💔
Tidak ada yang lebih indah daripada apapun selain selalu berdua denganmu
Setelah keluar dari toko boneka, Aku dan kak Elkan langsung bergegas menuju pulang kerumah. Sebenarnya kak Elkan mau mengajakku mampir di sebuah kafe, tapi aku menolaknya alasan sudah terlalu malam, aku takut ketika sampai dirumah ayah dan bunda memakiku lagi.30 menit kemudian akhirnya kita berdua sudah sampai di depan pagar rumahku.
"Kak berhenti" ujarku pada Kak Elkan
"Hah? Kenapa?" Spontan Elkan mengerem mobil miliknya
"Ini rumah aku kak" kataku lagi
"Oh rumah kamu disini" ucapnya, aku segera keluar dari dalam mobil tak lupa pula aku berpamitan pada kak Elkan
"Kak, aku masuk duluan. Kakak gak mau mampir?" Tanya ku
"Lain kali aja saya baru mampir, kamu masuk aja yah sudah itu langsung istirahat" ucap kak Elkan padaku
Aku hanya membalas ucapan kak Elkan dengan senyuman dan anggukan kepala. Tiba tiba
"Elkan" panggil Elkan lagi
Aku segera memutar balik badanku dan melihat ke arah kak Elkan. "Selamat malam" ucapnya sambil tersenyum manis.
Deg! Jantungku kembali berdetak lebih kencang dari biasanya, aku merasakan pipiku merona mendengar ucapan kak Elkan barusan.
"Selamat malam kembali kak" ucapku berusaha menutupi rona merah di pipiku ini.
Aku melambaikan tangan kearah Kak Elkan dan dia segara memacu mobilnya. Perlahan bayangan mobil kak Elkan mulai pudar dari pandangan mataku. Aku segera masuk kedalam rumah dan berharap mereka semua sudah tertidur. Dugaan ku salah, mereka masih bercanda di ruang tamu.
"Darimana aja pulang jam segini" tanya Bunda padaku, aku tak ingin menjawab pertanyaan bunda.
"Paling habis ngelayani om om, ngelayani om om berapa?" Ucap Arhan ceplos
"Bener bener, anak gak tau di untung kamu yah. Saya bener bener nyesel udah ngelahirin kamu" ucap Bunda
Aku yang sudah tidak kuat dengan ucapan Arhan pun berteriak.
"TAU DARI MANA KALAU AKU HABIS NGELAYANI OM OM?, LIAT DIMANA? KAPAN? DIMANA? DAN SAMA SIAPA?" Teriakku, dan aku melihat Arhan hanya terdiam
Plak!
"Berani ya kamu bentak anak saya kaya gitu" ucap Ayah berdiri dan langsung menampar pipiku.
"Emang aku juga bukan anak Ayah?" Tanya ku sendu.
"Bukan, saya nggak pernah sudi punya anak pembunuh seperti kamu. Kalau gak ada kamu dunia ini, anak saya Nadeo pasti masih hidup sekarang" ucapnya tepat di depan muka ku.
Oke, kali ini aku benar sudah tidak kuat lagi, aku segera berlari menuju kamarku dan meninggalkan mereka bertiga diruang tamu. Entah apa makian yang keluar dari mulut mereka lagi, aku hanya mendengar suara tidak jelas dari ruangan bawah.
Aku masuk ke kamarku dan menutup pintu kamar ku lagi. Membanting diriku di atas tempat tidur dan menangis.
"Kenapa Ya Allah, kenapa ayah dan bunda begitu membenciku. Dan kenapa mereka selalu beranggapan bahwa akulah penyebab kepergian kak Nadeo. Mereka terlalu mempercayai satu pihak tanpa tahu yang sebenernya" aku menangis.
Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju nakas untuk mengambil sebuah bingkai foto dan menatapnya dengan tatap rindu.
"Kak, Asnawi kangen sama kakak" ucapku sambil mengusap pelan foto tersebut. Aku meletakkan kembali bingkai itu dan berjalan menuju kamar mandi. Sebaiknya aku mandi dan segera istirahat. Berhubung besok juga hari libur, aku ingin menenangkan hati dan pikiran ku dulu.
Setelah selesai mandi aku langsung duduk di pinggir tempat tidur ku dan membuka notif dari ponselku.
-Sagara-
Asnawi
Kamu dimana?
Kok gak online online?
Kamu sibuk?
Ya udah besok pagi jalan yuk, aku jemput.
Aku segera membalas pesan yang dikirim oleh Sagara melalui WhatsApp. Aku tidak tahu bahwa Sagara mengirimkan pesan dan mencoba berkali kali menghubungi ku.
Maaf ya Sagara, tadi aku gak pegang ponsel.
Oke, kita ketemu sesudah sholat subuh ditaman komplek.
Send.
Aku mematikan ponselku setelah membalas pesan dari Sagara dan baru saja aku meletakkan kembali ponselku, satu notif masuk dari nomor tidak dikenal
-085747682758-
Hai Asnawi, ini saya Elkan. Jangan lupa minum obatnya yah? Langsung istirahat gak boleh tidur malam-malam.
Good Night yah, mimpi indah. See you hari Senin
Betapa terkejutnya diriku, bahwa yang mengirimkan pesan tersebut adalah kak Elkan, aku berpikir sejenak. Darimana kak Elkan mendapat kan nomor ponselku? Ah pasti kak Febri yang memberikannya. Tunggu, bahkan aku saja belum bertukar nomor dengan kak Febri.
Aku segera membalas pesan tersebut,
Terima kasih atas perhatiannya kak,
Good Night kak, mimpi indah:)
Aku meletakkan kembali ponsel ku dan bergegas untuk tidur, tak lupa aku meminum obat ku yang diberikan Kak Bagas tadi siang di rumah sakit.
Aku berusaha memejamkan mataku, namun tak berhasil.
Kuraih boneka pemberian kak Elkan tadi. Aku menatap dalam boneka itu. Boneka yang sama persis aku lihat ketika aku sedang bermain di depan toko boneka 7 tahun lalu.Dulu, kak Nadeo pernah janji sama Asnawi mau beliin Asnawi boneka kaya gini? Tapi kakak bohong, kakak aja malah ninggalin Asnawi duluan. Tapi gpp kok kak, Asnawi udah dapat boneka yang Asnawi mau dan itupun dari seseorang yang sudah lama Asnawi kagumi.
Akhirnya aku tertidur dengan lelap sambil memeluk erat boneka itu. Damainya tidurku malam ini, semoga sedamai hari esok.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh [Timnas Bromance]
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA:)] Tidak ada yang lebih indah dari hidup bersama keluarga yang lengkap. Berbeda dengan Asnawi, keluarganya justru menjadi luka terburuk dalam hidupnya. Dia dijauhi oleh keluarganya karna di tuduh sebagai penyebab kematian Kak...