Part 9: One Layer

206 47 20
                                    

Hai haiiii lou balik~ disini bakal dikasih tau satu layer pribadi dari Yoongi nih ♡ vomments yuk!

---

Aku berlarian di lorong kelas dengan senyum sumringah dan jantung berdebar bersemangat. Hari ini aku diminta ke studio untuk mengumpulkan formulir tambahan yang tak bisa ku attach semalam. Memutar knob pintu dan segera bergegas masuk ke dalam ruangan dingin dan satu mahasiswa sibuk dengan komputernya membelakangiku di ruang record terlihat.

"Silhye hamnida, sunbae" aku mengatakan sedikit lembut masuk ke dalam ruang record. Mataku menjelajah beberapa tombol dan tunning di atas panel komputer yang sedang digunakan sunbae. (Permisi, sunbae-senior)

Sunbae sepertinya sibuk, jadi aku hanya duduk di sofa kecil dibelakang dengan mengamati apa yang sedang dilakukannya. Beberapa kali click terdengar dengan sedikit nyanyian kecil -lebih seperti mumbles- dari sunbae. Sepertinya dia sedang mengaransemen lagu.

Kakiku terhentak sedikit saat melihat karpet di bawah adalah beludru warna abu-abu. Hal kecil yang membuatku lebih sumringah, studio ini sama sekali tak buruk. Sunbae menggunakan headphone jadi kupikir akan sia sia jika aku panggil beberapa kali. Tunggu saja beberapa menit sampai dia selesai melakukan apapun yang sedang dilakukannya.

Dari belakang, hanya terlihat rambutnya yang hitam dengan hoodie warna abu-abunya yang sedikit mulai memudar. Kupikir sunbae bukan orang yang peduli akan penampilannya. Punggungnya terlihat lumayan lebar - tapi tak seperti Jin oppa- tapi kupikir itu pas untuk ukuran tubuhnya yang lumayan kecil -mengingatkanku pada presensi Jimin-. Dia tak memakai sandal maupun kaos kaki. Bertelanjang kaki dengan disilakan kedua kakinya di atas kursi.

Apa yang sedang dia lakukan? Sekitar 45 menit sudah berlalu tanpa dia menoleh sedetikpun padaku. Yang kulakukan hanya mencoret-coret buku tulis dan mengatakan bahwa 5 menit lagi aku akan mengatakan ada orang disini sedang menunggunya, tanpa benar-benar berani melakukannya.

Tiba-tiba dia memutar kursinya dengan tatapan langsung pada mataku yang terlihat begitu tegang. Aku duduk tegak saat sunbae menatapku,
"Sampai kapan kau akan mau berbicara?" Katanya tanpa repot melepaskan pandangannya padaku.

"A-ah. Itu, aku pikir sunbae sedang sibuk"
"Memang"
"J-jwisonghamnida (maaf) sunbae. Aku hanya ingin memberikan formulir yang kau minta aku sertakan semalam"
"Letakkan saja di meja dan kau bisa keluar"
"N-ne. Ah! Lalu kapan aku akan bekerja"
"Terserah" jawabnya singkat tanpa perasaan sebelum memutar kembali kursinya. Memang benar-benar orang yang tak tahu sopan santun.
---
Kuputuskan untuk bekerja hari ini juga. Sebelah studio record yang digunakan sunbae adalah gudang alat musik. Walaupun gudang, sepertinya sunbae benar-benar memperlakuka alat-alat disini begitu baik. Semua tertata rapi walaupun sedikit berdebu. Aku mulai mengumpulkan debu dan membuka jendelanya, tak ingin begitu terik kututupkan sedikit tirainya hingga hanya beberapa yang terbuka sedikit. Aku takut sinar matahari langsung akan merusak lapisan luar alat musiknya.

Setelah itu aku benar-benar membersihkan seluruh ruangan tanpa sekalipun bertanya dimana alat yang bisa kugunakan. Sampai pukul 7 malam baru aku benar-benar selesai dengan semuanya. Melirik jam di tanganku, sambil berbaring pada sofa ruang tamu ruangan, sadar ini sudah larut namun badanku terlalu malas untuk bergerak. Sepertinya aku lupa waktu sampai tak sadar ini sudah larut. Anehnya, sejak tadi posisi sunbae sama sekali tak berubah dan tak keluar dari tempat itu. Sesekali menenggak minuman botol yang ada di sampingnya. Begitukah kesehariannya selama ini?

Ah! Pabo! Aku lupa Hoseok! Dengan cepat kubereskan semua barang yang sempat keluar dari tas dan segera beranjak pergi sebelum suara dari dalam studio membuatku menoleh. Si manusia gua memutuskan untuk keluar. Dia menatapku satu kali dilanjutkan dengan meneliti ruangan.

"Kupikir kau pulang daritadi"
"A-anio. Aku membereskan beberapa. Sunbae mau pulang?"

Dia hanya mengangkat bahunya sambil mencari sandal yang kurapikan di rak. Sepertinya dia akan keluar. Aku mengikutinya keluar sebelum dia mengunci pintunya. Aku harus mengingat untuk meminta kunci cadangan padanya nanti, untuk mempermudah dan tidak mengganggu hidup si manusia gua.

Kampus terasa sepi walaupun terlihat beberapa kelas masih memancarkan lampu, ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan jam sampai larut. Sampai nanti lulus, aku berharap tak akan mendapatkan itu. Suara kaki sunbae membuat mataku kembali fokus padanya.

Berjalan tanpa mengindahkan aku yang sedang ada di belakangnya, dia memasukkan kedua tangannya ke hoodienya. Kemana dia akan pergi sekarang? Apa kompetisi rap lagi? Atau pulang? Tapi dimana tasnya?

Sebenarnya aku tak ingin tahu dan tak ingin mencoba mencari tahu. Tapi sunbae adalah pribadi tertutup yang serius, aku tertarik sedikit pada itu. Apa aku akan tahan dengan perlakuannya selama aku bekerja? Kupikir akan baik-baik saja karena dia tipe orang favoriteku, tak mau tahu urusan orang lain.

Aku mengernyit saat mendapati dia berjalan searah denganku. Membuka pintu cafe sebelum memesan satu kopi dan roti sebelum duduk. Dia benar-benar tak melihatku atau apa?

"Kupikir kau lupa padaku" Hoseok seperti biasa mengantar satu latte dengan gambar hati. Aku tersenyum sambil mengucap terima kasih.

Aku menatap sunbae yang tak menghiraukanku duduk satu area dengannya. Hanya berbincang singkat pada Hoseok sampai dia menghabiskan roti dan kopinya. Presensiku benar-benar diacuhkannya. Dia memesan lagi untuk dibawa pergi sebelum benar-benar meninggalkan cafe. Satu katapun tak terucap padaku. Aku tak terlihat?

"Sepertinya kau sudah tau Yoongi hyung sekarang?"kata Hoseok sebelum memutuskan untuk menemaniku duduk
"Apa aku begitu tak terlihat dimatanya? Tiga kali aku bertemu tapi dia seperti lupa akan presensiku." Apa aku baru saja terdengar kesal? Lucu.
"Hyung memang seperti itu," kelakar Hoseok. "Dia tak menghiraukan orang lain. Temannya sedikit dan dia cenderung tertutup"
"Aku bekerja di studionya sekarang. Kau tau? Hampir 5 jam aku membersihkan ruangan itu tak sekalipun dia keluar dari ruang record dan sama sekali tak sadar aku disana. Kau tau seberisik apa vacuum cleaner" aku kembali menyesap latteku.

Hoseok tersenyum kecil, seperti sudah hafal tentang reaksi orang lain pada temannya yang satu itu. Tanda itu mengatakan padaku bahwa mereka sudah lama dekat.

"Apa dia tinggal disana?" Kataku akhirnya
"Dia tidur di studio ya. Tapi dia pulang untuk mandi dan melakukan hal lain walaupun sebentar"
"Mwo?! Wae?!"

Hoseok sedikit tertunduk masih tersenyum menatap tangannya sendiri sebelum akhirnya dia menatapku. Rona wajahnya sedikit berubah. Lama aku menunggunya membuka suara.

"Noonanya bunuh diri di apartment mereka. Dia tak sanggup ada di apartmentnya terlalu lama"

Dan kalimat itu sudah cukup membuatku meruntuhkan semua tembok yang menjulang kubuat untuk tak menyukai seorang Min Yoongi.
---
Aku memutuskan untuk tak segera melihat orang dari luarnya saja. Memang banyak kalimat membosankan mengatakan itu, tapi dunia ini munafik. Tentu kau akan dicap dari penampilan luarmu, karena itu yang terlihat.

Yoongi bukan seperti orang di kampus elit kami yang menikmati fasilitas mewah orang tua dan hidup dengan mudah. Memang hidupnya mudah karena orang tuanya masih ada sampai sekarang dan bersedia memberikan semua kebutuhannya. Tapi kupikir yoongi sunbae bukan butuh hal yang tampak, tapi sesuatu yang tak tampak. Seperti perhatian khusus dan kasih sayang.

Dia memiliki teman yang sangat baik seperti Namjoon dan Hoseok, itu melegakkan. Tapi kata Hoseok, Yoongi tak pernah mengeluh. Tak pernah mengatakan dia sakit. Itu yang berbahaya. Kalau suatu saat dia meledak, hanya satu yang bisa kita pikirkan, menyesal.
---

Crack the Diamond (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang