Lassitude-Bagian 13

918 57 6
                                    

Bramasta terus memperhatikan gerak-gerik Elina dari meja kerjanya. Wanita itu terlihat gelisah, tidak seperti biasanya. Bahkan ia tidak hadir di acara 7 bulanan Reyhan dan Jane tadi malam.

"Kau sedang sakit?" tanya Bramasta memulai pembicaraan. Sejak 2 jam yang lalu--sejak jam kerja dimulai--mereka belum bicara sama sekali.

"Ah? Tidak, Pak," jawab Elina sambil tersenyum tipis.

Bramasta hanya menganggukkan kepalanya. Tapi entah kenapa hatinya masih merasa penasaran. Ia kemudian beranjak dari kursinya lalu berdiri menyandar pada dinding di hadapan Elina.

"Kenapa tidak datang semalam? Apa kau tidak diundang?" tanya Bramasta.

Elina melirik sekilas lalu kembali berkutat dengan berkas-berkasnya. "Aku diundang. Tapi aku ada urusan lain. Aku juga sudah mengabari Jane dan menitipkan kadoku lewat ojek online."

Bramasta hanya mengangguk lagi. Tapi sikap diam dan tampang lesu Elina itu terus saja mengganggunya. Hatinya terasa tergelitik untuk bertanya hingga tuntas.

"Memangnya ada urusan apa? Kau ada kencan?" goda Bramasta.

Elina menatap Bramasta dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Kencan? Aku bahkan tidak punya teman laki-laki."

Bramasta tertawa melihat raut wajah Elina itu. Ia lalu menarik kursi lalu duduk di seberang meja Elina. "Tidak punya teman laki-laki? Jadi aku ini apa? Waria?"

Elina hanya menghela napasnya tanpa melirik Bramasta. "Kau memang temanku, tapi mana bisa kukencani."

"Siapa bilang tidak bisa?"

Mata Elina sontak menatap pada Bramasta. Wajahnya terlihat terkejut dengan tatapan penuh tanda tanya. Dan lagi, Bramasta tertawa melihat raut wajah milik Elina itu.

"Ya ampun wajahmu. Ah, lucu sekali," ucap Bramasta di sela tawanya.

"Baiklah, silakan lanjutkan pekerjaanmu. Syukurlah jika kau tidak sedang sakit."

Bramasta lalu kembali ke meja kerjanya. Sementara Elina, ia diam-diam memandangi Bramasta. Ia terlihat menghela napasnya dalam diam.

📎📎

Karina terlihat membolak-balikkan badannya di atas tempat tidurnya. Dari tadi perasaannya tidak tenang dan berusaha mencari ide untuk misinya itu. Ia kemudian beringsut duduk, lalu menatap layar ponselnya.

"Bagaimana caranya?" gumam Karina lalu mengusap wajahnya frustrasi.

Mayang bilang ia harus memantau pergerakan Bramasta mulai sekarang. Entah itu tentang Jane, atau bahkan tentang Elina, Karina tidak boleh menganggap remeh lagi.

Tapi bagaimana caranya? Apa ia harus terus menguntiti suaminya itu ke manapun ia pergi? Atau ia harus menyadap ponsel milik Bramasta? Karina bingung, dan memilih menenggelamkan wajahnya pada permukaan bantal.

📎📎

Dengan sorot mata menerawang, Karina mengaduk jus alpukatnya itu. Pikiran kusutnya telah membawanya ke sebuah restoran yang tidak jauh dari komplek rumahnya. Tapi nyatanya keresahan hatinya masih belum mau menyingkir.

"Sendirian?"

Karina terkesiap saat suara seseorang menyapanya. Pria kucing mati itu tiba-tiba muncul lagi di hadapannya.

"Eh," seru Karina saat melihat Andre menarik kursi di depannya lalu duduk di sana.

"Aku duduk di sini, ya. Makan sendirian itu menyedihkan. Tapi untung saja kau ada di sini. Aku akhirnya tidak sedih lagi," ucap Andre sambil tersenyum. Ia kemudian memanggil pelayan lalu memesan menu makan siangnya.

"Kau sudah makan siang? Kenapa hanya memesan jus?"

Karina menggeleng pelan. "Belum. Aku tidak selera makan."

Andre terkekeh. "Kau harus makan. Berpura-pura bahagia juga butuh tenaga."

"Mas, ayam gepreknya tambah 1 lagi, ya." ucap Andre kemudian pada pelayan itu.

"Kok-"

"Soalnya kalau bukan aku yang memesan, kau pasti tidak akan makan siang hari ini," Andre menaikkan alisnya sebelah.

Karina sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa bertemu pria ini secara kebetulan. Bagaimana bisa Andre selalu ada saat ia sedang banyak masalah?

"Sepertinya kau sedang mengalami banyak masalah," ucap Andre.

Yang benar saja, apa dia bisa membaca pikiranku?

"Tidak juga," jawab Karina singkat.

Andre tersenyum miring. "Benarkah? Kalau begitu berarti kau sangat beruntung."

"Aku adalah orang yang sempat mengalami hal-hal buruk dalam hidupku. Hidupku yang tadinya damai dan tentram, harus hancur seketika ketika Ibuku meninggal."

Karina tidak mengucapkan apapun. Ia memilih diam dan mendengarkan curahan hati Andre itu.

"Tidak sampai di situ, aku juga harus kehilangan kasih sayang Ayahku. Aku masih tidak mengerti kenapa rasa sayangnya bisa sirna begitu saja karena hal yang belum tentu benar adanya," mata Andre terlihat nanar.

"Tapi meskipun masa lalu terasa begitu buruk, aku beruntung bisa melewati itu semua. Setidaknya hal itu sudah membentukku menjadi diriku yang lebih baik. Seperti hari ini.

Karina menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Masa lalu memang tidak bisa kita ubah. Tapi kita bisa berdamai dengan itu dan memperbaiki apa yang ada di depan."

Andre tersenyum. "Tepat sekali."

Tidak berapa lama pelayan tadi sudah datang kembali sambil membawa pesanan mereka. Merekapun menyantap makanan itu sambil saling berbagi cerita satu sama lain.

📎📎

Mata itu terus menatap ke arah dua orang yang sedang menyantap makanannya sambil bercerita. Ia terus memperhatikan, berharap apa yang dilihatnya bukan salah orang.

"Siapa laki-laki itu, ya?"

Ia terus mengamati. Dan ketika merasa yakin dengan dugaannya, ujung bibirnya terlihat menampilkan senyuman licik.

"Apa aku foto saja? Siapa tahu nanti akan ada gunanya," gumamnya sambil tertawa pelan.

Ia lalu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, dan langsung mengambil beberapa gambar Karina dan Andre. Ia terlihat tersenyum puas saat melihat hasil potretannya pada layar.

"Ini pesanannya, Bu," ucap pelayan itu sambil memberikan plastik yang berisi dua kotak makanan itu.

"Makasih."

Jane memilih untuk berjalan dari pintu lain agar Karina tidak melihatnya. Langkahnya terasa ringan saat keluar dari restoran itu.

Sejujurnya Jane sudah lelah terus mendapat tatapan tak ramah dari Karina sejak kejadian di acara ulang tahun pernikahan itu. Karina seolah terus menganggap Jane adalah seorang pelakor. Ya meskipun memang benar kadang ia mengganggu suami wanita itu. Tapi, ia tidak separah itu! Dan sekarang, dengan beberapa foto yang tersimpan dalam galeri ponselnya akan membuktikan. Bahwa tidak hanya dia yang bisa dicap sebagai wanita tidak baik. Karina juga seperti itu.

📎📎

TBC

Jangan lupa vote dan kasih bintang ya🧡

Lassitude (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang