Part 22 : Liquor

52 11 1
                                    

Masih untuk mencoba dua hari sekali karena kemarin aku lupa, jadi upload pagi-pagi. Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu untuk memilih antara Mister Fancy Pants atau Palette, namun jika tidak ada masukan mungkin akan upload saja yang partnya sudah banyak. Toh aku tetep akan upload dua-duanya.

Enjoy this part.

---

From : Sua 

Yoongi hari ini datang ke penjara. Aku kaget melihatnya disana dan kami bertengkar. Aku ketahuan sebagai adik si bajingan itu, Kak. Tidak pernah kubayangkan Yoongi akan benar-benar datang ke penjara dan menemui Teo. Tidak mengerti kenapa dia kesana dan aku menyalahkan diriku sendiri karena tak bisa untuk membuatnya percaya. Aku khawatir padanya. Fakta bahwa mungkin Yoongi menebak aku mendekatinya untuk balas dendam mengenai Teo benar-benar membuatku tidak bisa beraktivitas normal. Saat ini aku sedang bersama Jin untuk menjelaskan banyak hal. Aku butuh bantuanmu untuk menjelaskan pada Yoongi bahwa apa yang kulakukan tidak lebih untuk membantunya sedikit merasakan bahagia. Walaupun aku tahu salah, tapi aku benar-benar peduli padanya. Aku mohon bantuanmu, Yuna unnie. 

---

Mobil terparkir secara sembarangan di kotak kosong depan pub. Zakee dan tulisan itu masih sama berwarna merah tanpa ada hingar bingar khas pub yang pernah disambangi Yuna. Pub pertama yang dia kunjungi disini setelah Hoseok membagian selembaran iklan kontes rap dimana dia bisa bertemu Yoongi dan Namjoon. Dimana dia bisa mendekati ketiga laki-laki itu tanpa ketidaksengajaan. 

Kaki Yuna berlari masuk tanpa aba dan tidak terlalu banyak mengamil pusing orang-orang yang panik sampai terkaget saat dia muncul di dekat mereka. Namun pencarian itu tak lama karena Namjoon melambai padanya tepat saat netra itu ada di garis yang sama dengan tempat Yoongi sedang duduk bersama Namjoon. Entah kenapa tubuh Yuna seperti rileks mengetahui Yoongi masih bernafas, bergerak walaupun dia tahu mulutnya tak banyak berargumen.

“untunglah kau datang cepat. Aku ada urusan, mohon bantuannya disini” kata Namjoon duduk lagi setelah melihat Yuna duduk tanpa berbicara apapun namun menatap Yoongi dengan fokus. 

“aku tak ada kerjaan selain memukul kepalaku karena hungover. Sunbae, kau gila? kemarin aku mengajakmu minum dan kau sudah minum banyak sekali. Sekarang kembali minum?” 

“karena Yoongi sudah ada di tangan yang tepat, aku permisi dulu.” Kata Namjoon disertai anggukan Yuna dan memusatkan perhatian pada Yoongi yang duduk di depannya. “aku masih ada pekerjaan. Jangan terlalu memusingkan hal yang sudah terlewat, Yoon. Aku peduli padamu, sangat. Kepingan luka di dalam hatimu itu kau terus bawa tapi kau hindari untuk selesaikan. Coba lepaskan saja atau hadapi, oke?” Tangan Namjoon menepuk bahu Yoongi yang masih tak bersuara. 

Gadis itu melirik menatap wajah Namjoon dan Yoongi bergantian. Namjoon bukan orang yang nirempati hingga meminta Yoongi melepaskan bebannya. Namun kalimatnya sepenuhnya benar. Luka tidak harus terus dihindari. Luka yang digenggam tanpa dihadapi sama seperti menggenggam erat belati. Kau tahan di telapak tanganmu, dibawa kesana kemari. Walaupun kau tertawan, tersenyum, namun rasa sakit itu ada dan akan menyergapmu disaat kau sendirian. Kau harus mencari cara untuk menghadapi rasa sakit itu, mungkin sebaiknya kau tinggalkan saja belatimu walaupun kemungkinan kau tidak akan bisa menggunakan untuk pertahanan diri. Atau tetap genggam itu, tahu dimana rasa sakit itu dan hadapi rasa sakit itu. Kau akan belajar dari rasa sakit, belajar untuk memaklumi di dalam dirimu.

Mengapa Yuna harus datang kesini sedangkan Namjoon sudah berada di sini lebih dulu? Namjoon jauh lebih baik daripada dirinya. 

“aku tak butuh ditemani. Bukan bocah lima tahun” kata Yoongi tiba-tiba saat menenggak lagi minuman pembuat masalah itu. 

“sudah kubilang kan? Jangan membuatku khawatir. Sunbae, tidak pernahkah kau berpikir bahwa mungkin saja kau terlalu menutup diri?” kata Yuna perlahan mencoba untuk membuka topik.

Crack the Diamond (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang