23 : Janji Aanchi

14 5 0
                                    

Pertemuan menghargai perpisahan. Rembulan menghormati hadirnya bintang dalam satu kanvas. Danau yang tenang pun tidak membenci rintik hujan menciptakan arus. Bahkan, kehidupan menyanjung apa yang takdir telah gariskan. Semuanya telah tertulis dalam skenario semesta, tidak ada yang bisa merubah walau satu kata selain Sang Pencipta.

Ada kalanya kehidupan mendulang raksa pada kisah seseorang, kemudian mengecup lukanya dengan garam. Karena seseorang itu adalah pion bagi permainan takdir. Segalanya terkontrol dalam satu masa. Setelah memberi duka, kehidupan akan menjamunya dengan ramuan bersihir renjana. Kebahagiaan akan bersemi setelah badai terenyahkan. Oh, Teman Seperjalanan, padukan aksara dalam rahasia semesta saat tempat tujuan cinta melintang.

Aanchi telah menerima takaran kebahagiaan. Perjuangannya telah diterima dan menuai hasil yang memuaskan. Satu kata, meluluhkan segala prasangka buruk. Cinta mereka ... bukan lagi cinta terlarang.

Di hadapan ratusan karyawan, dengan bangga Anil mengumumkan, "Permisi! Perhatian! Setelah beberapa bulan perusahaan kita mengalami pasang surut karena dipegang oleh Tikus, ah-maksudnya Nona Anahita yang kini bisa Anda saksikan di penjara bersama ayahnya. Saya Anil Bhandwarkar, penerus AB Company ketiga dalam generasi ... memutuskan untuk memberikan Anuj tanggung jawab sebagai CEO yang baru mulai sekarang dan Aanchali akan menjadi menantuku. Karena keberanian, perjuangan, dan tekadnya membela keluargaku ... patut diberikan hadiah yang luar biasa. Satu minggu lagi, datanglah ke pernikahan mereka di rumahku. Akan ada pesta pernikahan selama tiga hari berturut-turut. Dan kebijakan pabrik akan menaikan gaji kalian dua belas plus kerugian upah kalian yang kemarin rugi dalam lima bulan terakhir."

Semua orang bertepuk tangan, ikut tersulut dalam kebahagiaan. Senyum terpatri indah, menikmati alur yang disajikan semesta dalam perayaan cinta.

"Kemarilah, Sayang! Ayah sangat menyesal telah meragukanmu. Kau masih mencintai ayah walau beribu-ribu ayah telah menghinamu. Menghina identitasmu dan meragukan karaktermu selama ini. Tapi, hari ini ... aku akan katakan dengan bangga, kau adalah menantu terbaik yang ayah punya. Dampingi Anuj, kau juga menjadi CEO perusahaan generasi keempat!" lanjutnya berseru.

Aanchi tersenyum haru, lalu menunduk untuk menutupi netra yang kian memerah. "Ayah, tidak peduli dengan apa yang telah Ayah lakukan ... Anda Ayahku, bukan? Sudah sepantasnya seorang anak akan berbakti kepada ayahnya. Kewajibanku adalah mencintai Anuj dan kalian semua."

"Aanchali, kumohon maafkan ayah, ya, Sayang?" pinta Anil menyatukan tangan di depan dada.

"Tidak, Ayah. Jangan meminta maaf! Aku akan melakukan apa pun yang Ayah katakan. Ayah hanya harus melakukan janji Aanchi." Dia kembali melakukan rekaman adegan silam, Gadis alam menyodorkan jari kelingkingnya penuh kepolosan.

"Baiklah, ayah berjanji. Janji Aanchi," ucapnya seraya menautkan kelingkingnya ke milik gadis alam. "Kemarilah, Anuj! Kemarilah, Sayang!" Anil kemudian menggiring mereka dalam pelukannya.

Fotografer buana menjadi emosional, dia menangis seraya berucap, "Ayah, aku minta maaf."

Anil memandangnya gemas, lalu terkekeh kecil. Pria itu sungguh merindukan putranya kembali seperti dulu. "Ya, ampun, Sayang. Lihat, Aanchi saja tidak menangis. Kau harusnya malu. Sudah, sudah, ayah memaafkanmu. Mari, kita buka lembaran baru bersama menantu ayah!"

Saat mereka hendak pulang, pria tua yang merupakan penyaji teh mendekati Aanchi dan berkata, "Tuan, benar. Jadikan dia menantumu dan atasanku di sini. Bila aku melihatnya kembali, aku berdoa agar mendapatkan cucu seindah Aanchali. Dia luar biasa." Pria tua itu membungkuk sebagai penghormatan. Tidak peduli umur, pria tua itu hendak menyentuh kaki Aanchi untuk meminta berkat.

Gadis alam refleks merendahkan tubuh, mengangkat bahu pelayan itu kembali berdiri. "Paman, apa yang kau lakukan? Jangan! Aku yang seharusnya meminta berkat padamu. Kau yang tertua di antara yang lain. Sebagai tugas pertama, Paman harus datang ke pernikahan kami untuk menjadi tamu utama."

Pelayan itu tersenyum, untuk kedua kalinya Aanchi membuatnya kagum. Tiga kebahagiaan, tiga perayaan, tiga alasan. Perayaan pertama teruntuk merestui hubungan asmara berlandas persahabatan masa kecil. Kedua, noda dalam lembar suci telah hilang, Anahita tidak akan pernah kembali sebagai perusak. Terakhir, untuk menghormati perjuangan Aanchi mempertahankan kehormatan perusahaan yang telah dibangun sejak generasi pertama.

"Tuan Anil. Berkat Nona Aanchali, segera buatkan dokumen yang resmi karena kesepakatan kita akan tetap berlanjut permanen. Saya akan bawa orang kemari dan kita sama-sama bangun perusahaan ini dikenal dunia! Tentunya dengan manajemen Tuan Anuj dan Nona Aanchali," ucap Mister Smith tiba-tiba datang bersama Tuan Pandit.

Anil sedikit kaget, tetapi tersadar di detik berikutnya. "Tentu saja, tentu saja! Akan kita buat kesepakatan setelah pernikahan mereka tentunya. Kalian semua aku undang!"

Semuanya bersorak senang. Setelah sekian lama, akhirnya ada alasan untuk melakukan perayaan. Langit telah membiaskan tujuh warna setelah badai tidak henti beserta kilatnya.

"Lihat, Sayang. Kau membawa keberuntungan dalam hidup ayah. Ayah menyesal tidak merestuimu sejak dulu. Kau anak kesayangan ayah dan kau juga keberuntungan ayah," ucap Anil seraya mencium kening Aanchi seperti anak perempuan yang tidak pernah dirasa.

"Terima kasih, Aanchi," tambah Anuj mencium pipi gadis alam.

Anil membuang muka, lalu berdeham kecil. Menyadarkan Anuj dari kebahagiaan berlebih. Kedua pipi mereka merona, mengingat peristiwa romantis tadi terjadi di tempat dan waktu yang salah.

***

Selepas dari kantor, Anil bergegas menemui istrinya yang tengah gelisah di ruang tamu menanti jawaban. Pria itu memegang bahu Suman dengan bungah. "Sayang, kita adakan pernikahan karena Aanchi telah berhasil mengalahkan Anahita dalam rencananya. Perusahaan akhirnya kembali utuh. Kini, aku akan menjadi ayah paling beruntung karena memiliki putri dan menantu seperti Aanchi!"

Gadis alam dan fotografer buana masih berdiri di depan pintu, sedikit terkejut saat Suman mendekati mereka dengan wajah yang sulit ditebak. Namun, tidak disangka wanita itu mendekap Aanchi sangat tulus. "Ini kabar gembira, Sayang. Ibu akan bagikan manisan. Dan kau, Aanchi, terima kasih banyak."

"Tapi, bagaimana aku meyakinkan bibi di Jamnagar, Ibu?" tanya Aanchi sedikit dilema.

Orang tua tersebut saling menatap, memikirkan cara terbaik membujuk keluarga di Jamnagar. Anil akhirnya berucap, "Kau jangan khawatir! Kami akan ke sana hari ini dan dia pasti setuju. Apa kau punya saudari, Sayang?"

"Ya, Rashima dan Anandhita. Mereka adik tiriku, sebenarnya orang tuaku meninggal sejak aku berumur enam tahun," jawab Aanchi sedikit sendu.

Anil kembali berucap, "Kau jangan khawatir! Kami orang tuamu, bukan? Kita akan ke sana, ke Jamnagar. Untuk memberikan pendidikan bagi adik-adikmu di Delhi. Bibimu Radha juga akan tinggal di sini agar dia tidak pernah jauh darimu. Janji Aanchi." Pria itu kembali menyodorkan jari kelingking.

"Baiklah, aku juga akan berjanji. Janji Aanchi," tambah Suman juga menyodorkan jari kelingking.

Anuj turut bergabung. "Dan aku juga janji akan selalu mendukung apa yang menjadi keputusan kebahagiaan kita."

Aanchi terlihat girang. Gadis alam menautkan kelingkingnya ke kelingking milik Anuj, Suman, dan Anil secara bersamaan. Tautan mereka saling melengkapi dalam satu ikatan rangkap.

"Janji Aanchi."

~o0o~

Bagaimana Anil meyakinkan keluarga Aanchi?
Apakah Radha akan setuju?
Bagaimana kabar Ashish yang sekarang merencanakan anak dari Simran?
Temukan jawabannya di part selanjutnya, ya?

Takdir Kedua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang