Part 24 : The Ringing Postmail

48 11 3
                                    

Kemungkinan sih sedikit lagi bakal selesai. Tapi ya gatau nanti bagaimana.
Berdoa semoga dihindarkan dari pembaca pembaca hantu~
Aamiin

Tanpa revisi / edit

---

Jimin membantu Yuna untuk mengangkat beberapa barangnya ke dalam kotak besar. Sebelumnya berpuluh kardus yg masih menggunung itu tak pernah terbuka. Namun sialnya kotak-kotak itu akan pergi dari ruangan ini, ruangan Yuna. Keputusan gadis itu untuk pergi dari Seoul sudah bulat. Bertumpuk kardus yang ada di pojok kamarnya tak pernah dibuka dan disusun menurut fungsinya. Jika dipikir, mungkin Yuna lebih pengecut daripada yang dia duga sendiri. Jimin sudah dua hari ini hanya melihat Yuna sebagai orang yang akan meninggalkannya sendiri di Seoul. Sudah berkali-kali dibujuk namun tak juga keputusan Yuna dibatalkan.

Hingga Jimin memutuskan untuk membantunya membereskan semuanya. Setidaknya dia bisa melepas Yuna dengan menjadi orang yang terakhir kali memberikan bantuan.

"mungkin saja noona ingin pergi ke universitas yang sama denganku? Aku bisa merekomendasikanmu pada orang-orang yang merekrutku? Kupikir aku memiliki koneksi" dimulai lagi laki-laki ini ingin menghentikan Yuna pergi darinya. "Kau kan tahu Sydney cukup jauh?"

Yuna cukup terhibur dengan tawaran Jimin. Terakhir kali dicek, Jimin menghabiskan seluruh waktunya di ruang studio untuk mendapatkan sponsor dan beasiswa itu. Sekarang dia mengatakan mengenai koneksi yang Yuna yakin dia tak mengenal satu orang pun dari pemberi beasiswa itu.

"Kan bisa nanti Jimin mengumpulkan uang dan terbang menemuiku di Sydney? atau aku yang akan kesini jika nanti uangku sudah terkumpul bekerja disana"

"noona, bakat itu omong kosong. Aku pernah mengatakannya, Bukan"

Bibir Yuna bergerak pelan untuk terangkat. Jawaban yang diberikan Jimin sama sekali tak ada hubungannya dengan tawaran yang diberikan Yuna. Ingin mencubit pipi yang menggantung di wajahnya gemas. Jimin merajuk adalah hal yang benar-benar baru untuk dinikmati retinanya.

"iya kau sudah mengatakannya"

"Jadi kau harus tahu, Lee Yuna hanya perlu bekerja keras saja. Mungkin memang kau hanya tak mengerti saja?"

"Aku sudah berlatih sejak umurku lima tahun, Jimin. Papa mengatakan hal yang sama sepertimu bahwa mungkin memang bakatku hanya terlambat datang. Namun piano yang mama belikan sampai sekarang hanya bisa dimainkan oleh orang tuaku. Aku tak mengerti apapun."

"kan tidak harus pindah ke benua yang berbeda juga, noona. Kau bisa melakukan apapun di Seoul tanpa perlu berpindah ke Sydney?"

Nafas beratnya setelah seharian membantuku mengangkat banyak barang. Duduk menghempaskan diri di sofa dengan banyak mengeluhkan barang Yuna untuk ditinggal saja di Seoul.

Sudah berapa bulan Yuna dan Jimin berdua di apartment? Apakah mereka sedekat ini hingga Jimin bisa dengan mudah terlihat begitu keberatan dan terluka saat tiba-tiba dijelaskan bahwa Yuna harus kembali ke Sydney.

"Jimin, aku lebih memilih depresi di kelilingi keluargaku. Toh mereka tak pernah menginginkan aku jadi siapapun yang penting makan dan hidup dengan layak"

"Maafkan aku. Aku hanya tidak mau ditinggal Noona ke benua yang berbeda. Entah kapan lagi kan kita bisa bertemu. Kenapa akhirnya aku memutuskan ini tiba-tiba juga membuatku sedikit marah lebih pada diriku sendiri karena aku tak cukup bisa membantumu"

"aku memang bukan orang yang suka dibantu, Ya?" kelakar Yuna menepuk bahunya dengan tenang "bukan salahmu sama sekali. Toh aku memutuskan ini juga karena aku tidak ingin banyak membebani diriku sendiri. Aku tak tahu ingin menjadi apa, tidak tahu bagaimana hidupku nanti, bahkan tak tahu kemampuanku sendiri. Jadi pengecut untuk mundur saja sepertinya yang paling baik" Jelas Yuna panjang lebar

Crack the Diamond (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang