💔
Ulang tahun adalah sebuah kebahagian bagi setiap orang. Iya kebahagiaan, tapi hanya untuk dia saja.
-Asnawi MangkualamAsnawi duduk di koridor depan kelasnya sambil membuka ponsel miliknya, ia baru sadar bahwa sekarang adalah tanggal 20 Agustus, tanggal itu adalah hari ulang tahunnya dan Arhan. Ia tersenyum, berusaha untuk selalu merasa bahagia. Sudah 7 tahun ini ia selalu merayakan ulang tahunnya sendiri.
Asnawi menyeka air matanya yang membasahi pipinya.
"Eh kok kamu nangis?" Tegur seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi.Asnawi terkejut mendengar suara itu "E-eh nggak apa apa kok kak" ucap Asnawi memperhatikan kakak kelasnya itu.
Kakak kelasnya itu menatap Asnawi dan duduk di samping Asnawi memberikan sapu tangan dari dalam saku celananya "Aku Febri" ujar kakak kelasnya.
"Kak Febri?... Kenapa kakak selalu baik sama aku? Boleh aku peluk kakak? Sebentar saja"
Febri mengangguk dan langsung memeluk tubuh Asnawi "Udah kamu gak boleh nangis lagi" ucap Febri sambil sambil mengelus lembut kepala Asnawi yang bersandar di dadanya "oh iya nama kamu siapa?"
"Asnawi kak" jawab Asnawi sambil menangis di dalam dada bidang milik Febri. "Dan, satu lagi kak" ucap Asnawi terpotong. "Kenapa?" Tanya Febri
"Kok kakak mau meluk aku? Bunda dan Ayah ku saja tidak mau memelukku bahkan saudara kembarku juga"
Febri menatap Asnawi kasihan "Hey kamu jangan ngomong kaya gitu, banyak orang yang peduli sama kamu kok, salah satunya ya kakak" ucap Febri meyakinkan Asnawi.
"Kak" panggil Asnawi
Febri menoleh dan menatap Asnawi "Iya kenapa?"
"Hari ini aku ulang tahun, tapi gak ada yang peduli sama sekali" ucap Asnawi membenarkan posisinya
"Oh iya?" Tanya Febri terkejut
Asnawi pun mengangguk penuh harap "iya kak"
"Happy Birthday sayang, semoga Tuhan selalu menyertaimu" ucap Febri
"Sa sayang? Kakak manggil aku sayang? Tanya Asnawi
"Iya? Kenapa? Salah kakak manggil kamu Sayang?" Ucap Febri menatap Asnawi dalam
"Eh nggak kok kak" jawab Asnawi
"Makasih kak, karna kakak aku dapatin semangat hidup aku walau cuma sedikit" ucap Asnawi
"Sebelumnya kamu gak punya semangat?" Tanya Febri
Asnawi menggelengkan kepalanya keras "Aku punya penyakit kak, ayah dan bunda ku gak tau kalau aku punya penyakit ini".
"Aku susah tidak kalau malam, aku selalu tidur di bantu dengan obat kak, 3 kali sebulan aku cuci darah. Tapi 2 bulan terakhir ini aku gak cuci darah, jadi terhitung 6 kali aku melewatinya".
Febri spontan memeluk tubuh Asnawi dan menangis, dia sedih mendengar semua cerita Asnawi.
"Terus kenapa kamu gak pergi cuci darah?"
"Ah malas kak, aku sudah terlalu capek. Aku selalu pergi cuci darah sendirian gak ada yang nemenin" ucap Asnawi sendu
"Kak Febri kakak Asnawi sekarang, nanti kakak temanin Asnawi kemana aja, tapi kakak temenin Asnawi cuci darah boleh?" Febri bertanya pada Asnawi, dan Asnawi mengangguk penuh antusias.
"Iya kak boleh. Oh ya kak aku mau nanya sama kakak" ucap Asnawi
"Apa?" Tanya Febri
"Kakak pacaran sama kak Elkan?" Tanya Asnawi
"Ya nggaklah, orang Elkannya aja suka sama sama kamu"
Jawab Febri"Kakak bohong, aku aja denger kalau kak Elkan gak suka sama aku" ucapnya lemah
"Mungkin dia kaget sama ucapan kamu waktu itu" ucap Febri meyakinkan
Asnawi tersenyum dan memeluk Febri "kakak jangan tinggalin Asnawi yah?"
Kata kata Asnawi di jawab dengan senyuman oleh Febri
Dan Febri ingat pada janjinya, dia akan menemani Asnawi cuci darah. Mereka tidak hanya berdua saja, karna sudah ada 2 sahabat kecil Febri, yaitu Dimas dan Septian, yang sudah menunggu mereka di halte sekolah. Sangat beruntung sekali Asnawi hari ini, karena Dimas dan Septian menyambut Asnawi dengan senang hati.
1 jam perjalanan mereka berempat tiba di rumah sakit tempat dimana Asnawi sering melakukan cuci darah. Setelah mengurus semuanya, Asnawi masuk ke ruangan cuci darah.
"Asnawi" panggil Febri
Asnawi menoleh kearah Febri dan Tersenyum
"Jangan lupa berdoa dan semangat yak!!" Teriak Febri, Dimas dan Septian berbarengan.
*****
Febri menatap Asnawi yang terbaring di tempat tidur. Terlihat Asnawi berusaha membuka matanya.
"Syukurlah kamu sudah sadar, kakak takut kamu kenapa-napa" ucapan Febri membuat Asnawi tersenyum bahagia.
"Biasanya aku bisa tidur seharian lebih kak, tapi sekarang nggak"
Febri duduk di samping Asnawi dan mengusap punggung Asnawi dengan sayang. "Sakit gak Nawi?" Tanya Dimas penasaran
Asnawi tersenyum ramah "nggak kok kak, kan aku sudah sering begini"
Dimas dan Febri menatap Asnawi
"Eh jangan ditatap kaya gitu dong kak akunya" ucap Asanwi malu. "eh iya kak, kak Septian mana?"
"Oh Septian? Tadi katanya dia ada urusan makanya pulang duluan" ucap Dimas.
Tok tok tok!
Suara pintu kamar rawat Asnawi di ketuk.
"Siapa itu?" Batin Asnawi bertanya.
Asnawi sempat kaget melihat siapa yang mengetuk pintu itu, dan masuk kedalam ruangan memberi senyuman manis ke arahnya.
"Hai Asnawi" Sapa Elkan sambil meletakan bucket buah di atas nakas sebelah tempat tidur Asnawi.
Asnawi bengong...
"Hey, di sapa sama Kak Elkan tuh" ucap Febri sambil menyenggol pelan perut Asnawi karna dia takut Asnawi kesakitan.
"E-eh I-ya kak, ini." jawab Asnawi terbata.
Elkan mengantikan posisi Febri dan duduk di sebelah Asnawi, membuat jantung Asnawi berdetak lebih cepat daripada biasanya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh [Timnas Bromance]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA:)] Tidak ada yang lebih indah dari hidup bersama keluarga yang lengkap. Berbeda dengan Asnawi, keluarganya justru menjadi luka terburuk dalam hidupnya. Dia dijauhi oleh keluarganya karna di tuduh sebagai penyebab kematian Kak...