dan mencari makanan.
Gadis itu keluar, turun perlahan-lahan ke arah dapur. Lampu nampak sudah mati semua, kesempatan yang bagus.
Winter kini sudah sampai di pantry. Gadis itu langsung saja membuka isi kulkas dan mencari-cari makanan yang bisa ia makan.
"Aishh.. tidak ada Roti yang bisa langsung aku makan, bagaimana ini?" Gumam gadis itu yang tak sadar kalau dirinya sedang di perhatikan.
Saat hendak berbalik, Winter langsung diam kikuk karna terkejut melihat sesosok manusia di hadapan nya yang sedang berdiri sambil melipat tangan nya.
"Sedang apa malam-malam di dapur?"
Winter meneguk salivanya kasar.
"A-aku haus."
"Kau yakin? Lalu kenapa sampai membuka kulkas?"
"Aku merasa gerah, makannya aku membuka kulkas.. ahaha.. kau tidak kegerahan memangnya?" Kata Winter berusaha mencari-cari alasan yang masuk akal.
"Tidak."
krukk krukk
"Kurasa perutmu mengatakan hal lain."
"Sudah malam, aku harus kembali tidurㅡYAK!" Winter berteriak kaget. Tatkala Jaemin yang malah menarik pergelangan tangannya dan menghimpit tubuhnya ditembok.
"Minggir, aku mau-"
"Jangan terus terusan menghindariku Winter, katakan kalau aku punya salah." Jaemin masih terus berusaha menghalangi jalan Winter.
"Lepaskan aku!" Winter terus berusaha melepaskan genggaman Jaemin namun rasanya sangat sulit.
"Kau tuli huh? Ku bilang lepaskan!"
"Tidak mau." Tangan Jaemin yang semula berada di bahu gadis itu kini turun ke tangan nya. Menggenggam erat kedua tangan Winter dan mengelusnya.
"Aku minta maaf, kalau aku punya kesalahan yang tidak aku sadari."
"Maaf Winter." Kata Jaemin sekali lagi, ia sungguh menyesal.
Tapi jujur saja, Jaemin sendiri tidak tahu apa kesalahan yang ia buat sampai Winter tidak mau bertemu dengan nya.
"Aku minta maaf, Winter. Kau mau memaafkan ku?"
"Ya, kalau begitu minggir sekarang." Titah Winter berusaha untuk pergi.
"Aku mau pergi, minggir!"
"Aku tidak akan pergi sampai kau sudah benar-benar memaafkan ku."
"Ck, keras kepala sekali. Aku bilang aku sudah memaafkanmu, jadi cepat minggir!"
Jaemin masih tidak berkutik.
"Minggir, aku mau lewat!" Kata Winter masih kesal.
"Ku bilang menyingkirㅡhmphh"
Winter mendadak bungkam saat Jaemin yang sudah mendaratkan ciuman di bibirnya. Dia ingin memberontak tapi ingat jika bukan hanya dirinya saja dan pria itu yang tinggal di rumah ini.
Winter takut jika Irene atau bahkan Yejin bangun dan menciduk mereka berdua, jadi dia memilih diam dan tetap berusaha menghentikan aksi Jaemin.
Jaemin sudah melepaskan ciuman nya begitu melihat Winter yang sepertinya sudah mulai kehabisan nafas.