CHAPTER 7

175 16 2
                                    

💔
Bahagia gak sih? Kalau orang yang kita kagumi ada di depan mata?


"Kalian mungkin butuh waktu buat ngobrol berdua" ujar Kak Febri, dan Asnawi menggeleng tanda agar Febri tidak keluar ruangan.

"Oh ya, kamu sakit apa?" Asnawi menatap wajah Elkan dan menjawab pertanyaan Elkan, dia bertanya dengan lembut namun wajahnya masih sangat datar.

"Oh nggak kak, aku cuma cuci darah kok" Asnawi menjawab gemetar

"Apa? Kamu sakit parah banget yah?" Elkan terlihat terkejut dengan pengakuan Asnawi. "Kenapa muka kamu merah begitu?" Tanya Elkan, yang membuat Asnawi membuang muka.

"Eh, anu itu kak, aku... Malu kalau kakak menatap ku seperti itu!" Ucap Asnawi cepat

Elkan hanya tertawa melihat Asnawi yang salah tingkah atas ucapannya. Elkan mengucap sayang rambut Asnawi, hal itu sangat membuat Asnawi terkejut dan diam sesaat. Hal yang membuat suasana berbeda adalah, Elkan menggunakan Aku-Kamu untuk berbincang dengan Asnawi. Jantung Asnawi berhenti berdetak ketika Elkan saat ia tak sengaja menatap mata Elkan yang tajam, dan senyuman milik Elkan yang berbeda dari sebelumnya.

"Asnawi" panggil Elkan

"Emm iya kak?" Asnawi merespon cepat panggilan Elkan

"Kakak mau tanya sama kamu, kok secepat itu kamu berani mengungkapkan perasaanmu pada saya?" Pertanyaan Elkan, sontak membuat Asnawi terkejut.

"Itu karena aku di suruh Ernando kak, makanya aku nurut" jawab Asnawi lemah

"Kakak kira kamu beneran suka sam saya" ucap Elkan lesu

"Emm, anu kak-" ucapan Asnawi terpotong

"Kamu beneran suka sama saya kan?, Saya tahu itu kok" ucapan Elkan lagi lagi membuat Asnawi malu

"Kak-" lagi lagi ucapannya terpotong

"Saya sangat senang sekali, ada orang sebaik kamu dan sesabar kamu dalam mengangumi saya. Asnawi, apakah kakak boleh belajar mencintai kamu dan menjaga kamu sebisa kakak?" Tanya Elkan, Sedangkan Asnawi diam dan mencerna kembali kata kata Elkan.

"Kak, kalau hanya karena kasihan jangan kak. Jangan menambah luka lagi" ucap Asnawi menatap wajah Elkan.

"Karena kasihan?, Saya bukan tipe orang seperti itu. Kalau saya seperti itu, saya gak mungkin bunuh orang banyak" ucapan Elkan membuat Asnawi menelan ludahnya kasar.

"Kamu takut saya bunuh? Tenang, saya tidak sejahat itu. Saya gak mungkin membunuh wanita baik seperti kamu" ucapnya

"Jangan bilang...?"

"Iya saya ngaku, saya yang sudah teror teman kamu si Ernando itu, saya gak suka aja lihat kelakuan dia. Kelakuannya bahkan melebihi hewan menjijikkan" kata Elkan jujur

"Huft, akibat ulah kakak aku yang kena batunya" ucap Asnawi

Klek

Suara pintu dibuka, terlihat sosok dokter muda tampan yang akan memeriksa keadaan Asnawi "Hai Asnawi, wah sudah lama sekali kita tidak bertemu ya? Mungkin sekitar dua bulanan" ujar dokter itu

"2 bulan?" Batin Elkan

Asnawi tersenyum bahagia melihat dokter itu "Iya kak Bagas, maaf yah Asnawi terlalu sibuk sampai lupa buat cuci darah"

Dokter tersebut memeriksa keadaan Asnawi " Asnawi, kondisi kesehatan kamu sekarang sudah jauh lebih baik, kalau kamu mau pulang malam ini silahkan atau mau menginap semalam dulu juga tidak apa-apa"

Perkataan Bagas membuat Asnawi tersenyum bahagia, "Betulkah? Tanyanya tak percaya

"Iya Asnawi" ucapnya lagi, "kalau begitu saya keluar dulu", Bagas pamit.

Elkan tersenyum menatap Asnawi, dia senang melihat senyum manis yang mengembang di bibir Asnawi.

"Saya yang akan mengantarmu pulang, dan mulai detik ini saya yang akan mengantarmu pulang. Masalah biaya biar kakak yang tanggung semua" ucap Elkan berdiri dari duduknya

"Tapi kak, biaya pengobatanku sudah ada yang-" ucap Asnawi

"Sstt... Saya tidak suka penolakan" potong Elkan

"Emm baiklah kak, terimakasih sudah baik kepada saya" ucap Asnawi memberikan senyumannya

"Saya yang harusnya berterima kasih kepadamu, karena kamu sudah sabar menunggu saya" ucap Elkan

Mereka berdua keluar dari ruangan rawat Asnawi dan berjalan menuju arah parkiran, suasana hening menyelimuti perjalanan mereka menuju rumah Asnawi. Akhirnya Elkan memecah keheningan.

"Oh ya, hari ini kami ulang tahun?" Tanya Elkan

"Em, kakak tahu dari siapa?" Tanya Asnawi penasaran

"Oh itu, tadi Febri yang kasih tahu saya. Katanya kamu ulang tahun. Mau mampir ketoko boneka? Toko baju? Toko buku?" Tanya Elkan

"Enggak kak, mau ngapain kesana?" Asnawi bertanya balik

"Anggap aja itu kado dari saya" ucap Elkan

"Eh nggak usah kak, makasih" balas Asnawi

"Kamu tau kan, saya benci penolakan" ucap Elkan lagi

Ya, Elkan memang tipe orang yang tidak suka di bantah apa lagi di tolak permintaannya.

"Ok kak" jawab Asnawi singkat, dia bingung mau menjawab apalagi. Jawaban Asnawi hanya di sambut dengan anggukan oleh Elkan

Mereka akhirnya sampai di depan toko Boneka terbesar dikota itu, mereka berdua berjalan menyusuri toko tersebut,

"Kamu suka itu?" Tunjuk Elkan ke satu boneka panda besar berwarna hitam putih

"Em aku suka kak, itu boneka kesukaan aku dari kecil. Tapi gak pernah kesampaian buat belinya" jawab Asnawi jujur.

Elkan menghampiri boneka tersebut dan membawanya ke kasir, "berapa mbk?" Tanya Elkan

"275k mas" jawab mbk kasir ramah

"Ya udah mbk bungkusin yah. Ini uangnya mbk, kembaliannya buat mbknya aja" ucap Elkan

"Makasih banyak mas" ucap mbk tersebut menyambut uang lembar seratus ribuan dari tangan Elkan dan tersenyum manis

Aku menatap kak Elkan, betapa tampannya kakak kelas ku satu ini. Elkan menangkap basah Asnawi yang memandangnya terus terusan.

"Eh kok malah bengong sih, liatin saya mulu dari tadi keknya" goda Elkan

"E-eh nggak kok kak" ucap Asnawi tersipu malu

"Ya udah, nih buat kamu" ucap Elkan sambil menyerahkan boneka panda berukuran L

"Ini beneran buat aku kak?" Tanya Asnawi, sambil meraih bonekanya dari tangan Elkan

"Iya ini buat kamu" ucap Elkan

"Happy Birthday, I Love You" bisik Elkan lembut tepat di telinga Asnawi, yang sontak membuat muka Asnawi memerah seperi udang rebus.

*****

Rapuh [Timnas Bromance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang