Lassitude

4.1K 178 5
                                    

"Hai!"

Karina berjalan dengan anggun menghampiri Elina yang baru saja datang. Tubuh langsing Karina terlihat begitu menawan saat ia melangkah. Balutan gaun semata kaki dengan belahan di depan hingga ke paha itu membuat Karina terlihat sangat mempesona.

"You look so amazing!" seru Elina kagum sambil memegang kedua lengan Karina.

"You too!" balas Karina semangat, sambil menampilkan barisan giginya yang rapi itu.

Acara baru saja dimulai. Tamu-tamu mulai berdatangan. Para kenalan Bramasta juga satu persatu sudah terlihat. Jika semua yang diundang datang, akan ada 1000 orang yang menemani Karina dan Bramasta malam ini.

Dekorasi pilihan Karina terlihat begitu mewah. Tak heran, dilahirkan dari keluarga terpandang membuat selera Karina otomatis berkelas. Hal ini tentunya sepadan dengan acara malam ini, karena tamu undangan mereka juga bukanlah orang-orang sembarangan.

"Bram mana?" tanya Elina dengan matanya mengedari ruangan Ballroom itu.

"Itu," jawab Karina sambil menunjuk Bramasta di arah jam sepuluh. Bramasta terlihat sedang berbincang dengan seorang laki-laki.

"Dia pengusaha muda, baru merintis usahanya sejak enam bulan yang lalu. Tapi sekarang dia sudah bisa mengekspor produknya. Keren, 'kan? Mau aku kenalkan?" tanya Karina sambil memasang senyum jahilnya pada Elina.

Elina memutar bola matanya malas, lalu mendengus pelan. "Aku berani jamin, dia tidak akan mau denganku."

"Jangan kecil hati begitu," kekeh Karina sambil mengusap punggung Elina lembut.

Karina menatap Bramasta yang sedang berbicara itu dari kejauhan. Melihat Bramasta yang terlihat sesekali tertawa di sela pembicaraannya itu membuat hati Karina terasa hangat. Bramasta tidak berubah, dia masih semanis saat pertama kali mereka bersama.

Tatapan Karina mungkin terasa oleh Bramasta. Lelaki itu menoleh pada Karina, lalu menyunggingkan senyuman lebarnya. Bibir Karina dengan otomatis ikut melengkung. Apa karena ikatan batin mereka yang begitu kuat, makanya bisa seperti ini? Karina tertawa sendiri.

"Apa kabar Elina?"

Bramasta melingkarkan tangannya pada pinggang Karina. Ia akhirnya menghampiri Karina setelah mereka bertatap-tatapan tadi.

"Tidak buruk. Tapi tidak sebaik itu juga," jawab Elina dengan gaya cueknya.

Bramasta melirik Karina dengan senyum jahilnya sambil menggerakkan kepalanya. Karina hanya terkekeh pelan sambil menutup mulutnya. Hanya mereka berdua yang mengerti apa maksudnya. Elina hanya bisa mengernyitkan dahinya sambil menatap mereka bingung.

"Tadi aku bilang, aku mau mengenalkan Reyhan pada Elina. Tapi dia tidak mau. Dia langsung kecil hati," ucap Karina pada Bramasta.

"Reyhan?" tanya Bramasta sedikit kaget.

"Rehyan itu sudah punya Jane," lanjut Bramasta kemudian.

"Oh ya?" kali ini Karina yang sedikit terkejut. "Sayang sekali. Padahal rasanya dia cocok dengan Elina."

Elina tidak menanggapi. Karena diapun tidak peduli dengan laki-laki yang bernama Reyhan itu.

📎📎

Ruangan ballroom itu terasa lebih penuh setelah satu jam kemudian. Menurut daftar tamu, ada 1115 tamu yang hadir. Bahkan lebih dari jumlah undangan yang sudah disebarkan.

Kini tibalah di puncak acara. Cahaya lampu diredupkan. Pembawa acara memaggil Karina dan Bramasta ke atas panggung. Lampu sorot langsung terarah kepada sepasang suami istri tersebut. Gaun Karina terlihat mewah berkilau ditimpa cahaya lampu itu.

Lassitude (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang