10 : Cinta yang Enggan Memudar

29 10 45
                                    

Jauh dari dunia kontemporer, tersembunyi rahasia yang enggan disingkap. Penantian yang berujung kekecewaan, membawa Aanchi menjadi pribadi pendiam. Bahkan, ajakan dari burung bercorak memikat dia hiraukan. Kelinci ataupun rusa mencoba menyelinap dalam hati, teringin mengetahui apa yang membuat gadis alam merasakan kegelisahan berkepanjangan. Sang kekasih, meski hanya sekilas, kehadirannya mampu membangkitkan semangat hidup gadis delapan belas tahun tersebut.

Andai takdir memberinya sedikit kelonggaran waktu untuk menciptakan kenangan lebih, mungkin gadis alam akan mencoba menerima apa yang telah digariskan di telapak tangan.

Ketika angin menyapa, ia mendapati jiwa yang kesepian. Diam, menyelinap, sosok Anuj telah membekas dalam hati. Namun, telah berlabuh hingga tibanya belum ada yang mengetahui.

"Kakak, sedang apa di sini?" Rashima bertanya risau.

Aanchi menoleh. Meski cemas, gadis itu tetap memandang mereka teduh. "Kalian di sini? Siapa yang menjaga bibi?"

Rashima memang lebih tua dua tahun dari gadis alam, tetapi dia menghormati sebagai sepupu dari adik Nyonya Kumar. "Kakak, jangan mengalihkan perhatian! Kakak sedang apa di sini? Apa menunggu pria idaman itu? Siapa namanya?"

"Dasar, kau ini payah! Tentu saja Kak Anuj! Kakak, sudahlah, dia tidak akan kembali." Anandhita mencoba memahami dari segi logika, tetapi hal itu justru menyakiti hati gadis alam.

"Aku yakin dia akan kembali! Hatiku mengatakan Anuj akan kembali. Itu pasti!" Aanchi mencoba setia pada hati yang merindu, meski setiap hari penghalang akan semakin kokoh.

"Kakak, ingat yang terjadi pada ayah kita? Entah di mana dia dan bagaimana keadaannya? Apa dia pernah melihat kami? Saran yang baik, lebih baik Kakak melupakan kak Anuj dan mulailah jangan mempercayai pria dari Delhi!" bujuk Anandhita. Bukan bermaksud berlakon sebagai pemisah, tetapi karena dia tidak ingin sepupunya mengalami hal yang sama seperti ibu mereka.

"Ani benar, Kak. Tidak ada gunanya! Hanya penyesalan. Ini sudah delapan bulan dia tidak kembali." Rashima membela sang adik setelah dipikir secara matang.

Aanchi tidak teringin menyerah. Sebuah ide pun terlintas. "Jika dia tidak kembali, maka aku yang akan ke sana, bagaimana?"

Anandhita membelalak kaget. "Mengerikan! Itu ide terpayah yang pernah aku dengar. Kakak, mengapa harus jatuh cinta padanya?"

"Anuj itu berbeda! Dia pria yang istimewa," tegas Aanchi.

"Istimewa bagaimana? Bukankah semua pria sama saja?" Agaknya Anandhita telah terjerumus dalam pengkhianatan yang sulit dienyahkan.

"Ani, kau ini! Diamlah! Kakak tengah berduka," tegur Rashima.

Anandhita pun mengalah walau berstatus sebagai gadis termuda dalam keluarga. "Maaf, maaf. Ayolah, Kak, kita pulang! Baiklah, kita akan yang ke kota mencarinya."

"Kalian? Tidak, tidak! Delhi adalah kota yang asing untuk kalian. Bagaimana jika kalian diculik atau disakiti?" Aanchi mulai cemas. Namun, kecemasan yang sama akan dirasakan keluarga bila gadis alam melewati perbatasan Jamnagar.

Rashima sedikit tidak suka pada Aanchi yang terlalu protektif. "Ayolah, Kak! Ini bukan adegan dalam film. Kakak ini selalu khawatir akan sesuatu kecil."

"Baiklah, berdebat dengan kalian memang tidak ada akhirnya. Ayo, kita pulang! Kakak akan memasak untuk kalian, ayo!"

***

Cinta memang berefek kegilaan, tetapi tergantung cara seseorang menyebutnya obsesi, ambisi, kasih, ataupun sebagai pembalut luka. Aanchi dan Anuj adalah satu. Bila dipisahkan, keduanya akan mencicipi duka yang setara. Sebagaimana degup jantung beroperasi, seperti itulah cinta mereka kian membesar.

Takdir Kedua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang