05 : Arah Mata Cinta

45 15 66
                                    

Oh, Tuhan ... mengapa cinta hadir menaburkan candu? Tidak terundang, tetapi enggan pergi. Cinta memberi pemanis dalam lampiran kehidupan yang kusam, kemudian perlahan menyeruak merdu.

Berteman gerisik halus, gadis alam merasakan kenyamanan berkat bantuan waktu. Tiada lagi waswas ataupun rasa terancam. Terlebih, bila sosok Anuj ada di dekatnya, dia akan selalu aman dalam perlindungannya.

Menampilkan tiga sekawan lain turut berkunjung kembali ke Jamnagar, mereka mendapat hadiah kejut oleh sosok gadis asing.

"Oh, ya, ampun! Apa kita melewatkan sesuatu? Anuj, bagaimana kau bisa mendapat jackpot di hutan ini?" Deepak terheran-heran, meski bagi lainnya terlalu berlebihan.

"Aem ... Aanchali? Apa kau di sini sendiri?" tanya Ashish agak canggung.

"Tidak, aku bersama keluargaku di desa dekat sini. Hanya saja, aku belum bisa memperkenalkan mereka pada kalian." Aanchi menjawab, tetapi meninggalkan seberkas pertanyaan.

Anuj mengernyitkan dahi, bingung. "Mengapa tidak, Aanchi?"

"Tidak, apa-apa. Maksudku belum saatnya mereka tampil. Kalian tahu maksudku, 'kan?" Gadis itu tampak grogi, mungkin karena faktor pertemuan dengan orang baru.

"Ya, dia benar, Anuj. Kau harus terlebih dahulu yang menemui mereka, jika untuk meminta restu. Kau ini polos sekali," ucap Ashish dengan bubuk kejahilan. Pemuda itu lantas membalik pandangan. "Aanchi, jika kau punya kembaran, segera hubungi aku, ya? Rekomendasi diperbolehkan."

Serempak ... Simran, Arjun, Pranav, dan Deepak menepuk jidat masing-masing. Sementara lainnya hanya menggeleng, takjub.

"Ya, ampun! Dari Aaridhi ke Radha, kemudian Monica, Mira, lalu Nimrat! Dan sekarang kau ingin ganti kekasih lagi?" tegur Simran mencoba membuat pemuda itu sadar.

"Maksudnya untuk saudaraku," ralat Ashish mencari jalur aman.

"Sejak kapan kau punya saudara? Sudahlah, kau harus bersyukur punya kekasih seperti Nimrat!" Simran memberi saran, tetapi agaknya tidak didengar bahkan acuh.

Ashish menyadari sesuatu. "Tunggu, bagaimana kau tahu semua mantan kekasihku?"

Simran tergegap-gegap, mendadak lidahnya kelu seperti tepergok rahasia. "Aaemm ... jurnalmu. Tidak sengaja aku membukanya saat kau meninggalkan benda itu di kampus," ungkapnya diakhiri senyum lebar.

Pemuda playboy mendengkus kesal. "Kau ini sangat menyebalkan, ya?"

"Ya. Maaf. Tapi itu bagus untukmu." Gadis itu akhirnya menghentikan tawa, kemudian berbalik pandangan pada gadis alam. "Nah, Aanchi, buat dirimu nyaman, ya? Kau sekarang bagian dari kami juga. Bagaimana kalau Aanchi ikut kita ke kota agar dia bisa menikmati keindahan dunia?"

"Tidak, maaf. Aku tidak bisa meninggalkan mereka. Lagipula, aku tidak kenal siapa pun di sana," tolaknya halus. Dia tidak beringin membuat hati seseorang terluka.

Dengan menyentuh bahunya, Simran mencoba meyakinkan, "Hei, ada kami. Jika kau kesulitan di kota, kami ada untukmu. Dan lagipula kau sekarang kekasih Anuj, dia akan membantu dan membuatmu nyaman."

Anuj menambahkan, "Benar, Aanchi. Kita bisa mengajak keluargamu juga ke kota. Akan aku cukupkan kehidupan mereka semua."

Aanchi meredupkan tatapan, disusul rasa hangat menjalar dari punggung tangan. "Ya, kau benar, Bunny. Tapi ... kau harus menemui mereka dulu. Keputusan dari keluarga akan aku turuti."

"Ayo, Romeo! Dapatkan jackpot-nya lagi!" teriak Deepak terbawa suasana.

"Kau ini, dasar tidak sopan!" cibir Simran melemparkan kayu pada Deepak.

Takdir Kedua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang