Part 4: Rival

386 58 21
                                    

2k mposss bacanya hahahaha biar puas maafkan

juga lou yang blm bisa ngasih klimaks jedeng jedeng /apa juga maafkan

 nanti juga ada kok hahaha

---

aku merebahkan badanku ke tempat tidur. Melihat ke arah ruangan yang akan menjadi ruanganku selama aku menetap disini, mungkin sampai aku lulus dari universitas yang sekarang ini aku sedikit menyesal mengikutinya. Hembusan nafas berat yang keluar dari hidungku beberapa kali menyadarkan bahwa aku terdengar pesimis sekali. lagipula ini bukan apa-apa, toh aku bisa memulai mencoba berlatih satu jenis musik apapun itu.

seseorang mengetuk pintu kamarku pelan

"noona, apa kau butuh makanan?" terdengar suara Jimin dari luar "aku mau beli sesuatu di luar. Kau ingin titip sesuatu?"

aku berjalan membukakan pintu untuknya. Tersenyum kecil padanya yang berdiri di depanku dengan kelopak tanpa lipatannya.

"noona, neo aju anjuhaboinda. gwenchanayo?" (noona, kau terlihat buruk. Kau tak apa?)

"geunyang pigonhae. eodiya?" (aku hanya lelah. kau mau kemana?)

"supermarket" katanya singkat

"bisa aku titip ramyeon? terakhir kali aku mengecek dapur tak ada makanan apapun"

"arraseo. Kau hanya butuh itu? Noona, kau benar-benar terlihat buruk. Sebaiknya aku belikan makanan layak ne?" komentarnya.

aku tersenyum kecil, kenapa? Jimin lebih tinggi dariku satu jengkal. Dia yang terlihat lebih besar dariku dan memanggilku noona dengan suaranya yang kecil imut berbanding dengan keadaannya sekarang.

"aku hanya ingin itu. Lagipula aku tak ingin merepotkanmu"

"aku sama sekali tak repot" katanya sambil tersenyum lagi yang membuat matanya tersembunyi di lipatan mata membuatnya hanya tampak segaris

"nanti Jin oppa kemari. Aku akan memintanya membelikan makanan. Jangan khawatir. Kau tak akan pulang hari ini?"

"aku berlatih sampai malam. Aah Jin hyung akan kemari. Arraseoyo. Kalkaeyo" katanya sambil melambai

---

aku berjalan mengelingi apartment untuk melihat keadaan karena tak ada kesempatan sebelumnya. Aku belum berani masuk kamar Jimin sebelum dia dengan langsung mengajakku masuk. Apartment ini sama sekali tak buruk. Bahkan kamar mandinya dua, jadi aku tak sungkan menyimpan peralatan perempuan disana. Aku belum pernah tinggal dengan laki-laki sebelumnya, tentu saja. Jadi aku masih sungkan melakukan apapun saat Jimin ada di rumah. memang dia mengatakan untuk tak terlalu merisaukn itu, tapi tetap saja dia laki-laki dn aku perempuan. Apa yang dilakukan Jimin sampai dia tak pulang malam ini? Dia sudah bekerja? nanti kalau ketemu Jin oppa akan kutanyakan apa kegiatan sehari harinya.

Berbicara tentang Jimin mengingatkanku pada Hoseok tadi siang. Apa dia tidak kuliah dan hanya bekerja sebagai barista dan penyebar pamflet? Kenapa tadi siang aku tak meminta kontaknya?

Jung Hoseok hanya shift jam 2 siang sampai 7 malam

Aku tersenyum mengingat tulisan tangannya yang iseng diletakannya di bawah kopiku. Bukankah itu manis? dia memperhatikanku yang sendrian selam di kampus dan menawariku untuk berteman. Senyumnya ramah dan dia mengawali percakapan untuk berkenalan denganku.

aku mendengar beberapa nomer password dimasukkan sebelum memunculkan sosok tinggi dengan bahu lebar Kim Seokjin.

"omurice datang" dia melepas sepatunya dn memakai sandal rumah untuk berjalan menuju dapur

Crack the Diamond (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang