CHAPTER 12

142 13 0
                                    

💔
Tak berkabar bukan berarti berhenti peduli

Diperjalanan pulang Kak Elkan hanya diam saja, dia tak mengajakku berbicara. Aku heran dengan tingkahnya, perasaan tadi waktu didepan pintu dia masih mau mengajakku berbicara, apa karena aku tak menjawab pertanyaannya? Aku memberanikan diri untuk memecah keheningan.

"K-kak" panggil ku ragu, aku takut kak Elkan masih marah. Dia hanya menoleh ke arahku. "Kak, kakak marah sama aku yah?" Tanyaku lagi

Kak Elkan tetap memfokuskan pandangannya kedepan "Gak tau!" Jawabnya agak di tekankan

"Kak, maafin aku soal tadi. Aku bukannya gak mau jawab pertanyaan kakak, hanya saja" aku menggantungkan kalimatku

"Hanya saja apa?" Ucap kak Elkan dengan nada sedikit membentak

"Aku takut pandangan orang di sekolah nanti jelek tentang kakak, aku gak mau popularitas kakak turun, cuma gara gara pacaran sama aku" ucapku lesuh dan menunduk

"Asnawi, itu urusan saya. Saya gak peduli pandangan mereka, saya gak peduli mereka bakalan bilang apa, saya gak peduli dengan popularitas saya disekolah. Jadi saya tanya kamu sekali lagi, kamu mau jadi pacar saya? Kamu milik saya sekarang, saya akan berusaha ada buat kamu dan ngejagain kamu" ucap kak Elkan dengan pandangan terus ke depan dan menepikan mobilnya di sisi jalan.

"Kak" panggil ku lagi

Kak Elkan menoleh dan tersenyum kearahku "Asnawi, jawab pertanyaan saya dulu"

"Kakak serius?" Tanyaku lagi

"Ada muka saya seperti bercanda?" Tanya sambil mendekatkan mukanya tepat didepan mukaku, sehingga aroma mint dari hembusan nafas kak Elkan bisa tercium jelas olehku.

"Emm iya kak, aku mau" ucapku malu malu

"Mau apa?" Tanyanya menggodaku

"Mau itu" ucapku lagi, aku salah tingkah dibuatnya. Pipi ku terasa panas karna perlakuan kak Elkan

"Kita pacaran!" ucapku tegas

"Akhirnya, izinkan saya mencintaimu ya Asnawi, saya janji gak bakalan ninggalin kamu, gimana pun itu" ucap sambil mengusap punggung tanganku

"Stsss, jangan berjanji kak. Aku takut kakak tidak bisa menepati janji kakak" ucapku menatap dalam mata kak Elkan

"Kamu gak percaya sama aku?" Ucapan kak Elkan melemah

"Bukannya aku gak percaya sama kakak, kita jalanin aja. Jangan ada janji di antara kita. Aku takut salah satu dari kita melanggar janji itu" ucapku sekali lagi

Kak Elkan mengangguk paham dan kembali mengusap punggung tanganku "ya udah kita makan dulu yuk, habis itu baru pulang" ucap kak Elkan menyalakan mesin mobilnya dan melanjutkan perjalalan.

Sepanjang perjalanan kita berdua hanya diisi keheningan, bukan karna malu atau bagaimana. Hanya saja kak Elkan bukan tipe laki laki banyak bicara saat berkendara.

Aku menurunkan kaca mobil dan menikmati angin segar yang langsung menerpaku saat kaca terbuka. Ada bahagia tersendiri yang kurasakan hari ini. Aku sangat tidak menyangka bahwa aku bisa menjadi seorang kekasih kapten sepak bola sekolah yang terkenal akan ketampanannya, kebaikan hatinya, popularitasnya dan prestasinya.

Rapuh [Timnas Bromance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang