CHAPTER 10

140 13 1
                                    

💔
Ternyata benar, semua itu seperti senja.
Hadir hanya sesaat lalu pergi begitu saja tanpa berpamitan.

Setelah pulang dari pemakaman Sagara aku langsung bergegas kembali kerumah dan berpamitan kepada Bunda Sagara. Aku lupa ada beberapa tugas sekolah yang harus ku selesaikan.

Setiba dirumah aku tak melihat keberadaan seorang pun dirumah. Bahkan aku juga tidak melihat Bi Ayu atau mungkin saja Bi Ayu sudah pulang.

Aku berjalan menuju dapur dan melihat Bi Ayu sedang mencuci piring aku kira dia sudah pulang. Aku langsung menyapanya

"Assalamualaikum bi" ucapku kepada Bi Ayu

"Eh kamu udah pulang?, Tadi tuan nanyain kamu" jawab Bibi sambil menyusun piring di rak.

Aku hanya mengangguk mendengar bahwa Ayah mencariku "ada apa Ayah mencariku Bi?" Tanyaku sambil membuka kulkas untuk mencari botol air mineral.

"Bibi kurang kurang tau, tadi cuma nanya kamu kemana. Waktu bibi jawab kurang tau, tuan langsung pergi bersama nyonya dan Arhan" jawab bibi lagi

"Oh, biarkan saja. Pasti Ayah karena ingin memarahiku lagi" ucapku sambil berjalan kearah meja makan.

Aku sudah hafal dengan sifat Ayah. Jika dia mencariku pasti akan terjadi sesuatu, entah dia mau menamparku lagi atau bahkan tak segan memarahi ku. Aku diam sejenak di meja makan, pikiran tiba tiba teringat pada Sagara. Sahabat pertama yang aku temui tanpa ku minta dan sekarang dia juga sudah pergi tanpa ku minta.

Aku berdiri dan berjalan menuju kamarku, aku berpamitan pada Bi Ayu yang masih sibuk membersihkan dapur.

"Bi, Asnawi masuk kekamar dulu yah ada tugas sekolah yang harus Asnawi selesaikan" ucap ku pada Bibi.

Bi Ayu langsung menoleh ke arah ku "kamu sudah makan?" Tanyanya "sudah kok Bi" aku mengangguk dan melanjutkan langkahku.

Dikamar aku hanya bisa menangis, menyesali semua yang telah terjadi. Harusnya aku bersama Sagara kemarin bukannya harus cuci darah. Jika saja aku tak cuci darah kemarin dan tak mengabaikan pesannya, pasti Sagara masih hidup sekarang.

Aku mengusap air mataku dan berjalan menuju kamar mandi, baru saja hendak membuka pintu. Aku mendengar suara pintu di ketuk.

Tok tok tok!

"Asnawi" panggil suara itu

Aku berjalan menuju pintu dan membukanya, ternyata itu Bi Ayu "Tuan ingin bertemu denganmu"

"Iya Bi, habis ini Asnawi turun untuk menemui Ayah. Terima kasih bi" ucapku tersenyum pada Bibi

"Iya sama sama, Bibi sekalian pamit mau pulang yah sudah hampir malam. Nanti suami sama anak Bibi nyariin" pamit Bi Ayu dan dia pergi meninggalkan ku

Aku berjalan menuruni tangga, di ruang tamu ada Ayah, Bunda dan Arhan yang sedang bercanda ria. Ketika aku sampai didepan mereka, suasana berubah. Semuanya diam, termasuk Ayah yang menatapku dengan penuh kebencian.

"Ada apa Yah?" Tanyaku kepada ayah

Ayah bangkit dari duduknya dan langsung menamparku

Rapuh [Timnas Bromance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang