Part 25 : in the Trash

38 12 3
                                    

Beberapa part lagi sebelum selesai, aku masih belum memutuskan akhirnya gimana. Mungkin tiba-tiba Hoseok balik entahlah. This is my first ever fanfiction jadi masih banyak salahnya aku tahu sih hahaha 

---

Seokjin sudah mengatakan pada Yoongi bahwa Yuna baru akan pergi minggu depan stelah semua administrasi di kampusnya selesai. Yuna tidak mungkin melepas tanggung jawab. 

sekarang yang ada di pikiran Yoongi adalah bagaimana dengannya? Yuna bahkan tidak memberitahukan mengenai dia akan kembali ke Sydney secepat ini. Apakah memang dia tidak pernah berada di pikiran gadis itu? Lebih lama Yoongi menyelam pada pikirannya sendiri, lebih lama juga dia berkata bahwa gadis itu banyak membuatnya khawatir. 

Yuna dan rambutnya yang pendek dengan karet yang ada di pergelangan tangannya. Tangannya halus dan sifatnya cukup tertutup. Bagaimana mungkin Yoongi menyukai orang yang begitu mirip dengannya. Mereka berdua tertutup dan tidak banyak berinteraksi dengan banyak orang. Lebih banyak orang tidak menyukai keberadaan mereka yang tak memberikan interaksi apapun. Selama ini Yuna tidak bertanya langsung padanya tentang kenapa dia ada di dalam ruang studio. Tidak bertanya tentang hubungannya yang jelas ia tahu. 

Yuna yang memiliki ketertarikan pada musik folk. Musik yang akhir-akhir ini menjadi musik favorit Yoongi karena membuatnya nyaman. Lebih baik memang Yoongi menjelaskan semuanya. 

Jika nanti Yuna bertanya padanya mengapa dia peduli, mengapa Yoongi ikut menciumnya malam itu maka Yoongi harus menjelaskan bahwa semua hal yang ada di pikiran dan perasaannya pun tak mengerti. Mengapa manusia mencintai satu sama lainnya? adakah yang bisa benar-benar menjawabnya? mungkin sama seperti jawaban Yuna pada Hoseok? 

bagaimana kalau perasaan tertarik itu terjadi karena mereka sering bertemu? 

Tidak masalah. Ketertarikan Yoongi pada Yuna tidak masalah kalau hanya karena sering bertemu. 

“dimana Yuna?” saat wajah Jimin terlihat, Yoongi tidak banyak membuang waktunya. 

“sudah kubilang-”

“aku tahu Yuna di dalam. Oke kalau dia tidak mau keluar, bisakah dia mendengarku?” Yoongi melihat serius pada Jimin yang berdiri mematung, menutup celah pintunya dan tubuhnya sendiri. 

“noona tidak benar-benar ingin bicara kau tahu kan? Jangan memaksanya” Tangan Jimin hampir menutup pintu namun Yoongi mencegahnya lewat kakinya yang digunakan sebagai penghalang. 

Nafasnya menghembus lelah sekali. Mempercepat mobil dan berlari sepanjang apartment agar dia dengan cepat bisa bertemu dengan gadis yang selama beberapa hari benar-benar memenuhi kepalanya. Seakan-akan Yoongi tidak diberikan izin untuk memikirkan hal lain. Dia hanya ingin berbicara namun kenapa tidak ada yang memberinya kesempatan? 

bukan hanya nafasnya yang pendek, namun oksigen tidak banyak memasuki relung paru-parunya. Kecamuk pikirannya ada pada rasa gelisah gadis itu akan benar-benar pergi dan frustasi akan perasaannya sendiri. 

“Yuna, jika memang menciummu adalah kesalahan, aku minta maaf” 

Jimin berhenti bergerak untuk berusaha menutup pintu. Laki-laki itu hanya berdiri mematung mendengar kalimat yang baru saja dia tangkap. 

“tapi aku tak bisa menjadi pengecut dengan mengurung diri menghindarimu seperti yang kau lakukan sekarang padaku. Tidak memberikanku kesempatan untuk bicara.” 

Yoongi tidak mengerti sama sekali kenapa gadis itu menolak untuk menjawab seluruh telepon dan pesannya. Bahkan menolak untuk menemuinya. Membohonginya dengan cara mengusir secara sopan. 

Crack the Diamond (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang